Share

Bab 3

Ketika gadis itu masuk, bau bunga langsung memenuhi ruangan ini. Bau yang membuat Dedrick betah untuk lama-lama menghirupnya. Namun, Dedrick tetap mempertahankan tatapan tajamnya, di mulai ketika gadis berambut pirang kusut itu masuk ke dalam ruangan interogasi ini.

Dedrick menatap tajam Diana, gadis itu balas menatapnya, dari sini Dedrick dapat melihat warna mata gadis itu. Abu-abu persis seperti dirinya.

"Siapa kau?" Dedrick membuka suara. Suara berat dan terdengar sangat jantan.

Diana meneguk ludah, bahkan suara pria itu saja sudah membuatnya gugup. Diana menatap pria yang menjemputnya ke ruangan tadi, tapi pria itu hanya menatap lurus ke depan.

"Diana, namaku Diana." 

Dedrick mengepalkan tangannya ketika sebuah perasaan aneh menelusup begitu saja ke dalam dadanya. Gadis ini, masih menjadi misteri. Suara gadis itu telah membuat sebuah perasaan aneh mendatanginya ditambah bau bunga yang menguar setiap gadis itu membuka mulut.

"Anda tidak apa-apa? Alpha?" tanya Adam ketika melihat Dedrick menunduk seraya mengepalkan tangannya di atas meja. Adam juga dapat mendengar geraman pelan dari Alpha-nya itu.

Dedrick menggeleng. "Tidak, tidak apa-apa." Dedrick mengangkat wajahnya lalu kembali menatap Diana.

"Dari mana kau berasal?" tanya Dedrick lagi setelah menguasai dirinya. "Bagaimana kau bisa berada di sini?"

"Ah, itu aku berasal dari kota. Semalam aku em ... Mencoba bunuh diri dengan melompati jurang, tapi aku tidak tahu kenapa aku bisa di sini. Bahkan masih hidup." Diana menunduk saat mengatakannya, ini sangat memalukan.

Bunuh diri? Entah kenapa kata-kata yang dilontarkan Diana membuat Dedrick merasa sangat sesak. Gadis itu berniat mengakhiri hidupnya.

"Dari Pack mana kau berasal?" Mengabaikan rasa sesak di dadanya, Dedrick lanjut bertanya. 

Diana menggaruk kepalanya. "Pack?" Diana menatap Adam dan Dedrick bergantian. "Apa itu Pack?" Diana tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka sekarang.

"Jangan main-main! Jawab pertanyaan ku jika kau ingin hidup." Diana terlonjak kaget, tiba-tiba saja suara Dedrick naik dan membentak dirinya. Nyaris saja Diana terjungkal dibuatnya. Suara Dedrick sangat keras.

Diana menatap Dedrick. "Aku berkata jujur! Sekarang aku yang balik bertanya, di mana aku sebenarnya?" Ini adalah hal yang sejak tadi ingin Diana ketahui, tentang di mana ia sekarang. Mungkin Diana terdengar lancang, tapi sungguh Diana ingin mengakhiri ini dan kembali. Masalah hutang orang tuanya mungkin ia pikirkan nanti atau ia mencari tempat lain saja. Selain rumahnya dulu dan tempat ini tentunya.

Dedrick mengusap wajahnya. "Kau tidak tahu di mana kau sekarang?" Dedrick menatap raut wajah gadis itu, dari wajahnya gadis itu memang terlihat tidak tahu.

Diana mengangguk. "Ya, mana aku tahu. Aku melompati jurang yang sangat dalam sekali dan tiba-tiba aku sudah berada di hutan itu. Ah, aku juga ingat aku melihat banyak serigala di sana. Astaga, untung saja mereka tidak memakan tubuhku, daging manusia seperti diriku sangat tidak enak." Diana terus berceloteh tanpa menatap ekpresi Dedrick dan Adam yang terlihat sangat terkejut.

"Apa? Kau seorang manusia?" desis Dedrick. Adam yang berdiri di sana membelalak tidak percaya. Di depannya kini ada seorang manusia.

Diana mengernyitkan dahinya. "Tentu saja aku manusia, memangnya apa lagi? Kau sendiri memangnya bukan manusia?" Sungguh Diana heran sekali melihat reaksi dua orang di depannya. Rencananya Diana akan menjawab pertanyaan mereka dengan jujur dan benar dengan harapan mereka akan melepaskannya, tapi Diana tidak menyangka jika ia terjebak pertanyaan konyol tentang manusia atau tidak dirinya.

