Share

Episode 8 - You Can Do It!

Apapun yang ada dalam diri manusia itu semua anugerah. Meskipun itu yang tak kita inginkan sekalipun. 

-Annandya Mahira Faiz –

___

Hallo hai Maniers kembali bersama saya orang yang sama di waktu dan segment yang sama pula, apakah kalian bosan maniers dengan saya? ~ suara indah dari seseorang menyapa itu melantun dengan sempurna.

“Bosan? Tidak ada dalam kamusku” jawab Anna pelan sembari terkekeh dengan perkataannya sendiri, jawabannya menyahut sapaan DJ radio kesayangannya itu mampu membawa euforia nya tersendiri.

Anna sedang dalam rutinitas keramatnya sekarang. Apalagi kalau bukan mendengar siaran radio favoritnya. Dimana DJ kesayangannya Diofano Alghiffary yang menjadi bintang utama di chanel radio tersebut. Anna mendengarkan dengan seksama dan menikmati dengan hikmat tentunya. Dan jangan lupakan selain menjadi DJ radio sekarang Dio merangkap menjadi dosen yang memikat mata cantiknya untuk menikmati ketampanan dan aura yang tak dapat difinisikan olehnya sendiri, karena itu begitu memikatnya.

Terkadang jika Anna tersadar, ia akan menuturkan secara sepontan dalam hati “Apakah ini termasuk zina mata? karena aku terus memandanginya, tapi jikalau aku lewatkan maka akan sia – sia bukan? Jadi maafkan hamba jika hamba berlebihan, tapi setidaknya izinkan aku untuk tidak melewatkan ketika ia tersenyum. Karena senyumnya tidak bisa tertolak oleh pandangku” setiap kali Anna frustrasi dengan kelakuannya, dia akan berucap demikian sembari memohon ampun pada sang pencipta. Meminta pengertian bahwa Anna tidak mampu menolak kesempurnaan dari makhluk ciptaan – Nya. 

“Dan itu mampu membawaku terasa diangan” imbuhnya kala mengadukan setiap moment yang dilewatinya pada Sang Pencipta.

‘Untuk hari ini pembahasan mungkin sedikit sensitif terutama untuk kaum.....’ ucap Dio disebrang sana dan menggantung ucapannya.

“Dih suka banget bikin orang kepo” seru Anna menanggapi pernyataan DJ kesayangannya yang menggangtung. 

‘Jomblo hahahah, tidak tidak saya hanya bercanda. Hari ini saya akan menyampaikan tentang teman hidup atau jodoh lebih mudahnya. Siapa yang lagi sendiri? Siapa yang udah punya pasangan?.’

Anna sedikit tersentak karena tiba – tiba kepalanya terasa sakit “aww kok sakit” adunya sepontan. Namun Anna abai, dan tetap melanjutkan aktivitasnya kembali. Ia tidak mau tersugesti dengan rasa sakit mendadaknya yang tak seberapa itu.

‘Untuk yang sudah punya pasangan jangan sombong ya kepada yang sendiri, dan untuk yang sendiri jangan bersedih’.

‘Untuk para pasangan selalu meminta pada Tuhan bahwa yang berada disisi kalian sekarang akan menjadi pasangan kalian sampai mencapai finish bersama, jika kalian yakin memulai start kalian harus lebih semangat meyakinkan diri untuk bisa sampai finish dengan komitmen dan tujuan yang sama.’

‘Untuk yang lagi sendiri atau biasanya mereka menjuluki diri mereka jomblo jangan bersedih, saya juga pernah dengar dari salah satu teman saya dia bilang Jomblo itu nasib kalau Single itu pilihan begitu katanya. Tapi menurut saya itu hanya perumpamaan saja ya, orang-orang yang sendiri itu bukan artian dia tidak laku. Orang yang diluar sana memilih sendiri bukan termasuk kategori memiliki nasib kurang baik dalam pasangan. Tapi itu sebuah pilihan seseorang untuk hidup sendiri sementara, karena dia lebih nyaman sendiri untuk saat ini, mungkin. Karena saya juga seperti itu hahahha, sedikit curhat.’

