Share

Episode 9 - Melebur Rindu

Kemalangan tidak harus senantiasa dirutuki, lebih baik disyukuri. Hitung - hitung dijadikan motivasi untuk penyembuhan diri. 

-Annandya Mahir Faiz- 

____

Beberapa tahun lalu tepatnya saat Anna berada di kelas sepuluh pernah mengalami kecelakaan yang mencederai kepalanya. Kala itu kepala Bagian atas sisi kanannya membengkak akibat benturan yang terlalu keras. Kejadian itu terjadi begitu saja, saat ia pergi bersama temannya untuk kerja kelompok. Namun kemalangan malah menimpa dirinya. Saat itu Anna langsung di larikan kerumah sakit untuk mendapat pertolongan, dan saat itu pula dokter melakukan test lanjutan yaitu CT Scan.

Berdasarkan hasil, dokter menjelaskan jika Anna memiliki penyakit bawaan genetika berupa kista dalam otaknya. Namun dokter tersebut tidak menjelaskannya lebih lanjut. Dokter hanya bilang itu tidak apa – apa dan bukan masalah yang serius. Jadi tidak perlu dikhawatirkan, demikian penjelasan dokter.

Namun kenyataan tidak sesuai yang diharapkan, meskipun kata dokter itu tidak menimbulkan dampak yang berarti pada kondisi Anna. Namun nyatanya dua tahun setelah dianogsis dokter waktu itu, Anna sering mengeluh sakit kepala yang membuat kedua orangtuanya khawatir.

Waktu terus berjalan sampai saat Anna berada dibangku kelas dua belas, ia sering sekali merasakan sakit yang begitu hebat yang hinggap dikepalanya. Ia merasakan kesakitan itu hampir setiap waktu, namun Anna tak pernah mengaduh pada orangtuanya ataupun kakaknya. Namun pada suatu malam, saat ia sedang asik belajar untuk ujian masuk universitas tiba – tiba saja rasa sakit menerjang begitu hebatnya, ritme denyut sakit lebih dari biasanya yang biasa ia rasakan. Akhirnya Anna sudah tidak tahan untuk menahan rasa sakitnya, dan akhirnya Anna mengaduh pada orang tuanya apa yang ia rasakan selama ini.

Awalnya ia kena omel karena Bundanya takut, putrinya kenapa - kenapa. Jangan menganggap remeh suatu penyakit begitu kata sang Bunda. Alhasil Anna diboyong kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Sampai akhirnya Dokter menyarankan untuk melakukan MRI (Magnetic resonance imaging) saja, untuk mengetahui lebih dalam. Sebelumnya, Dokter sudah melihat hasil CT Scan Anna dua tahun lalu, namun Dokter menyarankan untuk MRI agar tahu lebih jelas lagi.

Berdasarkan hasil MRI – nya, Anna didiagnosa memiliki kista arachnoid di kepalanya. Pertama kali mendengarkan itu terdengar sangat mengejutkan, rasanya aneh sekali ia bisa memiliki penyakit yang begitu asing oleh rungunya.

Kista Arachnoid merupakan kantung berisi cairan di dalam kepala atau tulang belakang. Kista arachnoid berkembang di antara otak atau sumsum tulang belakang dan membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang, yang disebut membran arachnoid. Cairan dalam kista yang sering ditemukan adalah cairan serebrospinal (CSF), cairan bening yang melindungi dan memberi makan otak dan sumsum tulang belakang.

Kista arachnoid lebih sering terjadi di dalam kepala daripada di sekitar sumsum tulang belakang. Di kepala, kista arachnoid dapat berada di antara otak dan tengkorak atau di dalam otak. Kista arachnoid di otak terbentuk di ruang terbuka yang disebut ventrikel yang biasanya mengandung CSF (source : hanostdocs.id).

Namun dokter mengatakan jika kista yang dimiliki Anna termasuk kedalam kista arachnoid primer dimana kista ini merupakan kista bawaan lahir yang tidak menyebabkan gejala – gejala yang berarti.

