Share

MAN(TU)MAN

Pokoknya Habis ini Tika mau pulang terus teriak dirumah.

"Tika sekarang punya pacar!!!"

Uh, nanti tapinya kalau ketahuan abang di gampar lagi. Eh, bukan abang Farhan ya. Tika lagi ngomongin abang kandung bukan abang-abangan.

Abaikan dulu abang-abangan nya Tika. Sudah wasalam dulu. Tika malas bahasnya. Tika marah, biarkan. Katanya kalau ada punya pacar baru atau lagi dekat harus saling cerita.

Apa ini maksudnya kemarin ketemu abang lagi jalan bilangnya gebetan baru, pantes hidungnya abang nggak keliatan main dirumah Tika hampir sebulan lamanya, paling cuma nelpon dan sekedar ng-chat Tika.

Apalagi harumnya, haram kayanya untuk ada dirumah Tika kalau sudah dekat dengan cewek baru. Jadi kemarin, pas Tika mulai diajak jalan sama Daru yang resmi menyndang status pacar. Tika ketemu abang ditoko swalayan kue sambil digandeng cewek yang cantik abis, bohay apalagi. Tika saja kalah tanding sama dua buah semangkanya.

Padahal Tika pikir abang belum bisa move on habis pakai Tika sebagai pacar bohong-bohongan. Tau nya sudah nemu lagi saja pelabuhan baru. Sudahmah tidak ada kabar juga tidak minta maaf dengan serius perihal cium pipi Tika. Pokoknya Tika diabaikan begitu saja oleh abang.

Jadi jangan salahkan Tika, jika diem-diem bae pacarannya tanpa kasih tau abang atau kenalin Daru ke abang.

Kesel Tika, adiknya jadi dilupakan gara-gara pacar. Jadi Tika balas tidak bilang abang Farhan kalau dia sudah jadian dengan Paris. Tapi nanti Tika kenalinnya itu teman saja, Tika akan bahas sama Daru buat pura-pura di depan abang.

Buat ngibul sama abang, karena Tika lagi ngambek. Daru kan baik dan pengertian banget. Jadi senyam senyum sendirikan sekarang Tika di dalam mobil sama abang Tara.

"Lu kenapa, Tik? Kok gue ngeri ya liatnya. Dari masuk mobil, muka udah senyum gak ada berhentinya. Nggak kerasukan siluman spongebobkan adek gue?."

Issh, abang mah suka merusak suasana bahagia punya Tika.

"Abang diem deh, nggak usah banyak komentar. Gigit nih."

Tika peragakan gerakan orang kesurupan macan yang sering bilang.

'Aing maung'

Abangnya langsung bergidik hiperbola sambil teriak terus pegang ubun-ubun Tika sambil bilang.

"Kampret, maung saha?."

"Dih!!  Kok malah ngikutin sih. Harusnya abang ketakutan bukan malah nanyain. Nggak asik."

"Cuma adek gue doank yang nggak jelas begini."

Abang Tara menggeleng sambil memegang dada simpati. Tika balas sensi sambil buang muka.

"Bodo amat, peduli setan."

Geplak lah tuh kepala Tika sama tangan sumo milik abang Tara.

"Abang sakit tau!!."

"Makannya, gunakan bahasa Indonesia yang baik bukan untuk memaki."

"Loh kan, itu udah bahasa Indonesia yang baik!! Abang yang nggak ngerti bahasa Indonesia. dari tadi ngomong aja, kan Tika udah nyuruh abang buat diem."

Terus sampai mobil bang Tara mencapai kantor, Tika dan bang Tara terus debat tanpa meja bundar. Pokoknya keduanya nggak ada mau kalah kalau belum benar-benar kehabisan kata. Sebelum negara api menyerang keduanya tidak akan habis berdebat. Tika turun dari mobil sambil melet dan bilang.

"Makasih bujang lapuk."

"Eh, sialan. Ngatain abang bujang lapuk, situ juga jomblo fisabilillah nggak usah sombong anda!."

Tika mana peduli, sudah masuk pintu perusahaan yang terbuka otomatis dengan sensor. Abangnya cuma teriak tapi Tika masa bodo. Memang adik kaya Tika ini suka begitu, nanti kena karma karena durhaka sama abangnya kan tinggal ketawain terus bilang.

'Tuman!!."

Pasti langsung nangis darah.

.

.

.

Waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Tika buka hp dan beri pesan pada sang kekasih. Begini isinya.

Santika: Babe, aku mau makan siang dicafe dekat kantor. Mau bareng?.

Daru: Kamu duluan aja, aku lagi ada deadline jadi gk bisa makan diluar dulu. Pulang bareng aku, jangan duluan. Nanti aku kabarin lagi, miss you.

Santika: Miss u too:*

Daru: Cium kok pake stiker, cium langsung donk.

Dasar semprul, padahal satu ruangan.

Sudah Tika abaikan tapi Tika senyum-senyum bahagia semeriwing bikin teman satu divisi menatap bingung dan Tika tatap balik sambil ketawa.

"Dah gila lu ya?."

Tika mengangguk sambil gumam senang.

"He'em"

"Anjir, jauh-jauh dari gue kalau gitu!!."

Terus Tika di tinggal  sama temannya.

"Gue kayanya emang gila. Gila karena cinta."

Tau deh, orang kalau lagi jadi budak cinta tuh aneh sekaligus menyebalkan dibeberapa kesempatan. Kalau sudah tersakiti di kasih masukan, keras kepalanya sudah kaya batok kelapa tua di potong sama golok tumpul, ngerasa perasaan dan feeling dia selalu paling benar meraba hati.