Seksama, sejak tadi ia mendengarkan sampai saat Anna mendengar pernyataan Dio yang berucap bahwa dia sedang sendiri. Meskipun tak secara gamblang, tapi Anna meyakini bahwa itu kiasan yang merujuk kearah sana. Anna masih berpikir keras, menyangkal jika itu mustahil “masa dia jomblo?, tahayul banget.” begitu ucapnya saking tidak percayanya. Karena bagi Anna mitos hukumnya kalau pria tampan sekelas Diofano Alghiffary, jomblo.

‘Jadi buat yang masih sendiri jangan pesimis ya masalah jodoh. Jika kalian nyaman sendiri pertahanankan, etts tapi jangan cuma diam dan mempertahankan kesendirian kalian tanpa usaha. Berusahalah lewat doa dan meminta kepada sang pencipta untuk memberikan diri kamu pasangan yang sesuai keinginan kalian. Teruslah meminta, jika sudah ada seseorang yang pasti bisa sebutkan nama mereka. Tapi jika belum teruslah meminta supaya segera didekatkan dengan seseorang yang pasti baik untukmu dan berakhlaq mulia tentunya.’

‘Saya akan membacakan salah satu ayat yang menurut saya sesuai yaitu surat yasin ayat 36.’

  “It’s time” seru Anna antusias. Dengan sekejap ia langsung mengencangkan volume suara, untuk menikmati keindahan suara Dio. 

‘Subbhaanal ladzii kholaqol azwaaja kullahaa mimmaa tunbitul ardlu wa min anfusihim wa mimmaa laa ya'lamuun. Yang memiliki arti, Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan – pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yg tidak mereka ketahui’

“Masyaallah sekali suaranya, imamable banget” puji Anna, tidakkah bosan Anna melakukan pujian itu setiap waktu? Tentu saja jawabannya tidak ada dalam kamus Anna.

‘Ingat! Setiap hamba pasti diciptakan memiliki pasangan jadi teruslah meminta didekatkan serta segera dipertemukan dengan Dia yang akan menjadi teman hidup kamu. Optimis dalam berdoa dan jangan lelah untuk meminta kepada-Nya karena bahwa sanya Tuhan senang jika hamba-Nya selalu meminta, itu artinya hamba-Nya selalu mengingat dan membutuhkan-Nya.’

‘Teruslah berserah dan jangan gencat ditengah jalan ya. Terus meminta, berdoa, ikhtiar ditingkatkan lebih semangat 45 pokoknya, itu pakem ya jangan di nego hahaha.’

***

Setelah rutinitasnya selesai Anna langsung menjalankan kewajibannya, jika diundur lagi maka tengah malam nanti baru dilaksanakannya. Apalagi dia punya janji dengan Iza mencari makan bersama abis isya'an ini. Dengan segara ia mengambil air wudlunya.

Namun saat akan mengenakan mukenanya tiba – tiba saja tubuhnya merasa sedikit kaku dan napasnya sedikit sesak. Kepalanya terasa sakit seperti terhantam palu secara tiba –tiba. Anna mencoba menahan dan mencoba menguatkan diri seperti biasa “Anna nggak apa – apa, semangat.”

Iza yang sedari tadi menunggu Anna, karena seperti biasa selesai salat  isya’ pasti mereka akan berburu makan malam bersama. Namun sudah lama ia menunggu, Anna tak kunjung menampakkan dirinya, akhrinya Iza keluar dari sangkarnya “Na, ayoo makan, katanya abis isya’ mau beli makan” teriaknya dari depan kamar Anna. Tapi tak ada respon seperti biasanya. “Loh kok nggak dijawab, lagi salat apa ya?” batinnya berucap.

Hingga akhirnya Iza berinisiatif menghampirinya saja dalam kamarnya. Sewaktu Iza memasuki kamar Anna, ia terkejut bukan main karena melihat Anna meringkuk kesakitan dan diiringi suara lirih tangisnya. Sepertinya rasa sakitnya sudah tidak bisa ditahan lagi oleh Anna, karena Iza melihat Anna mencengkram begitu kuat kepalanya.  

“Sakit za” adu Anna pada sobatnya.

Iza merengkuh sang kawan, mengelus area kepala Anna yang mana dia merasa sakit disana. Iza sudah hapal betul, hingga ia berusaha melakukan apapun untuk membantu Anna kala merasakan rasa sakit yang begitu hebatnya. Iza tahu, karena Anna pernah bercerita padanya. Jikalau ia sedang kambuh, elus saja kepalanya karena kata Anna itu sedikit membantu meskipun tidak maksimal. 

