Share

Bab 5 : Dhika Satria

Games Virtual Reality yang sedang dimainkan oleh Dhika saat ini adalah alat pelatihan virtual yang telah dikembangkan oleh developer games Dopanda bekerjasama dengan organisasi sekolah pemburu monster di seluruh dunia.

Anak-anak yang belum memiliki ijin untuk bisa bertarung secara langsung dengan monster asli dari portal dimensi, bisa melatih dan membiasakan diri mereka dengan menggunakan alat ini. Beberapa skill yang diambil dari permainan ini bisa disesuaikan tergantung kebutuhan dari para pemakainya.

Saat ini Dhika belum memiliki kekuatan genetik apapun, oleh karena itu dia berlatih bertempur melawan monster dengan menggunakan skill-skill yang telah ada di dalam program game tersebut. Pada waktunya nanti ketika dia telah memiliki kekuatannya sendiri, program virtual reality ini bisa diatur untuk menyesuaikan diri dengan kekuatan yang dimiliki oleh penggunanya dan memberikan perhitungan efek yang sama dengan pertarungan yang sebenarnya.

Dhika terlihat sangat mahir dalam menggunakan ilmu tombak di dalam games virtual reality ini. Hal ini sebenarnya tidak mudah, karena games ini tetap membutuhkan gerakan sempurna dari para penggunanya untuk bisa mengeluarkan skill-skill tertentu.

Dhika yang sangat mengidolakan taring serigala tentu saja bisa melakukannya, dia telah berlatih menggunakan tombak dengan alat ini setiap pagi hari selama kurang lebih 2 tahun.

Alat seperti ini sebenarnya cukup mahal harganya dan tidak mudah untuk bisa dimiliki secara perseorangan, namun beruntung kakak Dhika memiliki sebuah akses dari tempat kerjanya sehingga dia bisa mendapatkan alat tersebut.

Kucuran keringat mengalir dengan deras di sekujur tubuh Dhika. Untuk anak berumur 7 tahun, Dhika memiliki postur tubuh yang sangat ideal sebagai seorang pendekar cilik. Beberapa tetangga yang melihat dirinya seringkali menanyakan apakah Dhika benar-benar merupakan anak kandung dari Dimas dan Bunga, karena karakter dan kepribadian Dhika ini sangat berbeda dengan kedua orang tua, bahkan kakaknya sendiri.

Ayah Dhika bekerja sebagai pekerja kantoran, sedangkan Ibu Dhika adalah ibu rumah tangga yang memiliki hobi melukis. Kakaknya Darma yang berusia 18 tahun saat ini adalah seorang ilmuan yang meneliti karakteristik monster dari dimensi lain di universitas umum.

Dalam garis keturunan keluarga Dhika tidak ada satupun yang memiliki bakat genetik sebagai pemburu monster, sedangkan Dhika saat ini yang masih berumur 7 tahun terlihat sebagai anak yang memiliki keterampilan sebagai pemburu monster.

“Hahhh hahhh hahh,” tarik nafasnya berart. “Akhirnya bos ini berhasil juga saya kalahkan hahaha. Sebentar sekarang ini sudah jam berapa?” Dhika segera melihat jam yang ada di dinding rumahnya. Dia tersentak kaget, ”Ahhh sudah jam segini, dugh harus cepat sarapan dulu, kalau tidak dimakan mamah pasti akan marah-marah lagi.”

Dhika melihat di meja makan telah disediakan ayam goreng dengan beberapa lalapan sayur dan sambal goreng kesukaannya. Dhika memakannya dengan lahap sekali, dia menikmati rasa yang didapatkan oleh lidahnya ketika butiran-butiran nasi putih hangat, bercampur dengan ayam goreng, lalapan sayur dan sambal goreng pedas masuk ke dalam mulutnya.

Dia terus memakannya dengan sangat cepat. Hanya dalam waktu 10 menit Dhika telah menyelesaikan menu sarapan paginya. Sekarang dia segera membuka bajunya yang bercampur keringat, membuangnya pada tampungan baju kotor, dan segera menyalakan keran dari shower air panas yang ada di rumahnya.

Dhika memperhatikan tampang dirinya pada cermin yang terletak di depan shower. Di depan cermin terlihat tampang seorang anak laki-laki berkarakter kuat, dengan alis dan mata yang sangat tajam. Rambutnya berwarna hitam pendek dengan potongan spike tipis pada samping bagian kiri dan kanannya. Dhika juga kemudian melanjutkan untuk melihat postur tubuhnya yang telah dia latih selama 2 tahun ini.

