Share

PART TIGA

Suasana apartement terlihat lengang. Entah kemana neneknya dan Stefana pergi, Ganindra tidak mau ambil pusing. Dengan meletakkan mantel di gantungan balik pintu serta melepas boots di kaki nya, Ganindira melangkah menuju ruang tamu. Dengan duduk disalah satu sofa, Ganindira mengadahkan kepalanya menatap langit - langit ruangan. Mengingat pertemuan singkatnya dengan pria bernama Ganesha Erlangga membuat darahnya mendesir. Sudah lama sekali Ganindira tidak merasakan hal seperti ini, delapan tahun yang lalu ternyata waktu yang sangat panjang. Mengingat kembalu hal itu membuat dirinya kembali sedih.

Namun disaat Ganindira  sedang mengingat masa lalunya, tiba - tiba Stefana hadir dan duduk disalah satu sofa dekat Ganindira. "Apa yang kau fikirkan...?"

Ganindira menatap Stefana dengan datar. "Pergilah...."

Stefana menghela nafas keras. "Berhentilah memikirkan hal itu...?!". Tidak seharusnya kau terjebak dengan masa lalu. Kau harus bergerak meraih masa depanmu Ganin. Aku sudah sering mengatakannya kepadamu, tetapi kenapa kau tidak pernah mau mengerti...?" cecar Stefana.

"Kita sudah berteman sedari kecil. Aku memahami kesedihanmu, tetapi kau tidak oleh seperti ini terus. Kau harus berjalan kedepan tanpa harus menoleh kebelakang. Masa lalu untuk dikenang bukan dijadikan sebagai hambatan untuk meraih kebahagiaan. Kalau kau seperti ini terus, disana Axelle akan sedih melihatmu Ganin, jadi aku mohon mengertilah. Aku berbicara seperti ini karena aku perduli padamu, aku sayang padamu Ganin. Kau udah ku anggap saudariku dan aku tidak mau melihatmu sedih...". Stefana mengambil nafas lalu membuangnya. "Fikirkanlah perkataanku...". Setelah mengatakan hal itu, Stefana pergi meninggalkan Ganindira dengan segudang pemikirannya.

Tanpa disadari Ganindira dan Stefana, Miranda mendengar semua pembicaraan antara mereka berdua. Miranda menyadari kalau cucu satu - satunya itu sangat sedih sejak meninggalnya orang tua dan kekasihnya, tetapi Miranda tidak memahami bagaimana menderitanya Ganindira selama delapan tahun tanpa kasih sayang. Miranda sendiri tidak ada disaat kematian anaknya karena disaat yang bersamaan dirinya sakit dan mengharuskan dirinya rawat sampai kondisinya pulih kembali. Setelah kondisi membaik, Miranda lagsung berangkat Singapura guna menjemput cucunya utuk tinggal bersamanya di Kanada. Maka dari itulah Miranda selalu bersama dengan Ganindira karena selain sayang dengan Ginidira, Miranda tidak mau lagi kehilangan keluarganya.Setelah ditinggal suami dan anaknya pergi untuk selamanya, Miranda  tidak mau lagi kehilangan anggota keluarganya, tidak selama ia masihhidup. Maka dari itu Miranda sudah merencanakan sesuatu agar Ganindira bahagia kalau ia sudah tidak ada. Miranda hanya berharap agar apa yang direncanakannya berjalan dengan lancar.

*****

Didalam sebuah ruangan didominasi warna hitam, Ganesha sedang menandatangani berkas yang diberikan  oleh Adam, sekretaris pribadinya. Setelah sarapan tadi, Ganesha bergegas datang ke kantornya karena harus menghadiri meeting yang sudah lama ia nantikan untuk memperluas anak cabang perusahannya. Dengan menopang dagu, Ganesha kembali mengingat pertemuannya dengan perempuan yang sangat cantik bernama Ganindira.  Padahal Ganesha hanya tidak serius saat mau menumpang duduk di meja perempuan itu, namun rasa kagumnya melebih rasa penasarannya maka dari itu, Ganesha memberanikan berbicara dengan perempuan tersebut dan Voila, perempuan tersebut mengijinkannya.

Saat ini, di fikiran Ganesha wajah Ganindira masih tercetak jelas. Jantungnya kembali berdetak dengan cepat disaat tangan mereka bersentuhan. Apa ini yang dinamakan cinta pertama? Entahlah, memikirkannya Ganesha merasa wajahnya merona. Dengan cepat, Ganesha menormalkan wajahnya kembali agar tidak tercetak jelas kalau ia tersipu. Sambil berdehem, Ganesha memanggil Adam untuk masuk kedalam ruangannya.

