Orion Oberine, lelaki berwajah manis dan berambut pirang itu mengambil batu-batu kerikil yang tergeletak di jalanan. Lalu ia lemparkan kerikil-kerikil itu ke kerumunan orang yang menghina Ann sampai mereka lari tunggang langgang.
"PUTTA!" teriaknya, keras. "Beraninya kalian hanya kepada gadis yang tidak berdaya! Apa kalian merasa diri kalian suci sehingga berhak menghakimi orang lain? Huh?!"
Tidak ada sahutan. Para pelaku terus berlari, kocar-kacir seperti kawanan bebek yang diusir pemiliknya dengan kayu. Hanya masih ada beberapa lirikan sinis dari orang-orang yang kebetulan lewat. Ori melotot kepada mereka yang melotot dan mereka langsung mengalihkan pandangan.
"Annastasia..." tutur Ori. Suaranya selembut tofu. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya. Nada suaranya menunjukkan perhatian yang akrab di telinga Ann, mengingatkannya pada kenangan waktu mereka masih menjadi sepasang kekasih.
Ori mengelap ludah yang menempel di pipi Ann dengan saputangannya.
"M
"Bagaimana kamu dengan Isaac, Ann? Apa Isaac memperlakukan kamu dengan baik? Apa Isaac menghargaimu sebagai seorang istri? Apa Isaac memenuhi semua kebutuhanmu? Apa Isaac bisa membuatmu bahagia?" Kalimat-kalimat tanya itu meluncur begitu saja dari mulut Ori bagai hujan. Kalimat-kalimat tanya yang telah lama dipendamnya sejak hari pertama Ann menikah dengan Isaac. Kalimat-kalimat yang sebenarnya tak pernah ia bayangkan akan ia tanyakan kepada kekasih hatinya sendiri. Kalimat-kalimat yang telah menghancurkan impiannya.Annastasia hanya terisak. Kata-kata tak mampu keluar dari mulutnya. Bahunya naik turun tak kuasa menahan goncangan tangis yang meraung-raung."Ann..." lirih Ori. Ia mengharapkan jawaban yang menyenangkan dari Annastasia. Dengan begitu, setidaknya ia bisa tenang karena ia tahu Ann berada di tangan lelaki yang baik. Namun, melihat Ann yang menangis, Ori menjadi ragu."Ann, apakah kamu baik-baik saja?"Tidak pernah ada baik-baik saja untuk s
Ann tiba di jalanan dekat rumahnya waktu langit telah berubah menjadi gelap. Ia telat dua jam dari waktu yang diperintahkan Isaac saat menelponnya untuk pulang. Habis mau bagaimana lagi? Pertama, perjalanannya memang cukup jauh ditambah macet. Kedua, menurutnya, Isaac memintanya pulang dengan cara yang sangat tidak sopan; membentak! Sehingga alih-alih menurut, Ann malah merasa tersinggung. Ia merasa bukan budak. Jadi mengapa ia harus menerima perlakuan sekasar itu? Butuh waktu yang lama bagi Ori untuk membujuk Ann untuk menuruti perintah suaminya. Tak ayal, Ann pun molor dua jam. Ori tak berani mengantarkan Ann sampai ke depan gerbang karena takut dengan kecurigaan para tetangga. Mata dan mulut tetangga lebih berbahaya daripada ular berbisa. Meskipun wujudnya tidak ada, tetapi matanya seakan terus mengawasi dan mulutnya tak pernah berhenti menangkap rumor. Ori laki-laki, Ann perempuan. Ori masih lajang, Ann sudah menikah. Bibit-bibit fitnah bisa saja tercipta dari satu fakta
Pagi menjelang. Langit gelap perlahan memudar dan mulai menggelar permadani birunya. Walau begitu, kota Zerubabel masih dilamun mimpi. Kabut dari pegunungan nun jauh di utara bergerak turun ke bawah, melahap segala pemandangan. Pepohonan dan gedung-gedung kota lenyap tersapu bayangan putih. Rumah-rumah balok dengan jendela kotak-kotak berdiam murung. Separuh dindingnya coreng-moreng oleh cat yang mengelupas. Angin dingin berembus menarikan pakaian-pakaian yang dijemur di balkon rumah. Sepi. Sunyi. Waktu mengalir sendiri. Sebagaimana kota Zerubabel yang masih dilamun mimpi, di kamarnya, Ann dan Isaac juga masih terlelap. Masing-masing dari mereka kelelahan karena baru bisa tidur sekitar pukul tiga pagi, setelah curhat panjang lebar tentang pernikahan mereka yang tidak bahagia. Isaac : "Entah apa aku sanggup meneruskan pernikahan ini, Camilla." Demikian curhatan Isaac di chat. Ann : "Entah
Isaac mendatangi kamar Ann secara tiba-tiba. Ann yang sedang duduk menyisir rambutnya di depan cermin hias pun terperanjat. "Hari ini, lo gue anterin ke sekolah," kata Isaac, tanpa romantisasi apapun. Bahkan terkesan memerintah. Ann belum selesai dengan keterkejutannya ketika Isaac bicara lagi. "Gak pake lama. Lima menit lagi lo udah harus di bawah." Lantas, lelaki itu pun melengos pergi. Ann bergegas memasukkan buku-bukunya yang berserakan di atas nakas ke dalam tas gembloknya, lalu keluar. Sambil menuruni tangga, ia berpikir apa gerangan yang membuat suaminya tiba-tiba mau mengantarkannya ke sekolah begini? Ngomong-ngomong, ini pertama kalinya Isaac mengantar Ann ke sekolah. Apakah karena peristiwa kemarin? Ah, masa iya? Bukanka
