Share

Bab 12 : Kebangkitan

Kelas Ibu Vina adalah yang pertama kali maju untuk masuk ke ruang aula dari pintu utama. Anak-anak sekarang berjalan melewati karpet merah yang sebelumnya memang telah disediakan untuk menyambut para guru.

Sekarang di depan podium telah disediakan 3 tabung berukuran besar yang akan digunakan untuk membangkitkan kekuatan terpendam dari setiap anak yang masuk ke dalamnya. Di depan sana Ibu Vina terlihat berbicara dengan beberapa orang yang menjadi panitia.

Dhika melirik dan mendongak ke sebelah kanan untuk mencari sosok Ibunya. Dia menemukan Ibunya sedang melambai ke arahnya dan merekam peristiwa penting ini. Dhika senang Ibunya bisa datang hari ini, sedangkan Ayah dan Kakaknya tidak bisa datang menyaksikan kebangkitan potensial dari anak dan adiknya sendiri.

Kadang dia merasa kesal apabila mengingat Ayahnya yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, dan kakaknya sendiri yang memiliki usia terlampau jauh dengannya tidak memiliki sedikit pun perhatian pada adiknya. Dhika merasa beruntung karena dia telah memiliki teman-teman seperti Reno, Doni, Yura dan Wina yang dianggapnya sudah seperti bagian dari keluarganya sendiri.

“Ayo anak-anak,” kata Ibu Vina. “Sekarang sudah waktunya kalian semua masuk ke dalam sana dan melihat langsung siapa diri kalian sebenarnya. Jangan gugup, dan percayakan saja kepada para panitia yang akan membantu kalian.”

“Pak silahkan boleh dibantu anak-anaknya,” pinta Ibu Vina kepada 3 orang panitia yang berada di dekatnya saat ini.

Setelah mendengarkan kata-kata dari Ibu Vina, petugas yang berada di depan sana membawa 3 orang anak yang berada pada baris depan untuk berjalan ke depan dan masuk ke dalam sebuah tabung besar.

Tabung besar itu memiliki kaca buram yang sedikit transparan, sehingga orang-orang yang ada di ruang aula bisa melihat secara langsung apa yang akan terjadi di dalam tabung tersebut.

Tiga teman dari kelas Dhika terlihat gugup, tapi mereka berupaya untuk bisa tetap bekerjasama dengan para panitia dan mengikuti instruksi-instruksi yang telah mereka berikan. Ruang tabung segera ditutup setelah mereka bertiga siap.

Setelah pintu tabung ditutup, sebuah aliran energi terlihat dialirkan melalui kabel-kabel yang terpasang diatas tabung tersebut. Energi itu masuk ke dalam 3 tabung dan memberikan efek reaksi kepada sebuah kristal besar yang ada di atas ruang tabung.

Di dalam tabung tersebut terlihat sebuah sinar cahaya terang yang sedang memancar masuk ke dalam tubuh anak-anak yang berada di dalamnya. Ketika sinar itu masuk beberapa anak mulai berteriak kesakitan. Mereka menjerit seolah-olah seperti ada sesuatu yang mencabik-cabik dan menyakiti mereka dari dalam tubuh.

Melihat itu tentu saja anak-anak lain yang sekarang berada di luar tabung mulai merasa ketakutan. Beberapa anak terlihat saling merangkul teman mereka yang berada di sebelahnya, yang lain saling menggenggam keras kedua tangan mereka.

Wina yang biasa tenang pun sepertinya mulai terlihat gelisah, dia tanpa sadar telah memegang pundak Reno yang ada di depannya dengan sangat keras. Reno tentu saja memberontak setelah sadar kalau tangan Wina menyakiti pundaknya.

“Awww, Wina apa sih yang sedang kamu lakukan.”

“Maaf Ren, gak sengaja.”

Dengan cepat Wina meminta maaf kepada Reno, sambil mereka berdua kembali mengamati apa yang sedang terjadi. Mereka tidak ingin ketingalan satu momen pun atas apa yang sedang terjadi di depan mata mereka saat ini.

Sinar di dalam tubuh anak-anak yang berada di dalam tabung memancar keluar dan menerangi seluruh isi tabung, namun warna yang terpancar berbeda-beda. Tabung sebelah kiri berwarna Hijau, sebelah kanan berwarna Merah, sedangkan yang ada di tengah berwarna Kuning.