"Apa jadwalku hari ini?", tanya nya saat Adam masuk kedalam ruangannya.

Adam melihat catatan kecil yang selalu ia bawa kemana - mana. "Hari ini anda harus bertemu dengan ayah anda di Restaurant milik keluarga anda sekaligus bertemu dengan ibu Miranda Green yang merupakan teman baik dari nenek anda...", ujar Adam sambil menutup kembali buku kecilnya.

"Jam berapa aku harsu bertemu dengan ayahku..?', Ganesha keuar sambil memakai mantelnya.

"Sekarang tuan...". Setelah itu Ganesha keluar dari ruangan nya dengan Adam yang setia berjalan dibelakangnya

Ketika menunggu lift terbuka, Ganesha menatap Adam. "Cari tahu tentang perempuan bernama Ganindira Violeta dalam satu jam.."

Adam mengangguk."Baik tuan.."

****

"Sudah lama tidak bertemu nyonya Miranda..", Tom, ayah dari Ganesha menjabat tangan Miranda Green, tidak lain tidak bukan adalah nenek dari Ganindra. Ya, saat ini Ganindra, Miranda dan Stefana sedang berada di sebuah Restaurant milik Tom.

"Bagaimana keadaan Zelina? apa ia baik - baik saja?", tanya Miranda saat melihat buku menu yang di berikan pelayan restaurant.

Tom menutup buku menu dan menatap Miranda yang sepertinya sudah memesan makanan. 

"Mama baik - baik saja, hanya kondisi nya tubuhnya yang sedikit menurun semenjak kepergian papa satu tahun yang lalu....", ujar Tom sambil menghela napas pelan.

Miranda memaklumi akan hal itu. Sama sepertinya, Zelina juga telah ditinggal pergi suaminya untuk selamanya, hanya saja suami Zeline baru meninggal dua tahun yang lalu, sedangkan dirinya sudah ditinggal pergi selama enam taun yang lalu akibat serangan jantung yang dideritanya sejak lama.

"Semoga Zelina baik - baik saja dan kalau ada  kesempatan aku akan mengunjunginya..." ujar Miranda pada Tom.

Tom mengiyakan. "Baiklah aku akan mengatakan kepada mama kalau anda akan mengunjunginya. pasti mama senang dengan kedatangan anda nyonya Miranda.

Ganindira hanya menatap percakapan neneknya dengan pria paruh baya yang bernama Tom. Bernading terbalik dengan Stefana yang sedang asyik main ponselnya sambil tersenyum.

"Apa ada yang lucu di ponsel mu hingga kau tertawa sendiri seperti orang gila...?", ucap Ganindira tiba - tiba

Stefana yang sedari tersenyum menyurutkan senyumnya mendengar perkataan dari boss dinginnya. "Tentu saja ada yang lucu di ponselku, berbeda dengan ponselmu yang hanya berguna untuk menerima telpn dan pengganti jam...", sumgut Stefana.

"Asal kau tahu, aku sedang chattingan dengan kekasihku, jadi kau jangan iri...",", jelas Stefana setelah kembali menekuni ponselnya yang berdering sedari tadi dan kembali tersenyum.

Ganindira memutar bola matanya dengan bosan. Sudah sering Ganindira melihat Stefana seperti itu. Hanya saja Ganindira tidak mau mencampuri urusan percintaan sahabatnya itu. Jadi ya biarkan saja lah.

"Maaf aku terlambat...", suara berat dan maskulin terdengar sampai di telinga Ganindira. Suara itu terdengar tidak asing di telinganya. Ganindira terdiam sejenak. Setelah berfikir di mana ia mendengar suara itu, akhirnya Ganindira ingat. Suara itu yang menanyakan siapa namanya saat sedang sarapan di cafe tadi pagi. Pria yang menumpang duduk di mejanya dan pria yang menanyakan siapa namanya. Pria dengan tampan yang tampan setelah jas yang meelkat indah di tubuh tegapnya. Pria dengan rambut coklat nya. 

Pria itu adalah Ganesha Erlangga. Pria yang membuat jantungnya kembali berdetak dengan cepat. Pria yang membuat wajahnya merona. Pria yang diam - diam sudah mencuri secuil hatinya yang sduah mulai mencair. Pria yang membuat Ganindira merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status