Tapi berhubung Anna sering merasakan gejala – gejala dasar seperti kepalanya sakit, tangan dan kaki kaku seperti kesemutan, Dokter memutuskan untuk melakukan pengecekan dan cek – up secara rutin untuk memantau keadaan Anna. Pengecekan ini dilakukan untuk memastikan jika tidak ada perubahan ukuran dari kista tersebut. Akibat gejala yang ia rasakan sehingga Anna harus mendapat perawatan yaitu pengobatan secara simptomatis untuk mengurangi rasa sakit dari gejala yang ditimbulkan.

Karenanya, Anna menjadi pengangguran selama satu tahun. Ia merasa terjerembab dalam kemalangan. Kala itu ia berada pada titik teratas kebahagiannya, dimana ia sudah membayangkan menjadi seorang mahasiswa rantau yang telah ia angankan sejak lama. Tapi nyatanya harus terjeda akibat kemalangan yang menimpanya. Alhasil itu membuat semangat hidupnya meredup, dia lebih banyak diam dan melamun. Meskipun Dokter mengatakan tidak perlu mengkhawatirkan, tapi namanya juga manusia ada rasa takut yang menggoda. Siapa yang tidak takut pada penyakit? Meskipun penyakit itu dalam kategori aman dan tidak membahayakan. Namun tetap saja itu mampu membuat was - was.

Dunia baru yang dibayangkannya selama ini sirna begitu saja. karena pada kenyataannya ia hanya dirumah. Melakukan kegiatan rumahan ala pengangguran yaitu tidur, makan, minum obat, dan cek – up ke dokter setiap sebulan sekali untuk mengambil resep obatnya. Sungguh hal yang sangat membosankan.

Beda halnya dengan sang kakak, Akta. Dia sudah menapaki dunia barunya sekarang, menjadi mahasiwa di universitas negeri ternama Di Yogyakarta membuat Anna semakin merana. Awalnya Akta menawarkan diri untuk tidak kuliah dulu, dengan alasan ingin menapaki dunia perkuliahan bersama Anna. Tapi keinginannya itu ditolak secara halus olehnya, karena Anna tahu sulitnya masuk ke universitas tersebut dan perjuangan kakaknya untuk masuk kesana sungguh luar biasa.

“Ngelamun ya?”

Ehhhh

Terkejut, Anna terkejut oleh suara Akta dan menyadarkannya dari lamunann. Anna sedari tadi melamunkan hal yang terjadi beberapa tahun lalu dimana dia mendapatkan kenyataan baru dalam dirinya.

“Diminum obatnya” titah Akta mutlak.

Tanpa menjawab apapun lagi Anna segera meminum obatnya, daripada mendapat siraman rohani dadakan dari kakaknya. Itu akan menyita waktu nantinya dan itu amat menyebalkan.

“Udah berapa lama nggak minum obat hmm?” tanya Akta to the point.

Anna sudah mengira hal ini akan terjadi. Sungguh kakaknya tahu segalanya tentang dia. Anna terkadang heran, tapi juga senang karena selalu diperhatikan oleh Akta.

“Dua minggu mungkin, kalau kurang nggak tapi kalau lebih iya” cicitnya.

“ANNANDYA!!”

Anna tesentak saat mendengar pekikan suara Akta menyebut namanya “Ya udah to  Bang ini adeknya lagi sakit loh, kok malah ngomel, lihat nih tangan sama kakinya aja masih kejeng gini ngomong juga masih sengal gini gegara ambekan (napas) adek senin kamis, masih aja ngomel” ucap Anna terputus – putus karena sesak didadanya.

Sang lawan bicara hanya menghembuskan napas lelah. Akta seperti ini karena dia khawatir dengan adiknya. Anna itu sedikit ceroboh dan lalai dengan keadaannya sendiri, itu yang membuat Akta harus selalu siaga menjaga Anna.

“Bang tidur sini ya.”

Karena permintaan sang adik, Akta bergegas menghampiri Hendra yang berada didepan untuk memberi tahu bahwa ia menginap.

