“Bukan, bukan seperti itu maksudnya Reno,” jawab Yura. “Tapi ini yang menjadi alasan kenapa saya tidak pernah mau ikut pelatihan virtual sewaktu kita belum jelas kekuatan genetik seperti apa yang nantinya bisa kita miliki. Bayangkan seandainya Reno yang berlatih menjadi Tank, tapi pada saat hari sabtu nanti kemampuan genetik yang Reno miliki sebenarnya adalah tipe Assasin misalnya, bukankah itu akan menjadi sulit, untuk kita bisa membiasakan diri lagi.”
“Iyah betul, tapi itu juga kan bukan berarti apa yang kita bertiga lakukan saat ini menjadi sia-sia, pasti ada banyak hal yang telah kita dapatkan dari berlatih menggunakan mesin itu kok,” berontak Reno tak setuju.
“Karena itu saya bilang tadi sebaiknya kita berlatih menggunakan alat itu setelah kita tahu kekuatan genetik apa yang kita miliki pada hari sabtu nanti. Kamu ngerti gak sih!”
“Yura, Reno sudahlah ayo jangan ribut lagi, gimana sih kalian ini, kalau gak ribut sama Dhika, kalian berdua yang ribut. Wina selalu bingung melihat kalian bertiga, kenapa kalian tidak bisa seperti Doni, rasanya Doni tidak pernah ribut-ribut seperti kalian bertiga.”
“Haha saya juga jadi kena imbasnya yah,” kata Dhika merasa terpanggil. “Iyah Yura, Reno sudah kita jangan ribut lagi, bagaimanapun dua hari lagi kita semua bisa mengetahui secara langsung kekuatan genetik apa yang ada di dalam tubuh kita nanti. Tapi betul apa kata Reno, walau yang kita latih saat ini berbeda dengan kekuatan genetik yang kita dapatkan, saya rasa tidak ada salahnya untuk melatih kekuatan fisik kita. Sama seperti Yura berlatih pengetahuan umum tentang manajemen guild, dan Doni memilih berlatih memasak. Semua hal yang kita pelajari saat ini pasti akan berguna suatu saat nanti ketika kita menjadi seorang pemburu monster.”
“Ya okay baiklah kalau memang seperti itu,” kata Yura menyetujui. “Hanya saja kita jangan terlalu berharap banyak dengan keajaiban, saya hanya takut nanti kalian kecewa berat seandainya pada hari sabtu nanti …”
“Sudah, sudah tidak perlu diteruskan lagi Guys,” potong Doni menjaga pembicaraan tetap kondusif. “Nanti malah jadi pertanda buruk buat kita. Oh iyah bagaimana dengan situs jual beli online barang-barang pemburu monster, apakah diantara kalian ada yang sudah berhasil melakukan pencarian?” tanya Doni mengganti topik pembicaraan.
“Oh iyah kemarin saya sempat melihat beberapa peraturan yang ada pada website Shop Hunter agar kita bisa menggunakan situs jual beli online disana. Hmm, tapi rasanya untuk kita yang masih berumur 7 tahun itu akan sulit.”
“Kenapa bisa sulit Dhik?” tanya Doni.
“Ya itu karena beberapa persyaratan seperti nomor identitas penduduk, dan umur minimal. Kita baru bisa menggunakan situs itu untuk transaksi jual beli setelah kita berumur 15 tahun.”
“15 tahun tidak mungkin, itu terlalu lama,” protes Reno. “Bukankah di umur 12 tahun nanti kita semua yang bersekolah di perguruan tinggi sudah bisa melakukan perburuan monster dengan guild yang dibentuk bersama dengan rekan murid yang ada di sekolah kita? Kalau aturannya seperti itu, bagaimana kita bisa menjual material hasil buruan kita?”
“Untuk hal itu,” terang Dhika. “Sepertinya mereka bisa menjualnya melalui lembaga sekolah Ren, mereka baru bisa menjualnya secara langsung dengan nama pribadi pada saat mereka telah berumur 15 tahun. Umur yang sama seperti saat kita mendapatkan identitas tanda penduduk kita nanti.”
“Ah aturan seperti itu jadi menyulitkan kita saja,” protes Reno. “Tidak bisakah aturan anak-anak dianggap dewasa setelah berumur 12 tahun? Bukankah anak-anak di jaman sekarang sudah jauh lebih maju dengan beberapa puluh tahun yang lalu? Jaman sekarang kita yang berumur 12 tahun sudah cukup dewasa kok, kenapa harus tunggu sampai kita berumur 15 tahun yah, itu kan masih sangat lama, 8 tahun lagi kita baru bisa dianggap dewasa OMG.”
“Iyah apa yang Reno katakan ada benarnya juga sih,” ucap Dhika menyetujui. “Beberapa anak yang berumur 10 tahun bahkan sebenarnya sudah mampu untuk melakukan kegiatan pemburu monster. Saya pikir seharusnya bukan hanya umur yang menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang, di jaman sekarang kekuatan genetik seharusnya bisa menjadi tolak ukur kedewasaan. Kalau kekuatan genetik kita sudah memiliki kemampuan yang layak untuk berburu monster, kenapa kita tidak diberikan ijin untuk melakukan banyak hal sendiri,” pikirnya bingung.
