Share

Bab 14 : Hitam

Doni, Reno dan Wina secara berurutan masuk ke dalam tabung kebangkitan. Para panitia memberikan beberapa instruksi dan kemudian menutup pintu tabung. Setelah pintu tabung ditutup, panitia menekan sebuah tombol yang mengaktifkan tabung kebangkitan tersebut.

Ketika tabung itu diaktifkan sinar yang berasal dari sebuah kristal yang berada di atas tabung tersebut masuk ke dalam tubuh tiga anak yang berada di dalamnya. Sewaktu itu terjadi ketiga anak yang berada di dalam tabung itu menjerit-jerit kesakitan. Ketiga orang tua dari anak-anak itu beserta teman-teman dekatnya merasa khawatir.

Cahaya yang terpancar dari dalam tabung kebangkitan milik Doni berwarna putih perak, dari tabung Reno berwarna abu gelap, dan Wina berwarna merah darah.

Doni adalah anak yang berhasil keluar pertama kali diantara mereka bertiga. Pada saat keluar, dia tampak kebingungan, tubuhnya melayang terbang dengan sangat ringan. Pada kedua kakinya terlihat seperti ada kekuatan lain yang menopang bobot tubuhnya. Tapi karena dia belum mampu mengendalikan kekuatannya dengan baik, dia mulai terbang lebih tinggi secara tidak beraturan.

Salah seorang tim medis yang melihatnya terbang tak terkendali seperti itu segera mengeluarkan sayap burung merpati dari punggungnya. Dia terbang keatas dan berupaya untuk menenangkan Doni. Dia mengajarkan Doni untuk terbang ringan mengikuti arahannya.

Doni terlihat senang ketika dia mulai bisa mengendalikan kekuatan genetiknya. Dia mulai turun kebwah mengikuti instruksi tim medis yang membantunya.

Orang tua Doni terlihat bercucuran air mata, setelah melihat anaknya yang mungil itu sekarang bisa terbang dengan kekuatan genetiknya.

Di bawah sana Reno yang baru saja keluar dari tabungnya terlihat bersinar dengan kemenangan. Dia berteriak nyaring seperti orang gila yang baru saja memenangkan hadiah undian lotre.

Seluruh badannya sekarang dikelilingi oleh material besi, ketika orang-orang di sekitar melihat dirinya, Reno membuat material besi yang ada disekitar tubuhnya menutupi mukanya untuk membentuk sebuah topeng. Topeng itu terus-menerus berubah bentuk, sampai pada akhirnya terlihat sesosok mahluk buas yang ada pada muka Reno. Mahluk itu tampak seperti beruang ganas bertaring runcing.

“Waaarrrgggghhhhh.”

Reno berteriak keras sambil mengepalkan kedua tangannya ke atas dan menghadap ke arah para penonton. Reno sangat memahami bagaimana caranya dia bisa menarik perhatian banyak orang kepada dirinya.

Penampilannya yang gemilang, dan penguasaannya terhadap kekuatan genetik barunya yang sangat cepat, membuat orang-orang yang ada di sekitar ruang aula berdecak kagum.

Reno adalah salah satu anak yang sampai saat ini telah berhasil menguasai kekuatannya dengan sempurna tepat ketika dia baru saja mendapatkan kekuatan genetiknya hari ini.

Di depan sana Reno tampil seperti calon pahlawan generasi baru yang siap menjadi salah satu pemburu monster kelas atas.

Kedua orang tua Reno beserta seluruh adik-adiknya bersorak-sorai melihat kegemilangan yang Reno dapatkan hari ini. Para tamu yang hadir di tempat itu pun memberikan tepuk tangan yang meriah, menyambut Reno dan Doni yang baru saja mendapatkan kekuatannya.

Berbeda dengan Reno dan Doni, Wina baru saja keluar dari dalam tabungnya dengan napas berat terengah-engah. Wina berjalan memaksakan diri tampak kesakitan. Dhika dan Yura melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi pada tubuh Wina.

Seluruh tubuh Wina sekarang telah terbakar dengan api yang muncul dari dalam tubuhnya. Rambutnya yang berwarna hitam sekarang telah berubah menjadi warna merah darah, sama seperti warna cahaya yang muncul dari dalam tabungnya.

Tim medik segera datang untuk membantu. Salah satu dari tim medik berupaya menenangkan Wina dengan memegang pundaknya. Baru saja tangan orang itu menyentuh pundaknya, dalam seketika pria itu terbakar.

