Share

Bab 8 : Kemenangan

“Taring serigala sekali lagi telah membuktikan kepada kita semua kalau dia memang layak disebut sebagai pemburu monster terkuat saat ini. Bayangkan hanya dalam waktu satu hari saja dia telah berhasil mengalahkan semua monster yang ada di dalam portal dimensi itu seorang diri,” sahut seorang komentator dari sebuah acara liputan live Moutuber langganan Dhika.

“Percayalah kalian semua tidak salah mendengar kata-kata tadi, saya beritahu sekali lagi hanya dalam satu hari seorang diri, dia tidak perlu siapapun lagi untuk membantunya, dia masuk, dia beraksi, dan dia lenyapkan semua monster yang ada.”

“Coba, coba, coba lihatlah kemari, apakah kalian bisa melihat semuanya ini? Ini hanyalah sebagian kecil dari monster-monster yang telah dia kalahkan seorang diri di dalam portal dimensi ini. Ada begitu banyak monster ras Minatour, mereka semua terlihat sangat kuat dan menakutkan … tapi itu kalau mereka masih hidup tentunya ahahaha.”

“Jadi bagaimana nih, apakah kalian semua sudah cukup puas? Apakah kalian semua bisa tertidur pulas malam ini? Tentu saja, selama ada taring serigala yang bertugas di negara kita, kita pasti bisa tertidur lelap setiap hari.”

“Kita tidak bisa meliput wawancara secara langsung dengan pahlawan kita ini, yang tentu saja kalian semua tahu alasannya. Kalau begitu saya Tommy Kuswanto, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada kalian semua yang telah mensubcribe dan menonton acara liputan live saya hari ini. Saya undur diri dan selamat malam semuanya.”

Terlihat sebuah senyum kemenangan terpancar dari mimik muka Dhika. Dia merasa sangat puas setelah mendengarkan berita live yang telah ditayangkan secara langsung oleh Moutuber Tommy Kuswanto langganannya.

“Yeahhh akhirnya, sudah saya duga taring serigala pasti bisa mengalahkan seluruh monster itu hanya dalam waktu beberapa hari saja.”

Dhika kemudian mematikan tombol smart tv di ruang keluarga yang baru saja dia gunakan sebelumnya. Setelah itu Dhika berdiri dan melihat ibunya di belakang sedang asik melukis di ruang hobi yang posisinya berdekatan dengan ruang keluarga.

“Mah kalau papah kemana? Apakah hari ini tidak pulang juga?”

“Dhika kan mamah kemarin sudah bilang, papah kamu itu sedang ada pekerjaan yang sangat penting di luar kota. Mamah juga tidak tahu kapan papah akan pulang, tapi katanya bisa 1 minggu sampai 1 bulan. Kenapa Dhika rindu yah sama papah? Biasanya kalau ada papah di rumah kamu gak pernah cari tuh, sekarang papah gak ada malah nyariin.”

“Hah gak juga, cuma rasanya aneh saja di rumah jadi kayak sepi, gak ada orang. Papah keluar kota, kakak juga kerja di luar kota, kalau sudah malem seperti ini rumah kita seperti gak ada kehidupan aja jadinya.”

“Aduh anak mamah, jadi lagi kesepian yah. Kesini atuh temani mamah melukis.”

“Ahh tidak-tidak, kalau melukis sih gak mau, lebih baik Dhika belajar sendiri saja di dalam kamar.”

“Ya sudah kalau gitu anak mamah belajar aja yah di kamar, Dhika mau makan buah-buahan dulu gak?”

“Gah ah sudah kenyang Mah, makasih. Oh iyah Mamah masih ingat kan, hari sabtu ini Dhika akan mendapatkan kekuatan genetik? Acaranya akan diadakan di sekolah dari pukul 8 pagi sampai 12 siang.”

“Oh iyah mamah ingat kok … hmm jadi karena itu Dhika tanya tentang papah … Dhika jangan marah yah nak, walau papah tidak bisa datang, tapi mamah pasti akan rekam acaranya. Nanti papah kamu bisa langsung lihat hasil rekaman videonya secara langsung.”

“Hmm ya tidak apa-apa, kalau gitu Dhika ke kamar dulu, kalau ada apa-apa panggil saja.”