“Ndra aku nginep kene (aku menginap disini).”

“Ya wis aku bali sek, sesuk mlebu ra? (Yaudah aku pulang dulu kalau gitu, besok masuk gak?)” jawab Hendra sekaligus bertanya. Sebenarnya Hendra hanya pencitraan bertanya demikian, karena ia sudah tahu jawaban pastinya.

“Heheh hapal bener dah sama gue, lo teman terbaek gue pokoknya. Biasa ya ndra, nggak tega gue ninggalin Anna.”

“Iya lah gue gitu, jadi gimana lo restuin nggak gue sama adek lo?.”

Pletaak

Entah itu sudah pukulan ke berapa yang di layangkan Akta pada Jidat Hendra. Mungkin ke seribu kali “Udah sana pulang, gak usah ngehalu” usir Akta.

***

“Setelah lulusan rencananya lo mau kemana yo.”

“Mau ngajuin jadi Dosen tetap gue, kan udah menuhin syarat. Pingin juga lanjut Bin gue, keren paling ya kalau gue punya gelar PhD dinama gue” jawabnya dengan menopang dagunya dengan kedua tangannya.

“Haduuh Yo, lo nggak capek mikir mulu. Udah kerja aja sana daftar PNS kan enak. Lo pintar pasti langsung lolos, bisa dijamin” sela Bintang.

“Gue pikir lagi aja nanti”

“Kebanyakan mikir makanya rambut loh abis noh” Bintang mencela.

Dio hanya mesem saja mendengar celetukkan sohibnya. Ahh iya kebetulan kedua pria dewasa ini sedang menikmati waktu malam bersama di salah satu angkringan langganan mereka yang dekat dengan tempat tinggal mereka.

Angkringan merupakan salah satu tempat ngumpul favorit mahasiswa di Yogya, salah satu tempat ikonik nya Yogya ya ankringan. Angkringan tempat makan paling bersahabat dengan kantong mahasiswa, meskipun harga bersahabat namun kualitas makanan tak ada duanya dan banyak pilihannya. Begitupun dengan Bintang dan Dio seperti orang pada umumnya mereka senang sekali meluangkan waktu mereka untuk quality time berdua, seperti malam ini dan mereka memilih angkringan sebagai tempatnya.

Menu favorit mereka adalah nasi kucing, sate ati, tempe mendoan, serta minumannya adalah kopi jos, lengkap sudah kebahagian lambung beserta pengecap rasa saat menikmati hidangan tersebut. Karena rasanya yang begitu dahsyat dan nagih. Pertama kali mereka tiba di Yogya, mereka cuma ingin mencoba karena penasaran, terutama dengan kopi josnya, awalnya memang begitu. Namun dari iseng mencoba itulah, mereka malah ketagihan dengan menu makanan dari angkringan tersebut. Makanan dan minuman tersebut menjadi menu wajib saat mereka nongkrong di angkringan langganan mereka.

“Bin, Bintang”.

“Hmm” jawab bintang berdeham karena dia sedang menikmati sate atinya.

“Bin kok gue pingin nikah ya” Entah lagi kena prank hati apa gimana. Tiba - tiba lontaran random Dio mengudara. Bintang yang mendengarnya terkejut membulatkan kedua matanya dan menelan paksa makanan yang baru saja dia kunyah.

“Udah punya calon emang.”

Bukannya menjawab dengan pasti, Dio malah mengendikan bahunya selaku jawaban untuk pertanyaan kawannya. Tentu saja itu membuat sang penanya geram dan berseloroh “random banget lo Yo.”

***

“Bang kangen Bunda pingin pulang” rengek Anna dengan suara paraunya, akibat menangis tadi.

“Nggak ahh kamu belum baikkan, minggu depan aja pulangnya. Nanti kalau kamu kumat dijalan bisa berabe, dek. Nggak – nggak, Abang nggak mau ambil risiko” ucapnya dan mengendikan kedua sisi bahunya seolah dia membayangkan sesuatu buruk akan terjadi.

