Share

Chapter 4

Naya tersenyum saat menatap tas makanan yang dia bawa. Di dalam sana, Ibunya sudah menyiapkan makanan dan kue yang banyak untuk diberikan pada Rezal sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantu anaknya. Entah kenapa wanita itu terlihat bersemangat saat Naya menceritakan hari pertamanya magang. Ibu Naya seolah memiliki perasaan bagus untuk nasib anaknya.

Lift terbuka dan Naya telah sampai di lantai 6, lantai di mana tempat departemen humas dan departemen keuangan berada.

"Selamat pagi!" sapa Naya pada beberapa karyawan yang sudah datang. Dia menyalami satu-persatu karyawan tersebut sebagai rasa sopannya. Bibirnya tidak berhenti untuk tersenyum. Entahlah, dia merasa bahagia saat ini.

"Adem banget sih, masih pagi udah dikasih senyuman manis," ucap Raga setelah melihat tingkah Naya.

"Masih pagi, Mas. Jadi harus semangat!"

"Gini terus ya, Nay. Mas Jedi seneng dapet energi positif dari kamu". Jedi berjalan mendekat dan berakting seolah-olah sedang menghirup aura Naya.

"Dih, nafsu lo!" Fira yang baru saja datang langsung mendorong wajah Jedi.

"Bawa apa itu, Nay?" tanya Raga pada tas kecil di tangan Naya.

"Makan siang, Mas. Sama camilan."

"Naya bawa bekel terus, Ga. Jadi jangan heran kalo liat banyak makanan di tasnya."

Rega mengacungkan dua jempolnya, "Bagus! Jarang banget gue liat cewek kayak gini."

Fira melirik sinis, "Lo nyindir gue?"

Naya hanya tertawa melihat interaksi seniornya. Suasana yang masih pagi membuat semua orang terlihat bersemangat. Naya duduk di mejanya dan mulai membuka laptop. Meskipun belum ada pekerjaan yang akan dia kerjakan, setidaknya dia sudah harus bersiap.

"Pak Rezal belum dateng ya, Mas?" bisik Naya pada Arman yang duduk di belakang mejanya.

Arman menggeleng dan menatap Naya aneh. "Kenapa nyariin Pak Rezal? Bukannya kamu takut?"

"Mau bilang terima kasih." Setelah mengucapkan itu Naya tersenyum dan berbalik.

Arman menegakkan duduknya dan menarik rambut Naya pelan, "Terima kasih buat apa?" tanya Arman penasaran.

"Rahasia."

"Dih, bocah!" Arman mencibir pelan dan kembali bersandar pada kursinya.

Naya masih tertawa sambil sesekali melirik tas makannya. Dia tidak sabar memberikannya pada Rezal. Entah kenapa dia ingin melihat wajah tampan itu.

"Pagi."

Tuh kan jodoh, baru dipikirin udah dateng.

"Pagi, Pak Rezal." Naya menyapa dengan senyuman lebar. Hal itu membuat langkah Rezal terhenti. Dia menatap Naya dengan alis yang terangkat, merasa aneh tentu saja. Namun perlahan dia mengangguk dan kembali berjalan menuju ruangannya.

Mata Naya masih mengikuti langkah Rezal sampai akhirnya punggung tegap itu menghilang dari balik pintu ruangannya. Naya meremas tangannya gemas.

Ganteng banget sih. Senyumnya juga tipis banget, bikin gemes!

Apa yang dilakukan Naya tak lepas dari perhatian para karyawan. Bukan rahasia lagi jika semua orang sudah tahu akan masalah Naya dan Rezal dulu. Terima kasih pada mulut Raga yang belum sempat tersumbat oleh pizza.

"Nay, kamu sehat?" tanya Raga sedikit takut.

"Iya, Nay. Kok nggak takut lagi sama Pak Bos?" Fira ikut bertanya.

"Gimana mau takut kalo hati udah kepincut." Naya terkekeh mendengar ucapnnya sendiri.

"Nay! Kok kamu malah suka sama Pak Rezal. Kan aku duluan yang deketin," ucap Jedi melotot.

"Apaan sih, Jed. Geli gue!" Arman yang sedari tadi diam ikut menyahut.

Naya dengan cepat berdiri dan meraih tas makanannya. "Aku ke dalem dulu ya Mas..Mbak.. Mau ngelurusin sesuatu yang tegang."

Raga terdiam menatap kepergian Naya dan beralih pada Fira yang juga sama terkejutnya.

"Kamu denger kan, Ga?" gumam Fira pelan..

"Itu apaan yang tegang?!" Kali ini Jedi yang berteriak histeris.

***

Rezal menatap komputernya dengan dagu yang bertumpu pada tangan kirinya. Perlahan tangan kanannya menjalankan mouse untuk memulai pekerjaan. Gerakan tangannya terhenti saat mendengar suara ketukan pada pintunya.

Pintu terbuka setelah dia memberikan ijin. Dahinya berkerut saat melihat Naya yang tersenyum lebar padanya. Ada apa dengan gadis itu? Ke mana tatapan takutnya seperti kemarin?

"Pak Rezal sibuk?" tanya Naya dari ambang pintu.

