Share

Part 2 - Get Jealous

"Kenapa?" tanya Rayden bingung.

Diza memonyongkan bibirnya-tanda kalo dia sedang tidak mood dan menatap Ray sebal. "Habisnya cewek-cewek kurbel bin jablay bin cap cabe 5 kilo itu pada liatin kamu bee ... dan aku gak suka itu!!" 


Rayden terkikik geli mendengar kata-kata Diza apalagi saat melihat ekspresi istrinya itu. Diza mengembungkan pipinya dan berusaha lepas dari kukungan Ray melihat suaminya hanya menertawainya tanpa membujuknya. "Udah lepasin aku."


Ray berusaha menghentikan kikikannya dan kembali membujuk si Ratu Ngambek tanpa mengendurkan pelukannya. "Dih ngambek ... udah gini aja nanti jalannya kamu sambil peluk aku kayak tadi aja ya hon?"


Diza masih mengembungkan pipinya tapi sudah berhenti memberontak dan menyamankan pelukannya pada Rayden. "Nggak! Nggak aku udah gak mood lagi! Mau pulang!"


"Loh terus gimana nasib pembalasan dendam ke abang yang udah ngebully kamu? Nanti Namo berubah pikiran lagi," ucap Rayden.


"Bener juga ya ... nanti bagaimana nasib kartu limited edition abang aku?" tanya Diza pada dirinya sendiri.


DRRRTT DRTTT.

Ponsel Diza bergetar, Diza segera mengecep pesan yang masuk.  “Bee , temen aku mau ketemu aku di tokonya, yuk kesana,” ucap Diza menejelaskan pesan yang masuk ke ponselnya.

"Nah kan ... udah yuk lanjut jalannya," ucap Ray lalu melepaskan pelukannya dan menggandeng lengan Diza. Ray kembali melanjutkan langkah tapi diurungkan saat ia merasa seorang yang digandeng tidak mau bergerak.

Menoleh ke belakang dengan tangan tertaut dengan Diza dan mendapati muka cemberut Diza. "Kenapa honeeyy?" tanya Ray perhatian.

Diza melepaskan tautan tangannya dan membuka lebar kedua tangannya. "Peluukkk ..."

Ray kembali ke belakang dan memeluk Diza. "Uuuu honeynya aku lagi pengen dimanja-manja ya?" ucap Ray sambil menggoyangkan pelukan mereka.

Kepala Diza yang ada di dada Ray melakukan gerakan mengangguk berulang kali. Diza mendongakkan kepalanya. "Ayo jalan tapi bee harus peluk pinggang honey. Trus gak boleh bee lepas kecuali honey yang minta oke?" 

"Ay ay captain," ucap Ray dengan senyuman dan mengecup dahi Diza.

Mereka mulai kembali melanjutkan perjalanan mereka setelah perdebatan mereka yang panjang dengan Ray yang merangkul pinggang Diza erat. Cukup lama mereka berjalan tanpa suara dan Ray mulai heran dan mencari topik menarik untuk bicara pada Diza.

Ray memandang Diza memulai pembicaraan. "Honeyy tempatnya masih jauh?" 

Diza balas memandang Ray. "Nggak kok bee ... cuman tinggal naik lift doang."

"Oo ... di lantai dua ya? Yang pake hiasan patung kucing yang tangannya goyang-goyang itu ya hon?" tanya Ray sok tau.


Diza menghentikan langkah mereka dan melepaskan pelukan Ray. "Iiihhhh itu mah tokonya Ce Alin yang jual mutiara itu bee! Honey mau ke lantai tiga tokonya kak Winma. Ih pasti kamu mikirin Ce Alin yang putih, cantik, mulus itu kan? Mangkanya kamu selalu inget Ce Alin kan? Ada hubungan apa kamu sama Ce Alin hah??" tanya Diza dengan menggebu 

"Honeyy aku gak ada hubungan apa-apa sama dia kok. Suerr deh!" ucap Rayden memposisikan jari telunjuk dan tengahnya membentuk V dan menunjukkannya pada Diza.

Diza menyedekapkan tangannya dan mengembungkan pipinya. "Trus kok bisa inget ce alin?" 

Ray mencubit kedua pipi chubby Diza dengan gemas. "Iih kamu lucu deh, kamu lupa ya? Cincin kamu belinya dimana? Kalung? Anting? Kan kita beli semuanya ke Ce Alin, jadi aku kira kamu mau mampir ke sana dulu?"

Melepaskan cubitan Ray pada kedua pipinya. "Iihh tapi kan aku mau ketemu temen aku bee, bukan mau beli perhiasan," rengek Diza.