Berbeda dengan Reno yang cenderung kegemukan dan Doni yang bertubuh pendek, Dhika berperawakan tinggi dan langsing. Dia juga memiliki struktur otot lengan, perut dan kaki yang terlihat kuat dibandingkan dengan Yura yang cenderung lebih senang mengasah otaknya dibandingkan fisiknya. Namun karena saat ini dia masih berumur 7 tahun, perkembangan fisik tubuhnya belum bisa menjadi seperti layaknya orang dewasa yang bertubuh sempurna.

Sewaktu Dhika sedang asik memperhatikan perubahan pada tubuhnya, terdengar suara ketukan keras dari luar pintu kamar mandi.

< Dug dug dug dug >

“Dhika apa yang sedang kamu lakukan di dalam sana! Ayoo cepat sekarang sudah jam 7 lebih 15, kamu kan sekolah jam 8, nanti kamu telat.”

“Aduh iyah mam, bentar ini juga Dhika lagi cepet-cepet mandinya, bentar lagi beres.”

Dhika masih terlalu sibuk memperhatikan perkembangan postur tubuhnya sendiri, sampai-sampai dia melupakan kalau sebentar lagi dia harus segera berangkat kesekolah. Dhika kemudian segera membasuh dirinya.

*****

Dibandingkan dengan teman-teman seumurannya Dhika memang tampak lebih dewasa dan bisa diandalkan. Dia juga cukup banyak disukai oleh beberapa gadis cantik yang ada di sekolahnya.

Beberapa gadis memang menyukai Yura yang memiliki tampang imut dan pandai merayu, tapi beberapa gadis lebih menyukai Dhika karena dia memiliki karakter kuat, pandai, dan punya ambisi yang tinggi. Dhika saat ini memiliki peringkat ke 8 dari 257 anak seangkatan yang bersekolah di Lavender.

Lavender adalah salah satu sekolah dasar terbaik dari 15 sekolah dasar yang ada di kota Bandung. Sekolah ini terletak di tengah kota, dan memiliki luas tanah sekitar 1,5 hektar. Sekolah Dasar Lavender menerima anak-anak berumur 6 tahun, yang akan mereka latih selama 6 tahun disana sampai berusia 12 tahun. Anak-anak yang lulus dari sekolah ini nantinya akan mengenyam pendidikan lanjutan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Fasilitas yang disediakan oleh Lavender cukup banyak untuk level tingkat sekolah dasar. Disana mereka tidak hanya terfokus pada fasilitas untuk kelas pemburu monster, mereka juga memberikan fasilitas yang cukup banyak untuk kelas pendukung, bahkan mereka memiliki guru-guru terbaik untuk mengajar kelas umum bagi anak-anak yang ingin menjadi profesional pada bidang-bidang tertentu di luar kegiatan pemburu monster.

Pemilik sekolah Lavender dulunya adalah seseorang yang dikenal sebagai salah satu penempa senjata terbaik di negara ini. Senjata yang ia buat telah membantu banyak pemburu monster tingkat atas dalam misinya menyelamatkan dunia dari serangan monster yang muncul dari portal dimensi. Saat ini dia telah pensiun, dan ingin menggunakan hari-hari masa pensiunnya untuk melatih para generasi muda.

Lavender merupakan salah satu sekolah yang dikenal memiliki buku-buku kelas pendukung dan umum yang terlengkap di kota Bandung pada gerai perpustakaannya. Walau begitu pandangan masyarakat umum tentang kedua kelas ini tidaklah baik, mereka menganggap hanya kelas pemburu monster lah yang paling memiliki andil besar dalam dunia baru ini. Anak-anak dari kelas pemburu monster lebih memiliki banyak kesempatan untuk memiliki banyak uang dari hasil perburuannya.

*****

Dhika telah selesai mandi, dia juga telah mengenakan kemeja atas berwarna putih, celana jeans hitam, dan setelan rompi jas berwarna ungu yang merupakan seragam sekolah resmi.

Sekolah Lavender terkenal dengan anak-anaknya yang selalu berpenampilan trendy. Anak-anak yang bersekolah disana biasanya berasal dari golongan keluarga berpenghasilan menengah ke atas. Dhika cukup beruntung karena dia bisa memiliki kesempatan untuk menimba ilmu disana.

“Mam Dhika pamit dulu yah, sore ini Dhika kemungkinan akan pulang terlambat, ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, jadi kalau ada apa-apa, nanti mamah telepon saja.”

“Iyah Dhika tapi hati-hati yah di jalan, jangan suka melamun, nanti kamu bisa ditabrak orang.”

“Okay siapp mamah, Dhika berangkat dulu.”

Dhika menaruh papan jet hoverboardnya di aspal jalan, segera menaikinya dan meluncur dengan kecepatan tinggi menuju lokasi sekolahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status