Share

Part 1 - My Possessive Wife

“Sssttt honey, kamu belum mandi.” Rayden kemudian membuka pintu kamar, dan menurunkan Diza. Diza merasakan bumi disekitarnya berputar saat Rayden menurunkannya. Saat Diza hampir terjengkang namun Ray segera memeluk Diza.

“Maaf honey, kamu jadi pusing ya?” Ray jadi menyesali perbuatan jailnya yang malah memanggul istrinya itu.

“Ish udah tau pake nanya lagi,” gerutu Diza sambil memukul manja dada suaminya.

“Cup cup cup ... Baby gede nggak boleh ngambek,” ucap Ray sambil mempererat pelukannya dan mempuk-puk kepala Diza.

‘Mmmh.” ‘Dada Ray sandar-able banget sih, jadi ngantuk’ –batin Diza. Diza yang sudah akan sampai ke Antartika malah dibangunkan oleh Ray.

“Honey, cepet mandi biar seger.” Ray menyadarkan Diza.

“Males,” ucap Diza sambil menduselkan kepalanya di dada Ray.

Ray tersenyum dan mengecup kepala Diza. “Aku mandiin ya,” ucap Ray sambil tersenyum-senyum.

“Dih itu mah maumu.” Diza langsung tersadar 100% dan segera melepaskan pelukan mereka untuk pergi ke kamar mandi.

Saat pertama kali Dia membuka kamar mandi Diza langsung dibuat terpukau oleh arsitektur dalam ruangan itu. Selain karena handle dan pancuran yang berlapis emas, dan kaca besar yang didampingi dengan meja yang berisi peralatan mandi terlengkap dengan merek yang Go International. Jacuzzi yang digunakan juga dihiasi banyak batu giok di sekelilingnya.

“Wah apa ini asli?” Diza mengusap-ngusap giok itu dan berusaha mencongkelnya namun tidak berhasil. “Ah sayang sekali pasti sangat indah jika giok itu berada di jari-jari ku,” gerutu Diza. Diza mengusap-ngusap jari kirinya yang polos. 

“Hmmm… Wangi bunga lavender memang sangat cocok dipakai untuk aroma terapi.” Diza sangat menikmati harum yang menguar di sekelilingnya.

Di dalam Jacuzzi juga telah terisi air dengan bunga berbagai warna. “Hmm banyak banget bunganya, dikira aku ratu lebah apa ya?” gerutu Diza.

Diza kemudian menggerakkan jarinya ke dalamnya untuk mengecek suhu air. “Hangat.”

Dan Diza memutuskan untuk berlama-lama tenggelam dalam kenyamanan yang diberikan ruangan tersebut.

“Aaahh segarnya!” seru Diza yang memakai kimono dan merentangkan kedua tangannya setelah keluar dari semedinya di kamar mandi. Diza tersenyum bahagia sambil memeluk tubuhnya karena sekarang ia merasa rileks. 

“Bahagia banget hmm,” ucap Ray setelah mengecup leher Diza.

Diza sempat terkejut sejenak karena merasa ada yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Diza kemudian berbalik menghadap Ray untuk memeluknya. 

“Uuh baby bear-ku. Sini-sini peluk aku yang udah harum ini,” ucap Diza sambil menepuk-nepuk punggung Ray.

Ray semakin mengeratkan pelukannya dan menghirup dalam aroma alami istrinya yang benar-benar memabukkan.

Tapi Diza yang tidak tau situasi mesra itu langsung menghempaskan Ray jauh-jauh. 

“Eh Jin Tomang ngasi kita hadiah voucher berlian loh, ayo kita siap-siap ke ke mall.” Segera Diza pergi ke ruang ganti baju untuk bersiap-siap untuk membangkrutkan abangnya itu. Kapan lagi Namo mau memberikan kartu AMEX black card miliknya itu.

Setelah dua jam Diza bersiap-siap dari memakai make up minimalis, rambut yang sedikit di-blow di ujungnya, dan memilih baju yang lamanya berjam-jam dan akhirnya memutuskan untuk memakai blouse lengan panjang warna merahmuda dengan motif kotak-kotak dan pita manis yang melingkar dipinggang dipadukan dengan  rok hitam selutut, membuat penampilan Diza sangat manis. Diza kemudian menghampiri Ray yang sedang sibuk dengan ipadnya di ruang tamu.

“Bee ayoo ...” Ajak Diza manja.

Ray yang sempat terpaku akan kecantikan istrinya langsung sigap mendengar ucapan Diza.

“Oke ayoo ...” Ajak Ray, dan menarik Diza kembali ke kamar.

Namun sebelum menjejak tangga Diza menghentikan suaminya. “Ih aku udah siap-siap Bee, kamu sana siap-siap cepetan nanti mallnya tutup.”

“Hah?” Cengo Ray.

Diza menggembungkan pipinya dan menghentakkan kakinya. “Ayo anterin aku ke mall Beee ...”

“Ngapain? Kamu nggak capek hon?” tanya Ray khawatir.

“Nggak dong kak aku mau ngabisin ini!” Smirk Diza sambil menunjukkan kartu AMEX milik Namo di tangan kanannya.

Ray mendekat dan menangkup kedua pipi Diza. “Honey, aku kan udah kasih kamu tiga, kalo kurang nanti aku tambahin lagi.”