Dedrick menatap Diana, di depannya ini adalah seorang manusia. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan manusia. Dedrick pernah mendengar dan membaca jika ada makhluk hidup yang bernama manusia, manusia dulunya hidup berdampingan dengan Werewolf. Namun, karena suatu alasan mereka dipisah. 

Dari cerita neneknya, manusia adalah makhluk lemah dan serakah. Mereka suka merusak alam. Karena itulah Werewolf dan Manusia tidak lagi berhubungan. Sekarang bagi manusia, Werewolf hanyalah mitos dan bagi Werewolf manusia tidak lebih dari makhluk lemah. Manusia dan Werewolf tidak pernah berinteraksi sejak beberapa ratus tahun terakhir.

Dedrick bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah Diana. Perlahan kukunya memanjang, siap untuk merobek sesuatu. "Manusia harus di bunuh." Mata Dedrick berkilat dingin saat mengatakannya.

Sudah menjadi aturan, manusia dilarang berada di dunia Werewolf dan Werewolf dilarang berada di dunia manusia. Mereka tidak seharusnya berada di tempat yang salah. Jika ada yang melanggar maka orang itu harus dihukum mati. Walau hukuman mati itu berlaku di dunia Werewolf, tidak tahu jika di dunia manusia seperti apa.

Deg

"Huh?" Diana sangat terkejut melihat kuku Dedrick yang panjang seperti cakar. "I-itu ...." Diana menunjuk cakar milik Dedrick itu dengan pandangan ngeri. Ada apa ini sebenarnya? Kenapa pria itu memiliki kuku panjang seperti cakar yang tajam? Semua pertanyaan itu berputar-putar di kepala Diana.

Dedrick semakin dekat, hal itu membuat aura pembunuh semakin terasa nyata bagi Diana. Perlahan Diana beringsut mundur, hingga ia terjungkal bersamaan dengan kursi itu. Pria di depannya ini membuat dirinya takut. Sangat takut.

Brak

"Kau tahu? Tempat ini terlarang bagi manusia." Dedrick tiba di hadapan Diana. Ia menatap Diana remeh, manusia memang lemah.

Diana terus mundur hingga tubuhnya menabrak tembok, Diana menoleh kepada orang yang menjemputnya tadi, berharap orang itu membantunya. Mengingat pria itu lumayan bersikap baik terhadapnya. Namun, Adam hanya diam.

Memangnya apa yang bisa Adam lakukan? Seorang manusia berada di dunia mereka. Padahal dunia mereka telah dipisahkan oleh sebuah portal. Portal yang sangat kuat. Adam hanya bisa menerima keputusan Alpha-nya meski ia merasa kasihan kepada gadis yang tidak tahu apa-apa itu. Adam membuang muka saat Diana menatapnya.

"Dan karena seorang manusia telah berada di sini, aku harus harus melenyapkannya." Dedrick mengangkat tinggi-tinggi tangannya lalu mengayunkannya ke arah Diana, di saat yang bersamaan Diana menghindar menyebabkan lengannya terluka dan mengucurkan darah segar. Setidaknya cakar milik Dedrick tidak menebas leher  gadis bermata abu-abu itu.

"Argh ...." Diana memegangi lengannya yang terluka. Pria di depannya ini memang bukan manusia, tidak ada manusia yang bisa memperpanjang cakarnya dalam waktu singkat seperti itu.

"Cih. Percuma kau menghindar. Kau akan mati hari ini." Dedrick menyeringai. Tidak percaya jika ia diberi kesempatan untuk membunuh makhluk bernama manusia lemah di depannya ini. Mendiang orangtuanya pasti sangat bangga.

Perlahan Dedrick mengangkat cakarnya, meski bau bunga itu semakin tersebar itu tidak menghalangi niatnya untuk membunuh gadis yang meringkuk ketakutan di depannya ini. Ia akan membunuh gadis ini sekarang juga.

Diana menatap cakar itu lagi, sepertinya kematiannya hanya di tunda. Ia mati di bunuh, bukan bunuh diri. Perlahan Diana menutup matanya, mungkin ini adalah ajalnya. Diana menarik nafas, rasa sakit di lengannya semakin menjadi.

Lagi-lagi Diana pasrah ketika maut benar-benar menghampirinya. Tidak ada yang bisa ia lakukan.

Crash

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status