Share

Chapter 9

     Jenderal salah besar. Dia sendiri tidak pernah mengamati langsung para prajuritnya, karena itu dia tidak tahu seberapa besar rasa takut para prajurit terhadap An Dao Dui, dan strateginya yang memutar jalan berbelit-belit itu tidak melenyapkan ketakutan mereka, yang ada hanya memperpanjang perang dan semakin lama mengekang mereka dalam rasa takut. Kalau saja ada cara yang lebih baik... Secara kebetulan ia melihat salah seorang prajurit yang merupakan anak buahnya melintas. Yu Shi bergegas menghentikan si anak buah. "Kau tahu, seperti apa persisnya An Dao Dui?"

    "Maafkan saya, Tuan. Saya sendiri juga kurang mengerti karena belum pernah melihat mereka secara langsung. Hanya menurut kabar burung saja, kalau mereka..."

    "Ada di antara kalian yang pernah melihat An Dao Dui dengan mata kepala sendiri?"

    Si prajurit berpikir sejenak. "Katanya A Lan pernah bertatap muka langsung dengan mereka."

    "Kalau begitu, cepat panggilkan A Lan dan suruh dia menghadapku sekarang juga."

    "Laksanakan, Tuan!" Si prajurit membungkuk hormat dan bergegas pergi. Kurang kebih sepuluh menit kemudian ia kembali bersama seorang prajurit yang usianya telah mencapai pertengahan abad.

    "Kau pernah melihat An Dao Dui?" Yu Shi langsung ke pokok permasalahan.

    Prajurit tua bernama A Lan itu menjawab takzim, "Ya Tuan, semasa saya muda dulu."

    "Seperti apa rupa mereka yang sebenarnya?"

    "Wah... Hanya satu kata yang paling cocok untuk mendeskripsikan mereka; Mengerikan. Mereka tidak tinggi besar bahkan cenderung kecil, tapi mereka memiliki ilmu yang bahkan saya yakini tidak akan pernah dimiliki oleh manusia biasa lainnya. Mereka berlari secepat hantu, mereka bisa membunuh belasan orang dengan sekali tebasan pedang, bahkan pemimpinnya Song Qiu bisa langsung membunuh Jenderal terhebat dengan sekali lemparan Golok Kobaran Apinya." Dan Yu Shi bisa melihat tubuh A Lan gemetar karena takut.

    "Baiklah, kau boleh pergi," Yu Shi mengibaskan tangannya dan A Lan segera berlalu dari hadapannya. Kemudian ia memanggil prajurit muda tadi. "Hanya dia saja yang mengenal An Dao Dui?"

    "Tidak, masih banyak orang yang pernah melihat langsung An Dao Dui, tetapi kebanyakan mereka berada di barisan lain. Kalau di barisan kita, ya hanya A Lan saja."

    "Bisakah kau panggilkan mereka kemari?"

    "Baik, Tuan." Si prajurit kembali keluar. Ia lalu membawa kira-kira dua puluh orang kembali untuk ditanyai, namun jawaban mereka semua persis dengan A Lan. An Dao Dui dalam benak mereka benar-benar menakutkan  selayaknya pasukan yang datang dari Neraka.

    "Sudahlah Yu Shi. An Dao Dui itu benar-benar ada dan menakutkan. Panglima Liu sendiri juga berkeyakinan seperti itu, kan? Lebih baik kita ikuti saja instruksi mereka, mereka toh lebih berpengalaman dibanding kita, pasti tidak akan ada apa-apa," Cao Xun berusaha untuk menenangkan Yu Shi yang tampaknya mulai dilanda frustrasi.

    Yu Shi memang sangat frustrasi. Ketakutan pasukannya akan An Dao Dui persis  seperti ketakutan orang yang divonis kena penyakit mematikan. Bahkan jumlah pasukannya mulai menyusut karena banyak di antara mereka yang melarikan diri. Dan yang masih bertahan pun juga tidak berada dalam posisi baik. Mereka tidak nafsu makan, tidak bisa tidur serta uring-uringan sepanjang waktu. Bahkan Yu Shi kerap menemukan ada yang mulai  membuat surat wasiat,  atau surat-surat  curahan hati pada keluarga ataupun kekasih mereka seakan mereka pasti mati besok harinya.

    "Ketakutan mereka terlalu berlebihan! Aku curiga ini pasti akibat hasutan musuh!" Yu Shi mendesah keras.

    Menanggapinya, Cao Xun hanya mengangkat bahu, "Lantas, bagaimana kau bisa meyakinkan mereka kalau anggapan mereka itu yang salah?"