Setelah ketiga sinar yang muncul dari dalam tubuh mereka secara perlahan menghilang, suara ringis kesakitan dari anak-anak itu pun mulai memudar. Para panitia menekan tombol yang ada pada tabung itu.

Pintu tabung terbuka, kepulan uap asap yang keluar dari dalam tabung cukup menyulitkan bagi orang-orang yang berada di sekitar untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam sana.

Anak dari tabung sebelah kiri keluar untuk pertama kalinya. Ketika dia keluar terlihat dua buah sayap besar berwarna hijau daun muncul dari belakang punggungnya. Sayap besar itu terlihat sangat indah seperti sebuah karya seni.

Anak itu mempelajari perubahan yang ada pada tubuhnya saat ini. Dia mencoba untuk mengepak-kepakan sayapnya. Ketika itu dilakukan terasa angin segar menghembus dari bagian depan ruang aula itu. Anak itu coba untuk melompat dan dia berhasil melayang terbang dengan bebas di sekitar ruang aula.

Para pengunjung yang melihat anak itu berhasil terbang dengan kedua sayapnya menyambut calon pahlawan generasi baru ini dan memberikannya sebuah sambutan yang meriah. Terlihat sebuah senyum kemenangan, rasa senang dan bahagia di balik tawa sang anak menyambut segala dukungan yang telah diberikan oleh para orang tua dan tamu yang ada di dalam ruang aula tersebut.

Tak lama, Anak dari tabung sebelah kanan keluar dari dalam tabungnya. Berbeda dengan anak yang sebelumnya, anak ini terlihat tampak kesakitan berjalan penuh lelah berupaya agar bisa keluar dari dalam tabung.

Pada saat dia sudah berada di luar tabung, dia melihat ke arah tangan kanannya. Dia bertindak seperti seolah-olah dia mengetahui ada sesuatu yang aneh pada tangan kanannya. Dia coba mengeluarkan sesuatu dari tangan kanannya.

Percobaan pertama tampaknya dia tidak berhasil. Dia coba melakukannya lagi beberapa kali, di kali ketiga dia berhasil membuat sebuah bola api raksasa yang berukuran hampir sama dengan tubuhnya saat ini.

Orang tua dari anak itu berteriak memberi semangat dari kejauhan. Anak itu merasa sangat bangga dengan api raksasa yang saat ini berada diatas tangannya. Mendukung anaknya, kedua orang tua anak itu juga memperlihatkan kekuatan yang sama, mereka berdua mengeluarkan sebuah bola api pada tangan kanan mereka, tapi dengan ukuran yang lebih kecil.

Sepertinya kekuatan genetik dari keluarga anak itu hampir seluruhnya sama-sama memiliki kekuatan elemental api. Melihat kenyataan itu Dhika jadi kembali mengingat perkataan yang Yura pernah katakan kepadanya. Mungkinkah dirinya bisa menjadi seorang pemburu monster?

Dhika mengingat kalau di dalam genetik anggota keluarganya tidak ada satupun yang memiliki kekuatan genetik yang cocok untuk digunakan sebagai kekuatan pemburu monster. Tapi Dhika tidak mau menyerah, tidak pernah ada yang tahu apa yang akan terjadi sampai dia mencobanya sendiri secara langsung. Dhika berharap ada sebuah keajaiban tersendiri pada kekuatan genetik yang saat ini tersembunyi di dalam tubuhnya.

Sekarang anak ketiga yang berada di tabung tengah keluar. Dia terlihat masih sangat kesakitan setelah dirinya keluar dari tabung itu. Dia merintih kesakitan kemudian jatuh lemas tak berdaya. Panitia yang melihat kejadian itu meminta tim medik untuk segera datang membantu.

“Hei apa yang sedang terjadi?” sahut Reno cemas.

“Sepertinya tubuh anak itu tidak kuat untuk menerima kekuatan genetik yang muncul dari dalam tubuhnya,” balas Wina kepada Reno.

“Maksud kamu apakah anak itu tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menerima kemampuan potensialnya?”

“Hmm, tidak seperti itu juga Ren, tapi untuk saat ini anak itu belum mampu mengatasi kekuatan terlalu besar yang berasal dari dalam tubuhnya. Dia perlu mendapatkan perawatan ekstra, sampai dia bisa mengendalikannya dengan baik.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status