Share

Episode 7 - Sweater Biru

Membahagiakan diri itu tidak susah sebenarnya, hanya dengan memikirkan doi yang di suka saja bisa jadi vitamin pelipur lara. 

-Annandya Mahira Faiz-

____

Setelah selesai  kelas pagi tadi senyum Anna tidak pernah luntur dari bibir tipisnya. Gadis ini selalu mengumbar senyumnya entah sebahagia apa yang dia rasakan sampai berperilaku demikian.

Iza yang hakikatnya adalah salah satu orang paling memahami dan mengerti Anna. Mengeryitkan dahinya heran dengan situasi saat ini dan keadaan sang kawan. Iza sampai berseru dalam hati karena kelakuan aneh Anna, karena itu tidak seperti Anna yang ia kenal

Sekarang Anna dan Iza sedang berada di dalam kamar Anna. Mereka sedang melakukan we time ala mereka seperti biasanya. We time ala mereka adalah dengan merelakskan badan diatas kasur dengan posisi kaki diselonjorkan diatas kasur sedangkan badan mereka berada dibawah kasur yang sebelumnya sudah ditumpu dengan bantal. Ini merupakan posisi ter – PW, ~Posisi Wenak~ bagi mereka berdua.

Dengan posisi seperti itu Anna dan Iza akan saling bertukar cerita satu sama lain. Iza yang sering curhat tentang kekasihnya, kalau Anna sih hanya pendengar setia. Jikalau masalah hubungan Anna memilih bungkam karena buat apa cerita toh tidak perlu ada yang diceritakan. Bukan karena apa? Ya karena Anna tidak punya pacar. Anna memang punya prinsip tidak mau pacaran dulu, karena menurutnya itu bukan kebutuhan primer.

Disaat sesi curhat Iza berlangsung, ia merasa sedikit kesal. Karena sedari tadi Anna tak memerhatikannya dengan serius, tidak seperti biasanya. Meskipun Anna pendengar yang baik dan bijak, namun dia bersikap berbeda hari ini. Kenapa dengan ini bocah pikir Iza.

“Na, Anna kowe ngerungoke aku ra sih? (kamu dengerin aku nggak sih?)” tanya iza sedikit jengkel.

“Aku dengerin kamu kok, suer dah.!” Serunya membela diri.

“Ngapusi (bohong)!, kamu loh senyum – senyum terus dari tadi, asik sama dunia kamu sendiri."

“Suer terkewer – kewer Za, aku dengerin sumpah! Ini ya tak baleni ceriatmu (aku ulangi) kamu cerita soal Dito yang ngajak kamu main kerumahnya kan? buat ketemu sama orangtuanya, Kamu bingung mau jawab apa kalau iya rasanya belum siap tapi kalau tidak ya sayang. Kamu ngerti Dito ngajak kamu berhubungan serius tapi kamu nggak percaya kalau Dito seserius ini. Karena kalau dihitung hubungan kalian baru beberapa bulan” Anna menerangkan apa yang dia sudah tangkap dari curhatan temannya ini.

“Ehh dengerin ternyata, kirain. Kamu sih dari tadi diam terus senyum – senyum sendiri gaje banget. Mikirin apa memang? Terus pendapat kamu gimana Na?”

“Makanya jangan suka suudzon sama teman.”

“Heheh, maaf ayo to give me your opinion” pinta Iza sekali lagi.

“Halah!!” respon Anna terhadap sang kawan, 

Kemudian ia berucap “kalau menurutku sih tanya awakmu dewe deh (diri kamu sendiri dulu deh)? Kamu udah nyaman belum sama Dito? Sayang nggak sama dia, lamanya hubungan itu nggak pengaruh sama keberhasilan hubungan untuk kedepan Za. Kalau Dito serius why not? Kenapa harus kamu tolak coba?.’

“Iyalah aku sayang sama dia, nyaman apalagi. Kalau aku nggak sayang mana bisa aku nyaman sama dia, Na. Tapi aku masih bingung sumpah.”