“Mungkin itu karena masalah mental kita Dhika,” jawab Wina. “Mereka pasti punya alasan tersendiri. Bayangkan saja tidak semua anak berumur di bawah 15 tahun yang sudah punya mental dewasa. Bagaimana kalau mereka menyalahgunakan kekuatan mereka dan menjual beberapa barang terlarang, seperti racun, atau senjata yang tidak berfungsi, bukankah itu akan merusak sistem perdagangan toko mereka. Mungkin karena hal-hal seperti itulah mengapa toko jual beli online pun hanya mengijinkan identitas dari seseorang yang sudah berumur 15 tahun, yang mereka anggap sudah dewasa, dan bisa bertanggung jawab seandainya terjadi sesuatu.”
“Hmm ya baiklah,” jawab Dhika setuju. “Kalau begitu sekarang kita cukup mempelajari item-item apa saja yang dijual disana, berapa harganya, dan darimana itu didapat. Nanti setelah kita bisa berburu secara langsung, kita akan tahu material apa saja yang harus kita kumpulkan, olah lebih lanjut, atau mungkin harus menyimpannya terlebih dahulu dan menjualnya disaat yang tepat.”
“Dhika benar ayo Guys kita lakukan riset saja dulu,” kata Reno bersemangat. “Kita juga pasti ingin tahu harga-harga senjata dan baju tempur pemburu monster saat ini dijual dengan harga berapa, terutama untuk ukuran anak-anak berumur 12 tahun.”
“Okay setuju,” Doni mendukung.
Dhika, Reno, Doni, Yura dan Wina masing-masing membuka situs website jual beli online Shop Hunter pada komputer milik mereka masing-masing di rumahnya. Ketika salah satu dari mereka melihat ada barang yang bagus, mereka saling menunjukannya satu sama lain. Beberapa barang yang tampak bagus mereka simpan dalam daftar wishlist, dimana suatu saat mereka bisa melihat kembali data itu.
Malam itu mereka berlima sangat menikmati hari-hari dimana mereka bisa tertawa dan bermain bersama. Tidak ada yang tahu sampai kapan mereka berlima bisa kompak seperti ini. Apakah dimasa depan mereka bisa tetap menjadi sahabat yang baik? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
*******
Hari sabtu, hari yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh anak didik sekolah Lavender yang seangkatan dengan Dhika, Reno, Doni, Yura dan Wina telah tiba. Hari yang akan menentukan pekerjaan dan masa depan seperti apa yang akan mereka jalani selama masa hidup mereka di dunia ini.
Semua anak dan orang tua murid tentunya merasa sangat senang sekaligus gugup ketika menunggu kepala sekolah mengumumkan pembukaan dari acara ini. Acara seperti ini biasa dikenal sebagai acara kebangkitan. Kebangkitan potensial terpendam dari anak-anak yang telah berumur 7 tahun.
Pada acara kebangkitan setiap anak yang mendapatkan gilirannya, akan masuk ke sebuah tabung dan mendapatkan radiasi cahaya yang muncul dari sebuah batu kristal berwarna pelangi ketika mereka berada di dalamnya. Cahaya dari batu kristal ini hanya akan bereaksi kepada anak-anak yang belum mendapatkan kekuatan genetik. Sinar yang muncul dari dalam batu ini akan masuk ke dalam tubuh anak tersebut dan membangkitkan seluruh potensi genetik yang selama ini tersembunyi di dalam tubuhnya.
“Saya Thor sang Master Blacksmith tentunya akan memastikan kalian semua bisa menjadi anak-anak yang hebat, tidak akan ada satu kekuatan genetik pun yang tidak bisa kami kembangkan. Kami akan pelajari kekuatan kalian, latih, bimbing, dan tingkatkan, sampai kalian semua bisa menemukan jati diri kalian yang sejati.”“Sekaran
Kelas Ibu Vina adalah yang pertama kali maju untuk masuk ke ruang aula dari pintu utama. Anak-anak sekarang berjalan melewati karpet merah yang sebelumnya memang telah disediakan untuk menyambut para guru. Sekarang di depan podium telah disediakan 3 tabung berukuran besar yang akan digunakan untuk membangkitkan kekuatan terpendam dari set
Orang tua dari anak ketiga yang baru saja keluar dari tabung tengah itu terlihat sangat cemas. Mereka berdiri dari tempat duduknya dan segera berlari ke bawah untuk mendekati anaknya. Salah seorang dari Tim medis yang memiliki kekuatan genetik pemulihan, terlihat sibuk menyelamatkan anak tersebut. Sinar berwarna biru langit menyelimuti tu
Doni, Reno dan Wina secara berurutan masuk ke dalam tabung kebangkitan. Para panitia memberikan beberapa instruksi dan kemudian menutup pintu tabung. Setelah pintu tabung ditutup, panitia menekan sebuah tombol yang mengaktifkan tabung kebangkitan tersebut. Ketika tabung itu diaktifkan sinar yang berasal dari sebuah kristal yang berada di
Dhika berteriak sekeras mungkin untuk melampiaskan rasa sakitnya. Sekarang dia merasakan kalau kedua bola matanya sedang terbakar, perih dan pedih seperti disilet berulang-ulang kali.“Aaaaaarrrggghhhhhhh”
Harusnya ada di sekitar sini sih biasanya, tapi … hmm tidak ada, atau mungkin ada di sebelah sana.Dhika mencoba mencari tombol lampu di dekat ruang wastafel kamar mandi perempuan. Biasanya tempat ini sering digunakan oleh anak-anak perempuan
“Hei Win, kemana anak yang lain?” Tanya Yura kepadanya.“Hmm entahlah, biasa anak-anak cowok, selalu datang terlambat, mereka tidak pernah bisa datang tepat waktu.”