Teman dari tim medik yang memiliki kekuatan genetik berelemental air segera datang membantu. Dia mengarahkan tangan kanannya pada tubuh Wina dan tangan kirinya pada tubuh temannya yang sedang terbakar api. Setelah itu dia menghentakan kedua tangannya ke arah mereka berdua untuk mengeluarkan semburan air dingin yang muncul dari bawah ke atas.

Semburan air itu berhasil memadamkan lidah api yang membakar tubuh salah seorang tim medis, maupun tubuh dari Wina sendiri. Beruntung tim medis yang memegang pundak Wina berpakaian pelindung lengkap, sehingga dia terselamatkan dari luka bakar permanen.

Wina sendiri sekarang sedang tersungkur lemas di lantai. Tubuhnya yang baru saja terguyur air dingin sekarang terlihat dikelilingi oleh uap asap yang mengepul dari tubuhnya. Kedua orang tua Wina segera datang mendekat. Tim medis sekarang mencoba untuk lebih berhati-hati untuk tidak sembarang menyentuh tubuh Wina. Mereka coba memegangnya untuk yang kedua kali. Kali ini tubuh Wina tidak membuat tim medis yang hendak merawatnya terbakar seperti sebelumnya.

Tim medis segera mengerahkan diri untuk mengangkat Wina menaiki tandu yang telah dipersiapkan dan membawanya menuju ruang khusus untuk pemulihan.

“Wina, apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya?” tanya Dhika khawatir.

“Seharusnya sekarang sudah baik-baik saja Dhik,” jawab Yura. “Sepertinya Wina juga belum bisa mengendalikan kekuatan elemen api yang dia dapatkan secara penuh. Tidak bisa mengendalikan kekuatan genetik dengan baik itu bisa terjadi karena dia merasa panik, ketakutan, atau memang tubuhnya belum mampu menerima kekuatan yang terlalu besar bagi dirinya.”

“Jadi maksud kamu, itu bisa saja berarti Wina telah mendapatkan kekuatan genetik yang terlalu kuat untuk tubuhnya saat ini, apakah seperti itu maksudnya?”

“Ya bisa saja seperti itu Dhik, atau seperti yang tadi saya sudah bilang itu terjadi karena Wina terlalu panik dan merasa ketakutan.”

Mendengar penjelasan dari Yura, Dhika memahami kalau Wina bisa saja terlalu panik karena merasa seluruh tubuhnya terbakar oleh api. Siapa saja anak yang mendapatkan kekuatan seperti itu pasti merasakan hal yang sama.

Setelah beberapa waktu, tim telah membenahi area aula utama sehingga bisa kembali digunakan untuk kebangkitan genetik anak-anak berikutnya. Sekarang setelah Doni dan Reno pergi meninggalkan ruang aula utama beserta keluarganya, berikutnya adalah giliran Dhika dan Yura untuk masuk ke dalam tabung kebangkitan.

Ibu Vina meminta Dhika dan Yura, beserta satu anak lainnya untuk segera masuk ke dalam tabung sesuai instruksi panitia. Dhika berjalan masuk ke dalam tabung tersebut, dan mendengarkan instruksi yang diberikan oleh panitia.

“Dek, nanti kalau kamu merasa kesakitan gigit karet ini, karet ini akan membantu kamu untuk menahan rasa sakit, dan mencegah kamu untuk melukai lidah kamu sendiri. Tetap tenang dan berteriak saja apabila merasa tidak kuat untuk menahan rasa sakitnya.”

Dhika menerima potongan batang karet dari panitia, menaruh potongan besar pada mulutnya untuk dia gigit, dan melingkarkan sisa karet tersebut ke belakang kepalanya.

Setelah pintu tabung ditutup, Dhika melihat diatas kepalanya ada sebuah sinar cahaya yang berasal dari kristal berwarna pelangi masuk ke dalam tubuhnya. Ketika sinar cahaya itu merasuki tubuhnya, Dhika merasakan sangat kesakitan.

Jantungnya berdetak lebih cepat, sel-sel di dalam tubuhnya memberontak dengan sangat keras. Ribuan rasa sakit menghampirinya. Dhika melihat sebuah cahaya berwarna hitam pekat keluar dari beberapa bagian pori-pori kulitnya. Dia merasa cahaya itu secara perlahan-lahan naik dari bagian bawah ke bagian leher, mulut dan kepalanya.

“Aaaaaaarrggghhhhhhhhh”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status