“Tapi bang, udah dua minggu nggak pulang kangen Bunda, Ayah, Mahiro juga. Aku kangen huaaaa” rengekan Anna semakin menjadi.

“Nggak, keputusan Abang udah mutlak, masih sakit hmm?” tanya Akta berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Ck, dasar senang sekali out of the topic, iya masih atuh Bang. Ini kepala dari tadi kedutan mulu suer nggak ilang – ilang mana ambekan (napas) sesek banget lagi.”

“Udah tau gitu ngotot mau pulang, bandel kok dipelihara.” Akta berceloteh sambil menata kasur untuk alas tidurnya. selesai menata kasur ia membaringkan tubuhnya diatas kasur dan menghadap kearah adiknya.

Akta mendapatkan kasurnya sendiri setelah meminta izin ibu kosan Anna. Ibu kosnya sudah terlanjur paham, dan memakluminya. Memang keadaan Anna yang harus dalam situasi seperti ini. Setiap ada penghuni baru ibu kos akan memberitahukan bahwa akan ada situasi seperti ini tiap – tiap waktu. Ibu kos tidak mau kalau ada yang menyalah pahami keadaan si kembar ini.

Setelah mencukupkan dirinya berbaring telentang, sekarang Akta menghadap sang Adik. Akta memainkan pipinya sendiri dengan sengaja. Anna yang sedikit geram dengan tingkah kembarannya berucap “Sok imut banget sumpah.”

“Besok kamu ada kelas nggak?” tanya sang kakak dan menghiraukan ucapan adiknya barusan. Akta juga mengalihkan tangannya untuk mengelus kepala serta pipi Anna.

Anna berdecak kesal karena diabaikan, tapi tetap saja ia menjawab meski sedikit nada keterpaksaan disana. “Nggak ada bang, besok dosennya wisuda jadi kosong.”

“Oooh mas Dio ya?” tanya Akta.

“Hooh”.

“Udah ahh tidur, sini Abang elus – elus kepalanya.”

Anna mendekatkan tubuhnya pada Akta sedikit menempel agar ia mudah untuk memeluk kakaknya. Lebih tepatnya ia momposisikan dirinya menghadap Akta dan menggunakan tangan kiri kakaknya sebagai tumpuan kepala sembari tangannya memeluk punggung sang kakak. Sedangkan Akta melakukan ritual favoritnya yakni mengelus kepala Anna supaya adik tersayangnya cepat tertidur.

Terkadang Akta memang menginap di kos Anna. Akta akan menginap bila keadaan Anna drop atau sesuatu yang mendesak lainnya. Jangan berpikir kos Anna adalah kos bebas, tidak itu tidak benar. Kosan yang ditempat tinggali Anna merupakan salah satu kos yang mengutamakan keamanan para penghuninya.

Tidak boleh sembarang orang bertamu di kosan Anna. Ibu kosnya saja sangat galak. Itu terbukti dari ayam tetangga yang tak berani hinggap disana, meski hanya di halaman depan. Tapi dari awal ibu kos sudah tau keadaan Anna, jadi orang tua Anna sudah meminta izin bilamana Anna sakit sang kakak harus menemani. Karena itu permintaan khusus dan wajib hukumnya untuk Anna, sendiri. Karena Anna pernah berkata “kalau aku sakit harus sama abang”, katanya rasa sakitnya sedikit berkurang jika bersama kakaknya.

Anna dan Akta, ibarat lem dan perangkau yang selalu terikat satu sama lain. Saat Anna dalam keadaan benar – benar tidak baik Akta akan menguatkan Anna, begitupun sebaliknya. Akta tau Anna anak yang kuat, dia akan menyangga semua bebannya sendiri bila dirasa dia masih mampu. Tapi jika sudah melampaui batas kemampuannya dia akan tumbang dengan sendirinya dan mengadu pada Akta, Bunda atau Ayahnya jika dia sudah tidak mampu dan butuh sandaran untuk mengadu.

*** 

Note :

Semoga suka dan selamat membaca!!

Love - Nawujung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status