Setiap kali Iza mendapati sang kawan kambuh, ia tidak tega. Karena wajah Anna akan secara otomatis pucat pasi, seluruh tubuhnya kaku dan dingin. Ia prihatin sekali melihat keadaan sang kawan, tapi mau bagaimana lagi, dia hanya bisa berdoa untuk kesehatan Anna dan membantu menenangkan Anna agar tidak panik saat kambuh seperti ini. 

Ditempat yang berbeda, Akta merasakan kegelisahan yang menyerang secara mendadak. Ia merasakan kegundahan yang teramat dalam benak “Kenapa nggak enak gini ya?”.

Seketika ia kepikiran dengan adiknya, “Kok jadi kepikiran si embul ya? Apa dia... Ahh jangan berpikir negatif Ta.” ucap Akta sedikit khawatir.

“Ahhh daripada penasaran mending telepon aja lah.”

Karena rasa khawatirnya yang begitu menggoda, bahkan ketenangannya terusik. Tanpa membuang waktu lama Akta langsung menelepon sang adik detik itu juga. Lama menunggu, tapi ia tidak segera mendapat jawaban. Beberapa deringan sudah terdengar, namun jawaban tak kunjung ia dengar. Rasa khawatir semakin menyelimuti tidak biasanya adiknya seperti ini. 

“Kamu nggak apa – apakan dek? Kok nggak diangkat sih.” Semburat khawatir semakin menjadi, pada diri Akta. Ini sudah panggilan ke empatnya namun tetap tidak ada jawaban.

“Kamu kenapa sih dek? Kenapa nggak diangkat. Jangan buat Abang khawatir” gumamnya dan menghentakan kaki kanannya gusar karena rasa cemas yang melanda.

Setelah sekian panggilan terbaikan akhirnya panggilan teleponnya diangkat dan ada rasa lega yang menyelimuti.

“Assalamualaikum dek kamu kemana aja? Kenapa nggak diangkat-angkat sih” omel Akta pada orang seberang telepon.

“Walaikumsalam bang, ini Iza. Anna bang....” jawab Iza yang terdengar parau dan sedikit rasa cemas dari suara itu.

Akta yang sudah paham dengan keadaan bergegas pergi sambil menjawab “otw za, jagain Anna” titahnya pada Iza. Iza yang paham cuma menganggukan kepalanya meskipun tak terlihat oleh Akta.

Seperti orang kesetanan Akta berjalan gusar, dengan rasa cemas yang menggelayuti. Dengan kecepatan maksimal Akta berjalan menuju ke kamar temannya, Hendra untuk meminta bantuan. 

Braaaak

Suara dentuman pintu begitu keras hingga terdengar oleh rungu. Hendra sang penghuni kamar terkejut bukan main berkat ulah sohibnya itu.

“Lo kenapa sih Ta?” pekiknya terkejut.

“Ndra, Hendra”  panggil Akta penuh dengan nada kecemasan.

“Hei gue dengar nggak usah teriak gitu, panik bener kenapa woy.”

“Anterin gue ke kos Anna sekarang Ndra” ucapnya dengan suara paraunya, sedetik kemudian air matanya pun menjuntai ke pipi karena rasa khawatirnya begitu membabi buta dalam hati.

Hendra yang paham, tanpa bertanya lagi ia dengan kecepatan super bergegas  mengambil jaketnya untuk mengantar Akta ke kos adiknya. 

Hendra sedikit berlari menyusul Akta yang sudah berjalan dulu didepan sana, dalam hati Hendra membatin “kecil – kecil tapi jalannya cepat banget. Gue aja yang kakinya panjang nggak secepat itu jalanannya.”

Dalam perjalanan, diantara keduanya tidak terjadi percakapan apapun. Hendra yang penasaran pun bersuara, sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa Akta begitu membabi buta seperti tadi “Adek loh kenapa hmm? Udah ahh jangan nangis, katanya cowok tapi kok melow” bukan Hendra namanya jika hanya sekadar bertanya pasti bakalan ada jokes diantaranya.

“Bacot ahh lo, cepetan jalannya Anna butuh gue sekarang”.

***

Setibanya di kos Anna, tanpa pikir panjang Akta berlari tergesa ke kamar adiknya. Akta melihat adiknya dalam keadaan duduk menelungkupkan badannya kedepan sambil memegang kepalanya dan menangis. Sakit pasti pikir Akta. Akta menghampiri dan duduk disebelah adiknya dengan segera dia merangkul Anna yang sedang kesakitan.

