Share

WFHLove - CH 1

Sesampainya di tempat gym di beberapa sudut ruangan sudah ada beberapa orang yang hilir mudik dan mulai memakai beberapa alat-alat olahraga. Beberapa orang masih ada di bagian reservasi. Tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampiri Lea. Laki-laki itu bertubuh atletis dan juga sangat tampan memiliki kulit tan dan juga ada bulu-bulu halus nan terawat yang tumbuh di sekitar dagunya.

“Hai Marco!” sapa Lea begitu melihat lelaki itu berjalan kearahnya.

“Hai, sudah sarapan?” tanya Marco balik.

“Belum. Ini si mbok bawakan ini untukku. Apa kamu sudah sarapan?” sambil menunjukkan sebuah kantong kecil berwarna biru muda yang sengaja si mbok bawakan untuknya.

“Baiklah. Aku akan mengambil sarapanku. Nanti kita ketemu di ruang makan ya.” Lalu ia undur diri sambil membelai kepala Lea dengan sangat lembut.

Marco memang menyukai Lea. Tapi Lea, masih betah menjomblo. Marco beberapa kali menyatakan keseriusannya, namun sayang Lea menolaknya. Padahal Lea juga sesungguhnya menyukai Marco. Tapi ia masih tidak ingin berhubungan serius dengan seorang laki-laki. Di saat usianya yang baru saja menginjak 20 tahun.

                Marco adalah salah satu pemilik tempat gym ini. Ia adalah pengusaha tempat pusat kebugaran dan juga healthy food. Setiap pagi dirinya pasti akan berada di tempat ini dan pukul 10 pagi biasanya dia akan pulang ke penthousenya yang terletak tak jauh dari mall itu.

“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Marco ketika melihat Lea sedang duduk menyandar pada kursi dan menatap nanar orang-orang yang sedang melatih kebugaran tubuhnya.

Lea tersenyum.

“Ada yang ingin kamu ceritakan? Aku siap menampungnya,” katanya penuh dengan kelembutan.

“Aku hanya lelah Marco. Jadwalku padat sekali akhir-akhir ini.” Sambil mengucek matanya yang terasa sedikit gatal.

“Kalau begitu, bagaimana setelah kamu latihan dengan Amira aku akan mengantarmu pulang. Lalu kemudian aku akan mengantar kamu ke kampus, karna yang aku tau kamu ada jadwal kuliah kan? Aku akan menjadi supirmu hari ini.”

“Kenapa sih kamu baik sekali Coco?” menatapnya dalam.

“Karna aku sayang padamu Lea. Masa kamu tidak mengerti juga?” katanya penuh harap.

       Lea kembali tersenyum lalu membuka kotak bekal makanannya dan menyeruput susu hangat yang dimasukkan kedalam tumbler oleh mbok Ijah.

/ / / / / /

Hari itu Marco benar-benar mengantar Lea ke manapun. Marco memang bisa dibilang bucinnya Lea. Walaupun udah berkali-kali di tolak, tapi ia masih saja berusaha meluluhkan hati Lea. Orang tua Lea sudah tau mengenai Marco yang mencintai anak satu-satunya itu.

Marco juga seorang yang laki-laki yang sangat bertanggung jawab menurut kedua orang tua Lea.  Waktu itu mereka pernah menitipkan Lea padanya ketika mereka secara mendadak harus keluar kota. Dan Marco menjaganya dengan sangat baik. Lea dan ARTnya juga menyampaikan hal serupa. Jadi jika Marco kapan-kapan mengajak Lea pergi keluar kota atau keluar negeri mereka pasti akan mengizinkannya ujar mereka berjanji.

“Ada yang ketinggalan ga coba dicek dulu?” kata Marco begitu Lea mendaratkan bokongnya di sebelah kursi kemudi.

Lea langsung memeriksa tasnya dan juga laptop yang ia bawa serta dari kelas tadi.

“Ga ada Coco. Yuk kita jalan,” jawab Lea tersenyum.

