Share

Part 3 - Patient, untung cinta

Sabarmu jangan lupa untuk istrimu, jangan hanya karena yang di rumah sudah memberikan segalanya, lalu dengan ringannya kamu abaikan cintanya untuk mencari yang lain. 

~Rayden ♡

"Bee... beee.... kamu kemana sih?!" teriak Diza yang berada di tangga paling atas.

Tidak ada yang menjawab.

Hanya suara Diza yang memenuhi ruangan besar itu. Sebulan waktu pernikahan telah mereka lewati, dan kini mereka telah pindah ke perumahan mewah di ibu kota. Alasannya karena Rayden ingin anaknya tumbuh di tempat yang bisa digunakan untuk bersosialisasi dengan baik dan dekat dengan lingkungan hijau.

"BEE!" Diza kembali berteriak dan masih tidak ada jawaban.

Diza menghembuskan nafas kesal dan menuruni tangga menuju dapur. Mengambil roti dan mengolesinya selai coklat, strawberi, dan kedelai yang dibuat masing-masing dua lalu menatanya di piring. Mengambil susu kotak di kulkas dan menuangkan ke dua gelas. Diza seorang diri mengangkat semua itu dengan bolak balik 2 kali dari dapur ke meja makan.

Setelah selesai memindahkan semuanya ke meja makan Diza langsung mendudukkan dirinya di kursi yang biasa ia tempati, dan tanpa menunggu kedatangan Rayden ia langsung melahap sarapannya dengan tenang

Diza telah menghabiskan sepotong rotinya saat ia mendengar suara langkah kaki  seseorang yang mendekat kearahnya.

"Honeeyy ... kok gak nunggu aku sih," ucap Rayden setelah berada disamping Diza.

Dan Diza menjawab dengan kedikan kedua bahunya dan tetap fokus pada acara makanannya.

Rayden lalu memeluk Diza dari samping. "Honeey ...," ucapnya berusaha meredam kekesalan Diza.

Diza melepaskan pelukan Rayden darinya dan Ray hanya bisa melepaskan Diza dengan tidak rela. "Udalah Rayden mending kamu makan aja dulu, udah aku siapin." Dan masih tanpa menoleh pada Rayden, Diza melanjutkan acara makannya tanpa menghiraukan kehadiran Rayden.

Dengan meneguk seluruh isi gelasnya Diza mengakhiri sesi makannya dan berniat pergi kembali ke kamar. Tapi langkahnya di tahan oleh tangan Rayden. "Honeey ..."

"Hmmm," ucap Diza tanpa minat.

Rayden menarik Diza mendekat dan memeluknya dari samping. "Aku gak mau makan kalo bukan kamu yang nyuapin," ucap Rayden manja.

"Hmm," respon Diza lalu kembali duduk di kursinya.

"Nyuapinnya disini aja biar gampang." Rayden menarik pinggang Diza dan  memindahkan Diza ke pangkuannya.

"Ck! Apaan sih!" ucap Diza sok nolak padahal sih di dalam hatinya pasti lagi berbunga-bunga.

Rayden yang sudah tau Diza cuman lagi malu-malu tapi mau, memanfaatkan situasi dengan mencium pipi istrinya, "Kamu kalo lagi ngambek gemesin ... sok dikembungin gitu pipinya. Padahal walau gak gitu pipi kamu udah chubby loh ..." 

Diza yang udah hampir tersenyum-senyum dan melayang ke langit karena kalimat pertama Rayden, langsung terhempas ke bumi dan melotot setelah mendengar kalimat yang di ucapkan setelahnya. "HAH APA?!! Kamu mau ngatain aku gendut," ucap Diza sambil melotot pada suaminya.

"Nggak honeyy ... pipi kamu yang chubby bikin aku jadi pengen gigit terus, apalagi body kamu yang weeuuhhh kayak gitar spanyol bikin a-" 

Diza sengaja membungkam mulut suaminya untuk menghentikan ucapannya yang akan semakin ngawur itu.

"Udahlah kamu kebanyakan alasan, aku sebel sama kamu!" Walau berucap begitu Diza tetap menyuapi Rayden dengan sepotong roti rasa coklat.

Ray yang memang sedari tadi memeluk pinggang Diza hanya bisa menikmati suapan dari Diza. Setelah satu roti habis Ray kembali memulai percakapan. "Maaf yaa honeey ak-" 

Ucapan Ray terhenti karena Diza menyumpal mulutnya dengan roti strawberi. Seakan tidak ingin memberikan kesempatan Rayden untuk kembali bersuara, setiap Rayden  selesai mengunyah Diza langsung menyodorkan roti yang harus di gigitnya. Rayden pasrah menunggu sarapannya selesai untuk kembali bisa bicara dengan istri tercintanya.

Beberapa menit kemudian Ray selesai menelan roti terakhirnya. "Minum," ucap Ray. 