***

    Pasukan kekaisaran mulai bergerak menuju Song Shan. Strategi yang dipakai Panglima Liu masih sama; menyerang di pagi buta saat musuh masih terlelap.

    Namun kali ini keadaan ternyata berbalik; pasukan Cheng Xi Bo-lah yang terlebih dahulu menyerang, tepat di saat bulan purnama bertengger di langit malam. Sinarnya yang pucat keperakan menerangi dengan samar-samar dunia yang kini saling berseteru. Semakin lama semakin panas semakin rusuh dan Yu Shi pun akhirnya melihatnya.

    Bertubuh kerdil namun tampak kekar dan berotot,  mereka muncul dari balik kabut malam yang tebal. Namun walaupun mereka semua berpakaian serba hitam dan memakai cadar penutup wajah, seluruh prajurit masih dapat mengenali siapa mereka  pancaran bola mata pasukan bercadar itu menyorotkan kekejian dan keberingasan yang seakan dapat menusuk sampai jauh ke tulang. Seolah angin dingin kutub bumi tengah lewat berhembus, membekukan semua orang yang ada di sana. Dan beberapa saat kemudian, A Lan  dengan tubuh gemetaran hebat dari kepala sampai kaki  berseru histeris, "Pasukan Jalan Kegelapan An Dao Dui!"

      Sesaat tidak ada yang berani bergerak, kemudian sekonyong-konyong pasukan bercadar itu melesat, mulai memainkan senjata mereka. Dalam hitungan menit, puluhan prajurit di barisan terdepan segera menjadi korban.

    "Tidak ada gunanya ketakutan seperti itu! Maju! Serang!!!" Yu Shi berseru memberi komando. Para prajurit pun mengangkat senjata, namun bukan untuk menyerang, melainkan bertahan dari kepungan musuh serta rasa takut akan kematian. Mereka mengayunkan pedang dengan beringas, namun sepertinya usaha mereka sia-sia belaka, mereka jelas tidak bisa mengimbangi kecepatan dan keganasan pasukan An Dao Dui. Kepala-kepala naas terpenggal satu demi satu, jumlah pasukan kerajaan menyusut secara drastis, dan Yu Shi hanya bisa termangu.

    "Yu Shi!!! Belakangmu!!!"

    Yu Shi tidak sempat menoleh  serangan itu sama cepatnya dengan seruan peringatan Cao Xun.Ia melesat menghindar tepat ketika sebuah lecutan menggores wajahnya dan kemudian menimbulkan dentuman amat memekakkan telinga tepat di belakangnya.

    "Kapten muda yang amat lihai atau kau hanya bernasib mujur? Selama ini, tak ada seorang pun yang mampu menghindari Lecutan Golok Kobaran Api-ku"

    Suara itu bernada khas; rendah, dingin, dan sarat dengan kegeraman. Yu Shi memandangi penyerangnya yang kini berdiri tepat di hadapannya. Lamat-lamat, ia bertanya, "Kaukah yang bernama Song Qiu?"

    Cadar yang menutupi wajah si penyerang bergerak-gerak, sepertinya ia sedang tersenyum. "Anak muda yang hebat, kau bisa langsung mengenaliku dalam sekejap. Ah, benar-benar sangat disayangkan, anak muda sehebat dirimu malah ditakdirkan untuk mati."

    "Bagaimana kau tahu aku pasti bakal mati?"

    "Itu pasti. Kau tentunya tahu, kami pasukan An Dao Dui dijuluki pasukan dari Neraka. Kami lah yang memutuskan apakah seseorang layak atau tidak dibiarkan hidup. Kami lah sang Dewa Kematian!"

    Ia berseru sembari mengayunkan goloknya. Tetapi Yu Shi lebih cepat. Ditariknya kekang kudanya, dipaksanya kudanya memutar ke belakang, dan kemudian ia sudah melesat pergi, melarikan diri. Di belakangnya, Song Qiu berseru-seru, "Percuma saja kau lari, Pengecut Cilik! Kau tak akan bisa meloloskan diri dariku!"

      "Mundur! Pasukan mundur!" Yu Shi memberi aba-aba. Pasukannya yang telah terdesak dengan senang hati menuruti perintahnya, bahkan termasuk pasukan dari barisan lain.

    Pasukan An Dao Dui terang saja tidak segera membiarkan mereka mundur. Di lain pihak, Yu  Shi kembali berseru, "Barangsiapa yang tidak berlari dengan cepat, akan mati dibunuh An Dao Dui!!!"

    Seruan Yu Shi membuat pasukannya mampu berlari lebih cepat dari seharusnya. Mereka semua berhasil menyelamatkan diri dan kembali ke kemah mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status