Share

Justin and Kasih

"Duh bikin kaget aja." Justin jongkok dan berniat ingin mengelusnya, "kalau ini mah kecil."

Namun tiba-tiba ...

Seketika mahkluk kecil itu menunjukkan deretan gigi yang tajam dengan mempunyai sayap yang tajam. Justin melemparnya karena ketakutan ia berlari ke arah pintu berusaha membuka nya namun ia tidak dapat membuka. 

Justin berlindung di samping kotak yang berada di depannya. Ia meraih tongkat sebagai jaga-jaga. 

"Justin? Dimana kamu Justin?"

Terdengar suara ibu dari Justin. Namun Justin tidak gegabah, ia perlahan mengintip dari celah melihat keberadaan dari mahkluk tersebut. Alangkah terkejutnya dia saat tersadar bahwa yang memanggilnya ialah mahkluk tersebut. 

"Holy shit ...."

Justin berbicara hingga terdengar oleh mahkluk itu. Mahkluk tersebut menyerang Justin. Dengan sekali lemparan membuat Justin mengeluarkan darah dari mulutnya. Ia lemah tidak berdaya. Lalu kembali lagi mahkluk itu mengeluarkan suara yang mirip seperti ayah nya. Mahkluk itu seperti mengcopy apa yang menjadi kekesalan di dalam batin Justin. 

Mahkluk tersebut memaki Justin dengan kalimat yang biasa ayah nya katakan. Justin yang mendengarnya menjadi marah. Ia bangkit berdiri dengan kepala tertunduk. 

"Seharusnya kau tidak membuat ku ingat dengan perkataan itu. Dan juga kau seharusnya tidak membuat ku marah."

Justin mengangkat kepalanya. Pintu terbuka memancarkan cahaya luar. Guru Justin masuk bersama dengan kepala sekolah juga Kasih. Mereka melihat mata dari Justin yang sudah berubah. Lalu mereka juga melihat mahkluk tersebut. Justin yang sudah emosi menyerang nya dengan sekuat tenaga. 

Namun sayang, Justin masih belum cukup kuat melawan mahkluk tersebut. Ia masih manusia biasa dan hanya mata nya saja yang berubah. Tangan mahkluk itu menembus dada Justin tepat ddi atasnya dekat dengan pundak nya. 

Justin terhenti melihat ke arah dimana mahkluk itu melukai nya. Mahkluk tersebut kembali menirukan suara ayah Justin. Lalu dengan sekali tebasan dari kepala sekolah, kepala dari mahkluk tersebut terpenggal. Justin terduduk, kemudian melepaskan tangan dari mahkluk itu. 

"ARGH!" Justin melepasnya, "kau ... Kau ingin mengakhiri hidup ku?" Kata Justin kepada guru nya itu.

Kasih menopang tubuh Justin yang sudah lunglai. Justin menunjuk ke arah gurunya lalu setelah itu tidak sadarkan diri. 

Justin bermimpi tentang kejadian yang membuatnya trauma. Ia mempunyai masa lalu yang kelam dengan para teman-teman nya. 

Justin adalah seorang pembunuh, juga seorang korban pelecehan. 

Justin terbangun karena terkejut saat di mimpinya. Justin berkeringat hingga membasahi tubuh nya. 

"Aw! ... Rasanya ingin copot ini kepala."

"Copot dah kalau bisa."

Kasih datang sembari mendorong peralatan untuk pengobatan Justin. 

Justin melihat ke arah kasih yang datang mendekatinya. Kasih tersenyum lalu melihat infusan yang kemudian mengecek yang lainnya. Justin yang masih kesal karena Kasih, ia terdiam dan membuang wajah nya tidak ingin melihat Kasih. 

"Dasar anak kecil."

Justin yang mendengarnya membuka mulutnya terkejut.

"Apa kau bilang? Kecil? Aku ... Anak kecil?"

Kasih mendekatkan wajahnya semakin dekat ke Justin hanya berjarak beberapa centimeter.

"Iya ... Lo adalah ... Anak kecil." Kasih kembali ke posisinya.

"Wah kurang aj ... Aw! Pelan-pelan kali."

"Susst kalau pasien itu cukup diam, biar aku yang merawat kamu ... ngerti!"

Justin yang kembali ingin berbicara terhenti dengan Kasih yang menutup mulutnya dengan telunjuk. Mereka terdiam dan saling menatap. Kasih tersenyum lalu kembali melakukan pekerjaan nya.

"Hei Justin, boleh kah aku menyukai mu?"

"Hah! A-apa maksudmu ... Itu ... Anu ... Ma-maksudku ini."

Kasih tertawa melihat Justin yang gugup setelah mendengar pernyataan dari nya. Lalu ia menyuntik obat ke tangan Justin. Justin melihat suntikkan itu akan menggenapi kulitnya. Justin berpura-pura tiidak melihat, dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu luar. Kasih yang menyadari bahwa Justin takut jarum suntik berbuat jahil padanya. 

"Oh tidak, Justin!"

"Kenapa?"

"Sepertinya aku salah memasukkan obat."

Justin melihat ke arah Kasih dengan terkejut. Mata Justin membulat tidak percaya. Ia memarahi Kasih lalu berdir turun dari kasur. Justin yang panik berjalan mondar-mandir dan berfikir bahwa dirinya akan tiada. Kasih yang tidak tahan menahan tawanya pun pecah. 

Justin terhenti, ia mengetahui kalau kasih mempermainkan dirinya. Lalu saat Justin ingin membalas datang kepala sekolah berserta guru tersebut. 

"Justin saya minta maaf." Kata guru tersebut lalu pergi.

Kepala sekolah kembali memanggil nya dan kembali mendekati. Kepala sekolah meminta untuk guru tersebut dapt meminta maaf dengan cara yang benar. 

Kasih pun keluar.

"Aku sudah tidak perlu perawatan seperti ini, aku baik-baik saja." 

Justin melepas selang infus yang membuat darahnya keluar. Kepala sekolah memanggil Kasih untuk segera menanganinya. 

Justin dibaringkan kembali lalu di obati. Guru itu meminta maaf kepada Justin sekali lagi dengan lembut juga santun. Justin memaafkannya. Kepala sekolah keluar yang kini tinggal mereka berdua. 

"Haahh ... Apa guru yang satu itu selalu angkuh?"

"Hush jangan bicara seperti itu, dia itu begitu karena ...." Justin mendengar kan dengan serius, "TUA! Ya, dia suudah tua. Kau harus memaklumi nya Justin."

Justin memandang langit-langit.

"Sebenarnya ini tempat apa? Kenapa banyak sekali yang misterius disini?"

Kasih terdiam dengan tepat pada waktunya ia selesai mengobati Justin. Kasih pun berdiri membereskan peralatan nya tersebut. Saat ia ingin berjalan pergi meninggalkan Justin, tangannya di tahan oleh Justin. 

"Temani aku berbicara disini ... Aku kesepian." Kasih diam memikirkan nya sejenak, "ku mohon Kasih."

Kasih kembali terduduk lalu Justin tersneyum lebar.

"Ingat, hanya sampai jam pelajaran di mulai kembali."

"Siap komandan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status