“Bingung kenapa kamu hmm?.”

“Bingung apa kaget ya ini namanya?”

“Mungkin lebih ke kaget kali ya, karena tiba – tiba saja minggu kemarin pas ketemu Dito bilang mau main kerumah aku nggak? Ibu aku pingin ketemu. Kata dia gitu Na, siapa yang nggak kaget coba.”

“Udah iyain aja itu mah, kalau dia ngomong gitu berarti orangtua dia udah tahu hubungan kalian. Itu buktinya ibunya Dito pingin ketemu kamu kan?. Penasaran pasti sama kamu, udah nggak usah banyak pikir. Siapa tahu nanti abis kamu lulus di lamar sama Dito, terus nikah deh.”

“Enaknya kalau ngomong njirrr, aku deg – degan tahu nggak pas Dito ngomong kayak gitu. Oke back to topics.”

“Topik apa Za?, Topik penyanyi itu?.” Tanya Anna memastikan.

“Bukan! Soal kamulah, tadi kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Kan gaje abis. Atau kamu punya gebetan ya ayoo ngaku? Makanya kek gitu.” selidik Iza.

“Dihh bukan ya, sok tahu banget. Aku nggak apa – apa sih mungkin jiwa ibadahku lagi aktif, makanya senyum – senyum gitu.”

“Dasar gendeng (gila kamu ya)! Nggak gitu konsepnya njir. Aku merinding, karena ke ogeb – an kamu, Na.” cerca Iza pada Anna.

“Enak aja gila, kan benar to? Senyum itu ibadah.”  bela Anna

“Heleh, tapi lihat – lihat situasi juga kali Na. Kalau konsep kamu mah gila bukan ngibadah”

Apa yang kiranya membuat senyumnya mengembang sepanjang waktu hari ini adalah dia. Anna selalu tersenyum jika mengingat kajadian hari ini. Kejadian yang hanya Anna yang mengetahui dan Tuhan yang yang memahami. Sebenarnya bukan kejadian yang berarti, hanya suatu kejadian dari imajinasi Anna. Dimana Anna membayangkan Pak Dosen barunya, siapa lagi kalau bukan Pak Dio.

Hari ini Pak Dio memakai setelan kemeja putih dibalut dengan sweater biru tua. Sehingga menambah kadar ketampanannya menurut Anna. Hanya memikirkan hal itu saja membuat senyum Anna tak pernah luntur dari bibir mungilnya.

*** 

Saat ini Dio sedang sibuk mengerjakan tesisnya. Ia memburu waktu agar tesisnya untuk bekal menjemput gelar masternya segera terwujud. Dio dalam mode serius sekarang, jangan pernah mengganggunya jika ia sudah seperti ini. Jika saja ada yang berani mengusik ketenangannya maka tamatlah riwayat mereka. Karena jika sudah seperti ini mode senggol bacok otomatis akan aktif dalam diri Dio.

Tapi Dio tak seserius seperti biasanya. Dia sedikit gusar entah apa yang dia pikirkan. Untuk sementara ini belum diketahui secara pasti kenapa dia merasa ada yang mengganjal dalam hatinya. 

Dio merebahkan tubuhnya di atas kasur sejenak untuk melepas lelahnya. Sedari tadi otaknya dipaksa untuk berpikir tapi hasilnya nihil. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak tadi, tapi entah apa itu belum diketahui dengan pasti.

Dio terus berpikir kenapa dengan dirinya saat ini. Apa ada sesuatu yang dia lupakan atau ada pekerjaan yang belum selesai tapi dia tinggalkan karena lupa. Dio mencoba menkorek semuanya, tapi tetap saja rasanya ada yang aneh dalam dirinya.

Ketika Dio lagi asik dengan dunianya. Teman seperjuangannya yang selalu mengganggunya setiap hari kini hadir tanpa permisi meneroboskan dirinya ke dalam kamar.