Diza mengambil gelas yang berisi susu dan nenggiringnya ke mulut Ray. Setelah menghabiskan setengah Ray menyudahinya dengan menjauhkan gelas itu dari bibirnya. "Udah aku kenyang," ucap Ray.

Diza yang mendengar itu hanya memberi pelototan pada suaminya. Dan Rayden bisa mengartikan arti tatapan itu. Ray meneguk ludah dan berucap,  "Oke aku habisin." Diza tersenyum dan kembali menyodorkan gelasnya pada suaminya. Ray  meminumnya dengan cepat sampai tidak ada satu tetespun tertinggal di gelas.

Melihat tugasnya telah selesai Diza kembali ingin beranjak dan kembali tertahan oleh pelukan Rayden. "Tunggu dulu ... dengerin aku dulu ...," ucap Rayden.

Diza memprotes, "Apalagi yang perlu aku denge-" 

Cuup

Ucapan Diza terhenti karena kecupan kilat yang di berikan Rayden.

Diza melotot pada Ray yang melihatnya dengan senyuman manis.

Rayden kemudian kembali menjelaskan, "Honeeyy dengerin aku dulu. Tadi aku cuman la-"

Diza kembali memotong ucapan Ray.  "Cuman tebar pesona kan? Mumpung aku tidur jadi kamu bebas tebar pesona kan. Ka-"

Cuup 

Dan Ray kembali mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk menghentikan ucapan istrinya. Dan karena ingin segera meluruskan kesalahpahaman pemikiran Diza, Ray mengeluarkan dua pilihan.

"Kalo gini terus aku gak bakal selesai ngomongnya. Gini deh honeeyy aku kasih kamu dua pilihan. Pertama, kamu mau dengerin penjelasan aku. Kedua, kita selesaikan ini di ka-"

"PERTAMAA!!" muka Diza sudah merah padam saat berteriak menghentikan ucapan suaminya yang benar-benar-benar-benar-benarr pervert itu.

Ray hampir saja menyemburkan tawanya melihat ekspresi istrinya itu. Sebulan  hidup bersama, Ray sudah tahu kelemahan istrinya yang menggemaskan itu, Diza adalah orang pemalu, malu-malu tapi mau tepatnya. Kalo sudah berhubungan dengan pembahasan umur mereka yang dibelakangnya ada tanda tambah itu. Padahal menurutnya itu hal yang biasa diantara mereka.

"Kalo ketawa ya ketawa aja! Jangan ditahan! Nanti jadi kentut!" ucap Diza sebal.

Lalu meluncurlah tawa Rayden yang sangat keras itu sampai-sampai mata Rayden   mengeluarkan air mata.

'Apasih gak ada yang lucu keless' -Batin Diza.

"Udah kali bee, cepetan ngomongnya!" Kesal Diza lalu mencubit perut sixpack Rayden.  

Rayden lalu menghentikan tawanya, memeluk Diza erat dengan satu tangannya dan memegang dagu Diza dengan tangan satunya mengarahkannya agar ia bisa menatap mata istri tercintanya itu.

Ray menatap Diza dengan mata teduhnya. "Aku tadi cuman lari pagi keliling kompleks sebentar kok. Trus tadi aku gak mampir kemana-mana kok, aku juga lari sambil dengerin musik jadi gak bales sapaan para cabe-cabe kok. Kamu percayakan sama aku?" ucap Rayden lalu mengedip-ngedipkan matanya diakhir ucapannya.

Diza cemberut. "Terus kenapa aku ditinggal?" 

"Aku gak mau bangunin tidur nyenyakmu bee ... kamu pasti capek banget setelah melalui malam panjang kita, jadi untuk kali ini aku lari pagi sendiri. Biasanya juga lari paginya selalu bareng kamu kan?" tanya Ray sambil menaik turunkan alisnya menggoda Diza.

Diza terkekeh geli kemudian mengalungkan kedua lengannya pada leher Rayden dan menggesekkan hidungnya pada Rayden dengan senyum menghiasi wajah Diza. "Iya deh aku percaya. Kamu gemesin banget deh."

"Iya dong gemesin kan aku belajar dari kamu," rayu Rayden lalu mengecup hidung mancung istrinya.

Wajah Diza bersemu. "Dih bisa aja gombalnya," ucap Diza sambil memukul kecil bahu suaminya.

"Biarin yang penting kamu suka. Bwee ...," ucap Ray dan menjulurkan lidahnya mengejek Diza.

"Udah deh, sana mandi dulu terus kita jalan deh," ucap Diza yang sedang blushing. 

"Hmmm .... mau jalan kemana?" tanya Rayden tanpa melepaskan pelukannya dari Diza yang mencoba kabur dari kekepan suaminya.

"Ke-

Hansaehi

Ada nggak sih, cowok yang sesabar Rayden? 😢

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status