Pagi setelah perisitwa pengeboman semalam suntuk oleh roket-roket Rotsfeller, kota Zerubabel dikagetkan dengan pemandangan yang sangat mengerikan. Di sepanjang aliran sungai Fontainebleu, sungai terpanjang di North Bank yang membelah kota Zerubabel menjadi barat dan timur, yang menuruni pegunungan Es Kabut dan bermuara langsung ke Laut Utara, mengapung puluhan ribu mayat dari para prajurit North Bank. Teng! Teng! Teng! Lonceng bel di Istana Pusat berbunyi bertalu-talu. Isaac yang semalam berdiam di hotel bintang lima pun langsung terbangun. Ia membuka jendela dan menengadah ke atas langit, mendengarkan, bertanya-tanya tentang makna dentang lonceng kali ini. Detik berikutnya, ia menjulurkan tubuh ke atas jalan dan sudah mendapatkan jawabannya. Teng! Teng! Teng! Oh kematian dan duka cita yang dalam. Isaac mendengar teriakan dari orang-orang di jalan. Jerit tangis dan perasaan kehilangan. Dari lantai tiga puluh tempatnya bermalam, nun j
Isaac berjalan terburu-buru keluar dari lobby hotel. Setelah bertengkar dengan Camilla, setelah didamprat ibunya lewat telepon, Isaac tahu ia harus segera pulang ke rumah atau masalah yang lebih besar akan terjadi. Sebelumnya, Isaac telah membelikan Camilla sebatang cokelat, semangkuk puding, sepaket makanan berisi daging ham, gorengan dan sayuran tumis, dua minuman kaleng dan satu botol air mineral ukuran sedang. Sebelumnya lagi, Isaac juga telah menelpon orang-orang yang bekerja di bidang keamanan untuk memastikan arah pulang ke rumah Camilla aman. Sebelum sebelumnya lagi, Isaac juga telah merapihkan buku-buku dan pernak-pernik Camilla, memasukkannya ke dalam tas sementara wanita itu masih ngambek di sofa sambil sesenggukkan mengelap sisa air matanya. Isaac bahkan memijiti pundak Camilla sebentar karena wanita itu menyuruh. Kalau sahabatnya, Emerald Cohen, tahu dirinya melakukan ini semua untuk Camilla, ia pasti akan marah besar. Bagi Isaac mungkin tidak apa-apa. Tapi bagi
Kecanggungan menyeruak setelah satu detik Isaac dan Ann menyadari keduanya saling berpelukan. Sebuah spontanitas dari rasa kekhawatiran yang dalam terbenam. Isaac dan Ann sama-sama melepas pelukan itu dalam gestur cepat. Keduanya mundur selangkah, saling menjauh, seolah-olah menghindari virus atau penyakit mematikan, seolah-olah jijik. Annastasia tergugu. Ia menundukkan kepalanya. Isaac melempar pandangannya ke arah lain, ke sebuah jendela yang kacanya retak oleh kerasnya suara dentuman bom. Ann mengalihkan pandangannya ke meja dapur yang masih berantakan. Isaac berbalik memandangi Ann. Ann menoleh, memandangi Isaac. Isaac memalingkan muka. Terus saja begitu. Keduanya sama-sama ingin melihat pasangannya, tapi sama-sama tidak mau ketahuan kalau mereka tengah melihat. Pada suatu titik, mata mereka saling bertemu, tetapi kemudian buru-buru saling dilepas. "Kenapa lo liatin gue? Udah sana lanjutin masaknya," gertak Isaac. Dengan dagunya ia menunjuk meja dapur yang masih
Isaac bekerja sebagai Manager Keuangan di sebuah perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman dari cokelat, Coco Channel. Ia telah bekerja di sana sejak pertama ia melamar pekerjaan setelah lulus kuliah dan sepertinya akan terus bekerja di sana sampai ia mati. Ya, Isaac sudah dinobatkan sebagai karyawan tetap yang berprestasi dan merupakan suri tauladan yang baik bagi para karyawan baru. Di kantornya tersebut, lelaki itu memiliki dua sahabat dan beberapa teman dekat. Salah satu sahabatnya, seperti yang sering disebutkan di chapter sebelumnya, Emerald Cohen, adalah rekan kerjanya di bidang HRD dan Consultant. Ia telah bekerja di Coco Channel sama lamanya dengan Isaac bekerja. Emerald Cohen memiliki wajah yang cukup tampan dengan alis hitam melengkung indah, mata biru, hidung panjang-lurus, bibir tipis dan pipi yang kemerah-merahan. Lebih gampangnya, Emerald mirip salah seorang anggota Boyband Korea TxT dari dunia sebelah, Kim Taehyun. Tapi kalau dibilang begitu, Em