Sulit, cuma bikin buntung banyaknya kalau kasih masukan sama orang lagi jadi bucin.

Nanti sudah putus ditinggal cinta baru, deh tau rasa, terus di temani penyesalan karena pernah dibudakin cinta. Kaya Tika sekarang tuh, masih manis-manisnya pacaran sebulan. Belum keliatan belangnya, nanti kalau ketahuan pasti sok-sok memaklumi padahal mah sudah tersakiti.

.

.

.

Tika duduk di depan pos satpam sambil ngobrol ngalor ngidul. Pak Supri namanya, asal luar kota yang mengadu nasib ke kota besar untuk menghidupi istri dan tiga anaknya. Tika itu pendengar yang baik, tidak menyela kalau orang tua atau temannya bercerita dan berkeluh kesah.

Nggak ada tuh Tika songong pas teman atau siapapun lagi cerita bilang.

"Masih mending lu, gue nih lebih parah dari yang lu rasain."

Tika nggak gitu kok orangnya, makannya banyak yang suka cerita ke Tika karena orangnya menjaga rahasia dan pemberi saran yang baik tanpa menuntut untuk dituruti pendapatnya.

Tika orangnya easy going, sama siapa saja dia join. Eh , tapi, kalau joinnya yang aneh-aneh dan melanggar kode etik norma hidup Tika sih, nggak mau joinan. Namun banyak dari mereka tidak bisa timbal balik.

Kadang kala Tika butuh bantuan mereka tidak ada, makannya Tika punya abang-abangan kaya Farhan. Karena Farhan perhatian dan ngerti gimana Tika suka nggak enakan untuk minta tolong.

Contoh kaya acara pulang nggak ada uang, mau minta tolong jemput abang kegedean gengsi. Mau ikut teman kantor nggak enak karena nggak ada yang nawari bareng atau antar.

Padahal sebagian mereka menanyakan kenapa Tika belum pulang.

Tapi Tika masa bodo, pada akhirnya Tika tetap bisa pulang kan diantar Daru berakhir jadian. Bisaan si Burhan bikin Tika jatuh cinta, ih.

"Hei, maaf aku nggak bisa antar pulang ya."

Itu suara Burhan yang masuk menyapa pak Supri, kemudian langsung memegang tangan Tika dan duduk bersisian. Pak Supri yang mengerti langsung hengkang ijin masuk ke pos dalam.

"Hem. Gapapa, bang Tara nanti jemput kok. Hehehe."

"Yaudah, aku nungguin sampai kamu dijemput ya."

Tika angguki saja sambil senyum dengan kedua pipi memerah bahagia, dia senang ditemani Daru. Tika dimata Burhan jadi seperti anak kucing, gemasin. Jadi pengin bawa pulang terus ndusel-ndusel manja.

Dengar suara klakson Tika langsung pamit undur diri dan dengan kurang ajar tanpa malu, Tika cium pipi Daru terus lari setelah pamit untuk pulang ke pak Supri. Terlalu malu karena cium Daru Tika sampai nggak liat dengan benar mobil siapa yang datang, ini bukan mobil bang Tara.

Tika sadar tadinya yang senyum langsung melempem.

Di mobil Tika cemberut, dikira abang Tara yang jemput ternyata pas masuk mobil abang Farhan yang nangkring di kemudi. Ish, Tika malas jadinya, unmood. Tika nggak jadi pulang bareng sama Daru, dia katanya ada rapat dan kayanya bakalan pulang malam.

"Berani ya sekarang."

Suara ac mobil paling jelas terdengar sebagai jawaban. Kalau Tika bodo amat sama kehadiran abang.

"Nggak dijengukin satu bulan, kelakuan kok jadi yang kaya nggak punya harga diri."

Deru mobil bersahutan sama suara ac, yang kok, kayanya besar ya. Soalnya sekarang Tika mendadak bergidik kedinginan. Abang peka, langsung di kecilkan nomor ac mobilnya.

"Padahal abang tinggal sebulan doank buat kasih pengertian sama cewek abang, tapi kamu udah berani begitu."

"Kaya ada yang ngomong, berisik amat ya!."

Tika kalau begini, enaknya di apain?.

Bungkus?.

Terus kasih karet dua, tanda paket martabak spesial.

"Abang ngomong serius, nggak usah kaya gitu. Kamu harusnya paham, jadi perempuan itu selalu dipandang miring kebanyakan sama orang pribumi kita. Perlu dijaga ketat, walau seringnya perempuan itu bilang bisa jaga diri. Tetap aja kita perlu bantuan orang lain untuk menjaga. Apalagi acara cium-ciumnya depan pak Supri yang dari kampung, apa kabar nanti kamu jadi bahan omongan kan?."

"Apasih abang, tiba-tiba ceramahin Tika. Padahal abang punya pacar nggak kasih tau Tika, Tika nggak komentar apa-apa. Harusnya abang tanya kabar Tika, bukan malah menghakimi. Tapi terserah deh, bodo amat."

"Oh, baru juga sebulan pacaran sama Daru. Udah begini sikap kamu ya,"

"Iya. Kenapa?. Abang mau apa terus, hah?. Datengin Daru, terus bilang nggak cocok sama aku?. Bilang kalau aku suka malas mandi walau aku kerja?. Bikin pacar aku ilfil kaya cara abang ke gebetan-gebetan Tika gitu?."

Tika nggas, sudahlah. Sudah kepalang tanggung, habis abang tidak menanyakan dahulu sudah main menghakimi tanpa sempat memberi Tika pembelaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status