Ray mengelus-elus rambut Diza sayang. "Iyaa iyaa.. honeey aku cuma mau mancing kamu aja habisnya kamu diam aja dari tadi. Kenapa hmm?"

Diza mengambil sebelah tangan Ray yang mengelus kepalanya dan menggenggamnya. "Gak apa-apa bee, honey cuman jagain bee dari tatapan para jablay itu bee." 

Ray menangkup wajah Diza dengan sebelah tangannya. "It's okay honey. Kalau kamu masih khawatir apa perlu aku pake masker dan kaca mata hitam?" 

Awalnya Diza menunjukkan wajah penuh binar tapi memikirkan bee-nya yang harus kesusahan karena memakai kaca mata hitam dan kepanasan karena masker ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak, nanti bee kesusahan. Biar honey aja yang jagain bee."

"Uuh manisnyaa honeey ku. Ayo kita harus segera sampai. Honeynya-Rayden gak boleh kecapean," ucap Ray kembali merangkul pinggang Diza.

"Em," jawab Diza dan ikut melangkah bersama Rayden.

Melanjutkan langkah mereka yang lagi dan lagi sempat  tertunda akibat perdebatan mereka yang yaaah .... seperti itulah.

Mereka memasuki lift bersamaan dengan seorang wanita yang usianya kira-kira sedikit di atas mereka. Tampilan wanita itu modis dan dewasa.

Hanya ada tiga orang di dalam lift dengan posisi Diza - Rayden - cewek ular itu sebutan dari Diza. Well- Diza memberi juga bukan tanpa sebab. Itu karena sedari tadi cewek ular itu selalu berusaha mencari perhatian bee-nya.

Entah itu dengan cara memainkan rambutnya dengan nakal, memoleskan lipstik merah terang sambil memonyong-monyongkan bibirnya dan sekarang dia berusaha menempelkan badannya dengan bee-nya. 

'Ooh tidak ini sudah di luar batas cewek ular!'- batin Diza

"Bee pindah!" Ray yang sedari tadi hanya memandang wajah istrinya yang memandang wanita sebelahnya dengan mata menyipit terkejut gaesss!

"Oh oke," ucap Ray kalem lalu pindah ke sebelah Diza.

'Rasain lo. Gak bisa caper lagi kan' -batin Diza dengan melirik wanita itu tajam

Wanita itu juga balas melirik Diza tajam 'Si*l! Mangsa gue!'-batinnya

Saling lempar tatapan tajam itu di akhiri dengan Diza sebagai pemenang karena akhirnya wanita itu lebih memilih memutuskan pandangannya.

Tapi tiba-tiba ....

"Aduuhhh kok kepala gue pusing ya," ucap suara di sebelah Diza yang tidak ia pedulikan

Berbeda dengan Ray yang akan menunjukkan reaksi pedulinya pada wanita yang hampir jatuh itu tapi dihalangi Diza. "Kamu selangkah pergi kesana, aku pulang naik taksi!" 

Ray menghentikan gerakannya saat mendengar suara istri tercintanya itu. "Tapi ..."

"Dia baik-baik aja kok, kalo udah pingsan baru kita tolongin dia, biar dibuang ke laut," ucap Diza datar.

Si wanita yang berpura-pura sakit itu langsung marah-marah pada Diza. "Heh mulut lo gak pernah di sekolahin ya!!"

"Lo yang gak pernah di seolahin. Pake goda suami orang lagi!!" 

"Heh bit-"

"STOP!!!" teriak Ray tegas dengan suara dalamnya itu menimbulkan kesan yang wow amazing gitu.

"Jaga omongan anda ya B**ch!" Ucap Ray yang sudah berada dihadapan wanita itu dengan suara rendahnya sambil menunjuk wanita itu.

Wajahnya sudah merah tanda ia sangat malu dan merasa terhina oleh perkataan Ray. Untung situasi nya tepat. Lift terbuka. Jadi ia bisa langsung kabur begitu saja meninggalkan pasangan gila itu. 'Issh g*la tuh pasangan!'-batinnya

Diza lalu memeluk Ray penuh sayang sambil berjalan keluar lift

"Thank you my lovely hero" ucap Diza dengan senyum manis.

"Anything for you my honey" balas Ray tak kalah manis.

Ray kembali merangkul pinggang Diza, "Jadi.. mau kemana kita?" Nyanyi Ray meniru Dor* the explore.

"Kesanaa..." jawab Diza sambil menunjuk sebuah toko yang sudah tampak sepi itu.

"Yakin kesana? Kok udah sepi?" Tanya Ray terlihat tak yakin

"Iya itu butik temen aku yang baru buka, trus katanya dia mau kasih desain pertama bajunya buat aku, Tapi aku bilang mau beli aja bee" cerita Diza.