“Ok, jika memang tidak ada yang tertinggal. Mari kita jalan!” Marco kemudian memasangkan safety belt untuk Lea.

                Lea sudah mulai terbiasa dengan hal ini. Malah, hal ini bukan yang pertama kalinya Marco melakukan itu untuk Lea. Saat bersama Marco, Lea benar-benar merasakan sangat nyaman. Laki-laki berkulit tan itu benar-benar memanjakan hidupnya. Walaupun tidak setiap hari mereka bersama seperti ini. Tapi Lea selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan Marco yang notabene bucinnya.

“Semuanya sudah selesaikan?” Marco memulai pembicaraan begitu mobil Evoque hitam yang dikemudikannya melaju keluar dari gedung parkir kampus Lea.

“Iya. Bagaimana kalau kita mampir makan di resto milik Marriane?” tanya Lea antusias.

“Marriane? Ah tidak-tidak. Aku sedang malas betemu dengannya. Kami baru saja ribut.”

“Kenapa kalian ribut? Bukannya seorang Coco selalu menyayangi adiknya?” mengelus lembut lengan Marco.

“Aku memang menyayanginya. Tapi dia benar-benar sedang menjengkelkan. Aku tidak mau bertemu dengannya dulu.” Katanya masih dengan nada kesalnya.

“Memangnya kalian kenapa sampai-sampai kamu tidak mau bertemu dengannya?” tanya Lea sambil menatap Marco.

“Tidak apa-apa hanya saja dia tidak mau mendengarkan kakanya yang tampan tanpa batas ini.  Aku benar-benar dibuat jengkel olehnya.” Menampakkan wajah kesalnya.

“Bisakah kamu memaafkannya kali ini?” katanya sambil menyatukan tangannya dan memasang muka memohon.

“Oh, come on Lea. Jangan menatapku seperti itu,” katanya sambil terus berkonsetrasi menyetir, melirik sesekali kepada gadis yang berada di sebelahnya itu.

Lea masih mengerjap beberapa kali menampilkan wajah imutnya. Marco berfikir keras untuk mengabulkan atau menolak permintaan Lea. Lea masih bergeming dengan gayanya yang masih dibuat seimut mungkin dan masih tetap menyatukan tanganny. Memohon pada Marco.  Lea tau, jika dirinya sudah memasang tampang memohon Marco tak mungkin menolak permintaannya. Biar bagaimanapun Marco adalah bucinnya Kalea. Jadi apapun permintannya dia pasti akan mengabulkannya, sekalipun Lea memintanya mengambil bintang yang paling bersinarpun ia pasti akan mengambilnya jika itu memungkinkan.

“Ok-ok Princess, i’ll do!” ujarnya menyerah.

 “Yes!” Kalea kemudian tersenyum senang.  

Ia juga mencium sebentar pipi Marco. Hal itu sukses membuat semburat merah pada wajah lelaki berumur 26 tahun itu. Marco langsung salah tingkah dan merasakan seperti ada kupu-kupu yang terbang kesana ke mari di dalam perutnya. Ia sangat senang mendapat ciuman dari Lea, walau hanya di pipinya.

/ / / / / /

Lea dan Marco tiba di sebuah resto yang terletak di pusat kota Jakarta dan saat itu, sedang ramai oleh pengunjung. Resto itu kepunyaan adik Marco yang benama Marriane. Marriane dan Lea bersahabat sejak mereka masih sama-sama dibangku SMA.

“Marriane!” panggil Lea senang begitu melihat sahabatnya itu berjalan ke sana ke mari ikut membantu karyawannya menjamu tamu-tamu yang datang ke resto itu.

Tak lupa gadis berumur 20 tahun itu melambaikan tangannya dan tersenyum memamerkan deretan giginya yang terlihat rapi.

“Leaaaa!” katanya kemudian menghambur memeluk sahabatnya itu dengan senang, “sama siapa lo ke sini?” tanya Marriane yang berusaha mengacuhkan kakanya.

“Sama Coco,” katanya tersenyum dan melirik Marco yang sedang melipat tangannya.