“Sakit bang” cicit Anna masih dalam keadaan yang sama.

Akta mengangkat tubuh Anna dari posisinya dan sekarang Anna berada di dekapannya. “Udah minum obat?” yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“Kenapa belum hmm?” tanyanya lembut tapi dengan nada penuh penekanan.

Menggelengkan kepala adalah jawaban terbaik bagi Anna sekarang. Sang kakak hanya menghela napas jengah dengan sikap adiknya.

“Makan ya? Pasti kamu belum makan kan”

“Nggak mau”

“Pokoknya harus makan abis itu minum obat”  titahnya tidak boleh ada penolakan.

“Makan apa?”

“Terserah”

“Bubur kacang ijo mau?” Anna hanya menganggukan kepalanya.

Senyum Akta terukir kala sang adik mengangguki tawarannya. Dengan langkah ringan ia menanggalkan sang adik sebentar untuk menemui sang kawan, meminta bantuan untuk membelikan makanan yang diiginkan adik tercintanya. 

“Ndra boleh minta tolong beliin bubur kacang ijo”  pinta Akta pada Hendra.

“Buat si cantik ya?”

“Iya, jangan kasih susu Ndra”  ucapnya sembari memberi uang lembaran lima puluh ribuan.

“Siap bosque”

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Hendra mendapatkan pesanan yang mulia cantiknya, hanya perlu waktu lima belas menit saja. Bagi Hendra.  Ia  kembali dengan membawa bubur kacang hijau pesanan Akta, untuk cantiknya. Hendra menunggu didepan dan dengan segera mengirimkan pesan untuk Akta memberi tahu bahwa dia sudah didepan. 

“Ta, boleh jenguk si cantik nggak?” tanya Hendra sambil memberikan kantung plastik berisi bubur pesanannya tadi.

“Bentar aku tanyain dulu ya” 

Tak perlu menunggu lama, Hendra mendapat jawaban yang dia mau. Akta kembali dengan membawa kabar yang begitu menggembirakan untuknya, kata Akta “Boleh katanya ndra, tapi bentar aja ya. Tadi pesannya gitu.” Sederhana tapi menyenangkan adalah persetujuan Anna memperbolehkannya untuk menjenguk cantiknya.

Selepas mendapat persetujuan, Hendra berada dalam kamar Anna sekarang. Tidak lupa senyum simpul manisnya ia tampilkan, barang kali senyumnya bisa jadi obat untuk cantiknya.

“Cantik cepet sembuh ya,nggak tega Abang lihatnya” ucap Hendra penuh kekhawatiran. Anna hanya tersenyum untuk menanggapinya. 

“Adek lo tetep cantik ya ta?, padahal lagi sakit masih aja keliatan cantik”  ujar Hendra pada Akta tapi sebenarnya ingin menghibur Anna.

Anna sedikit terkekeh mendengar perkataan Hendra. Ia sedikit terhibur akan ucapan Hendra yang berusaha melucu untuknya. Melihat Anna tersenyum untuknya, dunia Hendra seakan runtuh saking bahagianya “ihh dia senyum ke gue dong Ta, senang beut gue” Serunya tidak bisa menahan diri.

“Untung teman” seloroh Akta, kalau bukan karena adiknya sakit mungkin Akta sudah menggetok kepala Hendra.

“Makasih bang Hen udah mau jenguk aku” cicit Anna tapi Hendra masih mendengar meskipun suaranya terlampau pelan.

“Haduh akhirnya denger kamu ngomong langsung ke aku cantik, suara kamu lucu sekali, aku suka – aku suka.” ujar Hendra penuh dengan rasa gembira karena mendengar suara Anna.

Pleetak

“Sakit ogeb, serius galak bener nih Abangnya kayak babon abis bertelur sensitif banget” ucap Hendra sambil mengusap jidatnya yang baru saja dipukul oleh Akta.

“Lagian lo lebay banget, sumpah. Udah sana pulang.”

“Rumah gue jauh ta, di Pati sono tega lo. Harus lintas provinsi dulu gue kalau mau pulang.”

“Haduhh kalau ogeb jangan dipelihara dong ndra serius deh. Udah keluar sana yang ada adek gue tambah sakit gegara lo”.

***

Note : 

Semoga suka dan selamat membaca

Love – nawujung 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status