"Oooh" Ray hanya membulatkan mulutnya saja.

"Yuk yuk lebih cepat.. lebih cepat.." ucap Diza melepas pelukan Ray dan mulai menyeret tangan Ray yang tentu saja tidak bisa terseret tapi Ray berusaha menyesuaikan langkahnya dengan Diza.

"Iya sayang pelan ajaa" kata Ray menenangkan istrinya yang terlalu excited itu.

"Oke.. okee.. " mereka lalu melangkah biasa dengan tangan bergandeng dan digoyangkan ke depan dan belakang.

Tapi setelah sampai di depan pintu masuk Diza langsung melepaskan tangan Ray dan berlari kearah sahabatnya.

"Aaaa Winmaa kangen!!!" Teriak Diza lalu berlari ke pelukan Winma yang tengah berdiri di sebuah manekin memakai gaun yang indah berwarna biru dengan taburan berlian yang berkilau.

Rayden hanya tersenyum melihat kelakuan istrinya yang kekanakan saat bertemu sahabatnya itu.

Setelah selesai berpelukan Diza segera mengajak Winma agar berkenalan dengan suaminya itu.

"Winma ini Rayden. Rayden ini Winma. Dan gak usah ada jabat tangan ya..." diakhir kalimat ia memberikan senyum yang lebar sampai menunjukkan giginya.

Winma mencubit hidung Diza, “Sejak kapan anak kecil jadi suka cemburu gini?”.

“Ishh, apaan sih Winma.” Ucap Diza protes sambil menghempaskan tangan Winma.

"Iya, iya nggak usah ngambek gitu dong, tapi aku ngerti kok, suami kamu ganteng bangeett!!" Ucap Winma menggoda Diza.

"Jangan dekat-dekat Rayden!" Ucap Diza cemberut lalu menarik Ray menjauh dari Winma.

"Hahahaahahahaaaa gantengan pacar aku kok ba-bi " ucap Winma tertawa dan mencubit pipi Diza pelan.

"Iiihh gak lucu tauk!" Ucap Diza cemberut.

"Iya-iya maaf deh... sini deh gaun yang ini bagus gak? Aku udah buatin ini khusus buat sahabat dari orokku ini.." ucap Winma bangga sambil menunjukkan gaun yang dipakai manekin itu.

"Iih bagus aku suka!" Kata Diza sambil bertepuk tangan.

"Mbak tolong yang ini bungkusin ya buat temen saya harus rapi ya mbak" ucap Winma pada salah satu pegawainya.

"Oh iya aku gak enak masa harus gratis sihh win? " tanya Diza tak enak hati.

" Dih siapa bilang gratis? Itu hadiah supaya kamu ngasi amplop yang banyak buat aku, 2 bulan lagi aku nikah sama Renoo..!!" Ucap Winma bahagia.

"Hah beneran?" Tanya Diza tak percaya.

"Iya dongg jangan lupa dateng yaa.. ini undangannya. Harus dateng lo!" 

"Iya-iya kita datengkan bee?" Tanya Diza pada Rayden. Ray mengangguk dan membuat senyum Diza terkembang.

"Udah nih pergi sana. Jangan romantis-romantisan depan gue, gue sibuk!" Ucap Winma setelah memberi Diza sebuah tas besar yang berisi gaun biru tadi.

"Ih kok gitu kan Diza masih kangen Winmaa" ucap Diz cemberut .

"Kita bisa ketemu kapan-kapan lagi lis, maaf ya aku lagi sibuk. Kamu tahukan aku baru buka toko apalagi mau ngurus pernikahanku habis ini"  Winma memberi penjelasan pada Diza.

"Aku mau ban-"

"Sst baby udah ada yang urus nanti kamu dan yang lainnya tinggal lihat pas hari-H aja yaa oke baby acuu?" Ucap Winma sambil memeluk Diza.

"Oke, kita pulang ya? Bye!!!" Ucap Diza melepaskan pelukan Winma dan keluar bersama Ray.

"Honeyy mau shoping dulu?" Tanya Ray.

Diza memandang Ray dengan mata sayunya "Gak capek, kita pulang kerumah aja ya?" 

Dan dengan senyum yang meneduhkan hati itu Ray dengan ringan menjawab  "Oke honeyy" 

Hansaehi

Kalo kalian di posisi Rayden, kalian bakal mau nerima sifat Diza nggak? Menurut kalian, Rayden capek nggak sih harus ngeladenin Diza? Kalo kalian di posisi Rayden, apa yang akan kalian lakukan? A. Sabar menghadapi tingkah laku Diza B. Tetap mencintai Diza sepenuh hati C. Membuang Diza ke laut D. Option lainnya ...

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status