Marco yang berdiri di belakangnya hanya memalingkan pandangannya kearah lain. Sedangkan Marriane memutar bola matanya dan melihat malas ke arah kakanya yang mengantarkan sahabatnya itu. Marriane langsung menarik tangan Lea untuk duduk di kursi yang sengaja ia taruh di sudut ruangan sebagai cadangan jika ada orang yang dikenalnya datang ke sana disaat sedang ramai seperti ini. Bisa dibilang itu kursi VVIP di resto itu.

Marco dan Marriane adalah kaka adik yang suka bertengkar namun saling menyayangi satu sama lainnya. Untuk permasalahannya ini, Lea tidak mengetahui. Tapi pasti sebentar lagi juga ia akan tau kenapa kaka beradik ini sampai perang dingin seperti ini.

“Mau minum apa Lea ku Sayang?” tanya Marriane penuh dengan senyuman.

“Gw mau ice cream! Seperti biasa. Lo tau apapun yang gw suka kan?” jawab Lea santai dan senang karna bisa bertemu dengan sahabatnya kali ini.

“Tentu saja!” Anne tersenyum.

“Coco mau minum apa?” tanya sang adik kepada Marco yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya.

“Apapun akan ku minum,” jawabnya datar tanpa menoleh pada adiknya.

“Tunggu ya. Pesanan kalian akan segera datang,” kemudian pergi melangkah menuju dapur.

Tak lama kemudian Marriane datang dan membawakan pesanan mereka. Ice cream 1 cup berukuran sedang rasa cookies & cream campuran coklat dan strawberry serta topping kiwi. Marriane sengaja menambahkan topping kiwi karna memang sahabatnya itu juga suka dengan buah rasa asam dan bertekstur lembut itu. Marco diberikan ice coffee latte ukuran besar dan juga roti panggang dengan selai nutella.

“Terimakasih Marriane cantik!” puji Lea pada sahabatnya yang sedang menaruh piring dan gelas-gelas di hadapan mereka.

“Sama-sama Lea. Tumben lo ke mari. Apa lo ga ada jadwal manggung hari ini?” tanya Marriane yang langsung duduk di sebelah Lea.

“Ya! hari ini gw lagi free dan malas ke manapun. Dan hari ini dengan baik hatinya Coco mau mengantar gw ke manapun.” Lea kini mengamit lengan dan menyandarkan kepalanya ke pundak Marco.

“Ohhh … baik hati sekali Cocoku ini.” Puji Marriane yang berusaha mencairkan suasana dan tak mengacuhkan kakanya lagi.

“Ga usah sok baik di hadapanku.” Jawab Marco sarkas.

                Lelaki itu masih menekuri ponselnya walaupun sudah dipuji oleh adiknya.

“Ululululuuuu … Coco jangan begitu dong,” goda Marriane yang langsung bangkit berdiri dan mencolek-colek dagu kakanya hingga kegelian dan risih sendiri.

“Ane hentikan!” katanya protes.

“Maafkan aku! Cocoku yang tampannya tanpa batas. Aku mengaku salah, dan aku minta maaf padamu,” memeluk kakanya.

Awalnya Marco memberontak, tapi begitu mendengar Marriane meminta maaf padanya. Ia langsung memaafkan adik satu-satunya itu. Karna jika membiarkan kakanya terlalu lama marah juga pastinya akan sangat berbahaya baginya. Salah satunya, uang jatah bulanannya pasti akan dihentikan akibat dirinya tidak menuruti maunya Marco. Laki-laki tampan nan baik hati itu memang selalu memberikan uang jajan tambahan untuk Ane. Walaupun Ane sudah mempunyai resto sendiri dan pengahasilan. Tapi jika Marco memberikan jatah bulanan, ia tak pernah menolaknya.

“Maafkan saja Adikmu itu ya Coco Sayang.” Kata Lea kali ini meminta mengulangi perkataannya tadi di dalam mobil menuju ke resto itu.