Dhika berjalan masuk ke dalam ruang kamar tidurnya yang berukuran 5 x 6 meter. Di dalamnya lengkap dengan peralatan kamar tidur berukuran double bed, meja belajar panjang, lemari baju, dan satu set lemari dimana dia biasa menyimpan beberapa mainan action figure taring serigala. Dhika juga memiliki akuarium ikan air tawar yang dia taruh di dekat lemari mainan action figure.

Dhika menyalakan tombol on pada komputer berteknologi tinggi yang ada pada meja belajarnya. Komputer itu diperlengkapi dengan 3 layar monitor yang berada di tengah, sebelah kiri dan kanan. Setelah komputer itu menyala Dhika membuka beberapa program aplikasi yang ada di dalam komputer tersebut. Salah satunya adalah program aplikasi jaringan sosial yang biasa dia gunakan bersama dengan teman-teman masa kecilnya Reno, Yura, Doni dan Wina.

Baru saja dia mengaktifkan aplikasi tersebut, muncul di layar sebuah tampilan chat yang berasal dari Reno.

“Hei Dhika, akhirnya kamu ol juga, kamu tadi sudah lihat berita live taring serigala di Moutuber kan?”

“Ya tentu saja Ren, kata-kata kita kemarin sore sudah terbukti kan, taring serigala pasti berhasil menaklukan portal dimensi itu.”

“Ya kamu benar Dhik, oh ya ini anak-anak yang lain sepertinya sudah online.”

“Okay kalau gitu sekarang kita aktifkan saja mode tele conference Ren.”

Dhika terlihat sedang menekan tombol opsi tele conference pada layar monitornya.

“Hai, hai selamat malam semuanya,” sapa Wina senang.

“Lho Win rambut kamu kok masih basah gitu sih, baru beres mandi yah?” tanya Reno.

“Hahaha iyah ini, tadi Wina baru saja beres mandi, hari ini di rumah lagi ada acara makan-makan, papah mamah Wina kan hari ini ulang tahun pernikahan yang ke 20. Jadi tadi kita di rumah lagi pada ngumpul, dan ini juga baru aja beres. Oh iyah Don makanan yang kamu buat tadi sore enak juga lho, nanti kapan-kapan ajari Wina cara membuatnya yah.”

“Oh makanan tadi sore yah, boleh Win nanti kalau kamu mau ikut belajar buat makanan seperti tadi boleh kok. Wina kapan-kapan bisa langsung bergabung ke kelas masak di sekolah, nanti disana saya akan ajarkan cara membuatnya.”

“Wah mimpi apa saya semalam, kok kamu sekarang mau coba belajar masak sih Win, jangan-jangan kamu belajar masak agar bisa kasih makan siang untuk kak Willy yah? Cieee cieee, temen kita ada yang lagi jatuh cinta nih”

“Eh apa sih Reno, kamu ini suka halu aja.”

“Kak Willy? Tanya Yura kaget. “Tadi sore kalian bertiga bertemu dengan kak Willy?”

“Iyah Yura tadi kita bertiga bertemu dengan kak Willy waktu kita selesai berlatih. Tadi siang kita lupa tidak cerita sama kalian berdua,” jawab Dhika.

“Apa saja yang kalian bicarakan dengan kak Willy?” tanya Yura penasaran.

“Hmm tidak banyak juga sih hanya …”

“Kak Willy bilang kita hebat,” potong Reno. “Kita bertiga hebat karena sudah mampu mengalahkan bos dari portal dimensi akasia level 50 hehehe keren kan.”

“Ya ya ya, tapi itu kan hanya pertarungan virtual saja Ren,” ucap Yura. “Lagi pula kalian bermain game itu hanya menggunakan skill settingan kok, itu kan bukan skill asli milik kalian. Bagaimana nanti kalau pada hari sabtu nanti ternyata kalian tidak memiliki kemampuan genetik yang cocok sebagai pemburu monster, bukankah semuanya itu akan jadi sia-sia.”

“Lho kamu kok gitu sih Yur, kenapa kamu bilang seperti itu,” protes Reno. “Itu kan jadi seperti kamu sedang mendoakan kita semua agar tidak mendapatkan kekuatan genetik sebagai pemburu monster.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status