Diza langsung menghempaskan kedua tangan Ray dan pura-pura menangis. “Hiks ... hiks ... kamu tuh gatau rasanya jadi aku, aku tuh selalu dibully abangku, jadi aku mau balas dendam, hiks ... hiks ...,” ucap Diza sambil pura-pura menangis.

Ray memeluk Diza. “Iya ... iya ... aku siap-siap dulu,” ucap Ray. Kemudian beranjak pergi ke kamar mereka.

Setelah melihat Ray menghilang di balik tangga, Diza jingkrak-jingkrak sendiri kesenengan. “Yes yes.. tungguin kamu bangkrut ya bang,” ucap Diza sambil menciumi kartu milik Namo.

Ray di kamarnya menggerutu, ‘Bisa-bisanya Namo kasih hadiah itu di hari pertama pernikahan kami Hufftt …’ Tentu saja Ray sangat tidak rela kecantikan istrinya dinikmati banyak orang, namun jika itu bisa membuat Diza bahagia apapun itu akan Ray usahakan.

Setelah 15 menit Ray kemudian menuruni tangga dengan penampilan kerennya. Kaos putih sebagai dalaman dan menggunakan kemeja merah kotak-kotak sebagai outfit dipadu dengan ripped jeans hitam.

“Ayo hon”

Ray kemudian merangkul pinggang Diza dan mengajaknya turun ke basemant untuk mengambil mobil Bugati La Vo*****e No**e

.

.

.

Tak perlu waktu lama untuk sampai di sebuah mall terkenal yang tentu berdekatan dengan hotel bintang lima. Namun keduanya tidak tahu apa yang menanti mereka disana.

.

.

.

.

Di sebuah mall besar di kota terjadi perseteruan sengit dua orang yang menjadi pusat perhatian alias tontonan para pembelanjaners tapi kali ini secara diam diam.

"Honey.... udah tanganmu lepas ajaa.." ucap seorang laki-laki muda yang yang sedang berjalanan beriringan dengan istrinya yang memeluk perut pria itu dengan kedua tangannya.

"Kenapa? Kamu malu punya istri kayak aku? " ucap pendebat sang istri cantik dengan cemberut sembari melepaskan tangannya begitu saja.

"Gak gitu hon-" Ray berusaha menjelaskan, namun Diza dengan kejam memotongnya.

"Udah dari dulu kamu emang malu kalo berduaan sama aku kan! Mau jadi suami aku pasti karena dipaksa ama bunda!! Dasar jahat!!" Ucap Diza dengan mata berair dan pergi dari hadapan Rayden. 

Yaaa.. benar pasangan itu adalah Rayden dan Diza. 

Melihat Diza yang akan pergi dari hadapannya, Rayden segera bereaksi dengan menarik lengan kiri Diza dan memeluknya erat, sedemikian eratnya sampai Diza kesusahan mengambil oksigen.

"Lepasin Ray, lepasin!!!" Teriak Diza sambil memukul-mukul pelan punggung Rayden.

Rayden mengelus rambut Diza berusaha menenangkan "Ssstttt... honeyy.. kamu tahukan aku selalu cinta ama kamu" Rayden tak peduli kenyataan bahwa sekarang mereka menjadi tontonan pembelanjaners atau bisikan-bisikan disekitarnya. Karena fokus dunianya saat ini hanya satu –Honeynya-. 

Bulir air telah membasahi pipi Diza yang mulus "Hikss hikss.. ta-tapii.. ka-kamu.. hikss nyuruh aa-"

"Ssttt.. udah-udah maksud aku tadi tuh biar kamu gak kesulitan jalannya. Masak jalannya sambil ke seret-seret gitu karna kamu gak mau lepasin pelukan kamu.." Akhirnya Rayden dapat menjelaskan maksud sebenarnya, ia sebenarnya juga ingin melakukan hal yang sama dengan honeynya namun mengingat kondisi istrinya tadi malam, Ray memutuskan untuk tidak egois kali ini. Ia ingin menggendong istrinya namun istrinya sendiri menolak opsi ini saat berdiskusi dalam perjalanan. 

"Hikss hikss... ta-taapi kan me-"

"Aku.Cuma.Punya.Kamu.Honeyy... Don't worry.. liat muka kamu jelek kalo lagi nangis gitu" ejek Ray lupa situasi.

Diza langsung berhenti menangis dan melotot pada Rayden.

Rayden yang melihat pelototan itu hanya nyengir saja tapi di dalam hati seneng banget karena berhasil nenangin si honey trus bilang "Ingus mu tuh kemana-mana hon"

Diza kelabakan mendengar perkataan Ray dan segera membersikan ingusnya ke kaos putih yang sedang dipakai Rayden.

Rayden yang sudah terbiasa dengan kelakuan honey-nya cuman bisa ngembusin nafas pasrah toh honeynya juga yang akan bersihkan nanti.

Si pelaku hanya menyengir polos pada Rayden.

"Maaf ya bee... nanti aku cuci dehh.." ucap Diza dengan wajah dibuat seimut mungkin agar Rayden tidak marah padanya.

"Iya-iya udah yuk lanjut jalan lagi" ucap Rayden penuh perhatian.

Diza yang masih dalam dekapan Rayden menggeleng-gelengkan kepalanya "Nggak! Nggak mau!!"

"Kenapa?" Tanya Rayden bingung.

"Habisnya-.."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status