"Nggak terlalu. Ada apa?" Rezal mulai bersandar pada kursinya. Dia mengamati Naya yang mulai masuk dan menutup pintu rapat. Saat sudah berdiri di depan mejanya, Naya meletakkan sebuah tas kecil di sana.

"Ini buat Bapak."

Alis Rezal terangkat, "Apa itu?"

"Makanan dari Ibuk, Pak. Sekalian mau balikin jas hujan juga."

Rezal menarik tas itu mendekat dan melihat isinya. Di sana ada kotak makan dan beberapa kue yang tampak menggugah selera.

"Ibu kamu yang kasih?" tanya Rezal bingung.

Jujur saja, dia masih belum tahu apa maksud Naya melakukan ini. Masih hari kedua, tapi gadis itu sudah menunjukkan hal-hal yang di luar dugaan.

"Iya, Pak. Dari Ibuk untuk ucapan terima kasih. Kalo nggak ada Bapak kemarin, anak gadisnya pasti pulang malem."

Rezal mengangguk paham, "Cuma jas hujan, Nay. Nggak perlu repot-repot."

Tapi udah berhasil buat saya baper, Pak.

"Oke, saya terima. Sampaikan makasih saya buat Ibu kamu."

Akhirnya Ibuk dapet salam dari calon mantu, batin Naya terus berkhayal.

"Ada perlu lagi, Nay?" tanya Rezal ketika Naya tak kunjung berbicara atau keluar dari ruangannya.

Seperti tersadar akan sesuatu, Naya menggeleng cepat dan mulai berlalu pergi. Sebelum berhasil membuka pintu, Rezal kembali memanggilnya.

"Nay?"

"Iya, Pak?"

Rezal tersenyum tipis, "Kamu udah nggak takut lagi sama saya?"

***

Di tengah malam, Rezal turun ke dapur dengan langkah pelan. Dia tidak ingin membangunkan ibunya karena tidak ingin mendengar omelan yang sama setiap harinya. Di tangannya terdapat tas makanan pemberian Naya. Dia sudah memakan sebagian isinya tadi di kantor dan sekarang dia akan memakannya lagi. Setidaknya Rezal membutuhkan oven untuk menghangatkan kue basah itu. Dia bersyukur jika kuenya tidak cepat basi.

Duduk di meja pantry dengan segelas air, Rezal menunggu makanannya selesai dihangatkan. Dia juga membuka kulkas untuk menemukan makanan tambahan. Dia memang belum makan malam dan nekat untuk lembur tadi. Oleh karena itu tenaganya habis di tengah malam.

Rezal tengah menyiapkan makananya di piring tanpa menyadari jika ada Ibunya yang mengintipnya dari pintu dapur. Wanita itu selalu peka jika ada sesuatu di dapur kesayangannya. Perlahan Ibu Rezal berjalan mendekat ke belakang putranya. Matanya melirik pada makanan Rezal dan mengangguk paham. Perlahan senyum mulai menghiasi wajahnya.

"Makanan dari siapa, Zal?"

Rezal terkejut dan menyentuh dadanya pelan. Dia melirik Ibunya kesal. Sengaja dia turun di tengah malam untuk menghindari Ibunya, tapi yang ada wanita itu sendiri yang mendapatinya di dapur.

"Makanan dari siapa, Zal?" tanya Ibunya lagi dan mulai meraih kue yang menarik perhatiannya.

Saat Rezal akan menjawab, dia kembali menutup mulutnya. Dia baru sadar jika Ibunya sangat sensitif dengan nama perempuan. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari jawaban lain.

"Beli."

"Ngapain beli? Mama kan masak, Zal."

Rezal mengangkat bahunya acuh, "Sekali-kali."

"Kalau beli, ini kotak makan punya siapa?" Wanita itu menunjuk kotak makan di samping Rezal dengan tatapan jahil. Mulutnya terbuka dan mulai memakan kue di tangannya.

"Punyaku sendiri lah, buat di kantor."

Rezal merutuk dalam hati dan mengambil kotak makan itu. Dia meletakkannya dengan cepat ke tempat cuci piring.

"Oh, emang sejak kapan kamu suka warna merah muda?" Lagi-lagi Ibu Rezal menggodanya.

"Ma.." Rezal menatap Ibunya dengan wajah yang memelas. Dia lelah malam ini dan hanya ingin segera menghabiskan makanannya.

"Iya, iya. Mama nggak kepo lagi." Ibu Rezal mulai mencuci tangannya, "Btw, kuenya enak. Mama bisa pesen nggak buat arisan?"

"Kuenya nggak dijual."

"Nah kan! Ketauan kamu! Cepet bilang sama Mama, siapa yang kasih kamu makanan? Calon mantu Mama ya?" Ibu Rezal terlihat sangat antusias.

Rezal hanya menggeleng pelan dan membawa dua piring di tangannya keluar dapur. "Aku ke kamar dulu," ucapnya dan berlalu pergi meninggalkan Ibunya yang wajahnya tampak berseri-seri.

Akhirnya, calon mantuku bukan Joko. Masa Joko suka warna merah muda? Kan nggak mungkin.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wakhidah Dani
jangan kendor ya ma terus maju
goodnovel comment avatar
Gusty Ibunda Alwufi
hehehe lucu sama mamanya rezal.ayo ma pedekate sm calon mantu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status