“Iya-iya akan aku maafkan. Tapi hentikan memelukku di depan Lea dan berjanjilah jangan menjadi Adik yang menjengkelkan!” katanya melerai pelukan adiknya.

“Memangnya kenapa? Lea juga tau kau menyayangiku,” kini Ane duduk di sebelah Marco masih memeluknya menyandarkan kepalanya pada lengan berotot yang Marco miliki, “aku berjanji aku akan menuruti Kaka tersayangku ini.” Lanjutnya.

Lea hanya terkekeh melihat kelakuan adik kaka ini. Jika mereka sedang bertengkar hanya Lea yang bisa membuat mereka berdua berdamai. Seperti yang sudah Author ceritakan tadi, Marco itu bucinnya Lea. Jadi apapun permintaan Lea. Ia pasti berusaha mengabulkannya. Kali ini permintaannya adalah memaafkan Ane. Dan Coco mengabulkannya.

“Nah! Kan enak melihat kalian akur. Aku sayang kalian!” kata Lea memeluk mereka berdua bersamaan,

/ / / / / /

“Kenapa sih kalian bertengkar?” selidiknya.

“Itu semua karna gadis di sampingku ini tidak mau mendengarkan kakanya yang tampan tanpa batas ini.”

“Jadiiii, ceritanyanya itu. Coco ngasih tau gw, kalo Mark jalan ama cewe lain. Tapi gw ga percaya. Akhirnya gw debat sama Marco. Dannn … ga sampai seminggu gw ngeliat dengan mata kepala gw kalo Mark emang jalan sama cewe lain. Akhirnya gw percaya sama Coco! Gw udah minta maaf tapi dia ga mau maafin gw dan thanks God. Lo ke sini sebagai perantara Allah untuk mendamaikan kami. Tapi bener kan Coco maafin adikmu yang manis ini?” memastikan kakanya mau memaafkannya dan mengerjapkan matanya berkali kali, bertingkah imut.

“Iya-iya gw maafin.”

                Lea tersenyum senang melihat kaka beradik ini benar-benar bisa berdamai.

/ / / / / /

Hi, Semoga kalian suka ya dengan novel ini, ya. Judulnya akan aku ganti, menjadi : WAITING FOR HER LOVE (Pakai kapital semua). Yang tadinya Pacarku Pecinta Ice Cream. Tapi aku sama sekali tidak akan merubah nama tokoh dan setting tempat dalam novel Pacarku Pecinta Ice Cream. Hanya cover dan Judul saja yang aku ubah.

Semoga kalian tetap mengikuti kelanjutan novel ini dan Jangan lupa untuk berikan RATE bintang 5 dan berikan comment kalian ya. Jangan lupa juga untuk add ke LIBRARY kalian ya  .

Penulisan judulnya author ganti juga ya jadi WAITING FOR HER LOVE (Pakai kapital semua) karna di profile sebelumnya author lupa passwordnya hehehe, jadi author akan lanjutkan cerita Damas dan Kalea di sini, ya. 

Selalu jaga kesehatan kalian ya dan patuhi protokol kesehatan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.  

Jika kalian menemukan novelku diplatform lainnya tapi bukan dengan pennameku : SZ. Soed. Tolong untuk infokan ke Author segera ya. Bantuan kalian akan sangat membantu Author sebagai pemilik SAH novel ini. 

GoodNovel penname : SZ. Soed (setelah titik pakai spasi)

Love, 

Author   

SZ. Soed

Hi, Semoga kalian masih terus menantikan novel ini ya. Maaf karna jarang sekali UPDATE, author akan berusaha semaksimal mungkin untuk melanjutkannya. Jadi, tetap tunggu dan nantikan kisah cintanya Damas dan Kalea dalam novel WAITING FOR HER LOVE ini ^_^. Jangan lupa untuk berikan rate 5 pada cerita author ini, tambahkan pada library kalian dan juga comment pada setiap chapternya ya (Tapi mohon untuk tidak membocorkan isi cerita yang author publish di kolom comment ya Sayang-sayangkuuu ^_^) Love, Author 💗 💗 💗

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status