“Yo, Yo Dio.” teriaknya namun bernada memanggil nama sang. Merasa dipanggil sang empunya hanya menoleh.

“Sibuk ya?” yang ditanya hanya berdeham saja sebagai jawaban.

“Diam bae nih bocah, jawab napa”

“Iya Bintang, gue sibuk dan gue seriu! Lagi ngerjain tesis kenapa?”

Yang bertanya hanya ber – oh ria saja rmenanggapi jawaban dari kawannya.

“Besok, lo bisa ngisi kan? Cuma nanya dan memastikan aja buat besok. Takutnya nanti, lo nya nggak bisakan gue yang pusing.”

“Bisa, gue usahain nanti”

“Yaah jangan gitu dong, parah nih bocah suer.” Bintang memprotes.

“Lo tuh yah sarjana teknik tapi malah alih profesi jadi PD radio Bin, melenceng parah”

“out of the topic banget ngomongnya, udah ahh jangan lupa materinya yang minggu kemarin gue sampein.”

“Iya bawel bener.”

“Semangat untuk teman kasihku, semoga yang diinginkan segera tercapai. Semangat pak Dosen!.”

“Idih geli gue lo ngomong kayak gitu, serius!”

***

Sudah hampir satu bulan lamanya Dio mengajar dikampus Anna menimba ilmu. Selama itu pula Anna selalu memerhatikan Pak Dosen kesayangannya, begitu Anna menyebutnya. Sungguh julukan yang memalukan, tapi mau bagaimana? Anna kan suka, jadi di iya – in aja. 

Yang awalnya Anna tidak paham dengan mata kuliah ini. Sekarang Anna paham lebih tepatnya menguasai materi yang telah Dio sampaikan. Dapat dilihat dari beberapa nilai tugasnya yang mendapat nilai memuaskan jika dibandingkan dengan temannya yang lain.

Mungkin benar kata istilah yang berkata, jika kita menikmati apa yang kita kerjakan maka kita akan merasakan hasil yang memuaskan.

Seperti situasi ini dimana Anna yang selalu memerhatikan sang dosen saat menyampaikan materi. Dengan niat awal untuk memandangi wajah rupawan sang dosen malah membuahkan hasil. Anna memahami materi yang disampaikan saat menikmati ketampanan sang Dosen.

Hari-hari yang dilewati Anna semakin berwarna setiap harinya. Berkat sang petuah Diofano Alghiffary yang selama ini disebut olehnya sebagai mood bosster nya. Semoga saja ini bisa menjadi obat bagi Anna, pikir Anna. Sehingga Anna tak perlu lagi bergantung dengan obat yang selama ini dia konsumsi.

Bukankah rasa bahagia bisa mengurangi sedikit beban yang dipikul. Anna menyakini prinsip itu. Karena Anna pikir jika Anna bahagia, senang, atau apapun itu yang membuat dirinya melupakan beban yang dia rasa adalah sebuah keajaiban baginya.

Jika diingat, tempo lalu Anna yang kehilangan semangat hidup. Karena keputusasaannya dalam menjalani hidup yang bergantung pada obat setiap harinya. Anna sempat berpikir apa dia harus meminum obat setiap hari untuk menahan rasa sakitnya.

Tapi setelah kehadiran Dio yang Anna tahu sebagai DJ radio itu. Setiap kalimat yang disampaikan Dio saat siaran langsung membuat Anna senang. Ada sedikit ketenangan dalam dirinya, dengan suara lembut Dio disetiap tutur katanya dapat membuat hatinya mendapat ketenangan.

Suara itulah yang membangkitkan semangat hidup Anna. Lewat suara itu Dio selalu menyampaikan kalimat penyemangat secara tidak langsung untuknya. Dan sekarang, kebahagian Anna bertambah. Pemilik suara yang dia kagumi selama ini berada disekitarnya, membuat Anna lebih mengahargai kehidupan yang sudah di anugerahkan oleh sang pencipta untuknya.

*** 

Note :

Semoga suka dan selamat membaca,

Love – Nawujung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status