Share

Chapter 14

    "Kenalilah musuhmu, kenalilah dirimu sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa risiko kalah. Kenalilah Langit, kenalilah Bumi, maka kemenanganmu akan menjadi lengkap."

    Dengan tegas dan gamblang, Yu Shi memaparkan isi dari Kitab Seni Perang Sun Tzu seperti yang diminta Kaisar Liang. Kaisar paruh baya itu mengangguk-anggukkan kepalanya,  kekaguman yang terpancar dari sorot matanya semakin besar. Begitu pula dengan para menteri dan pejabat pemerintahan lain yang duduk menatapnya dari sudut ruangan yang lain.

    "Bagaimana dengan sastra dan kebudayaan? Kau juga menguasainya seterampil kau menguasai bidang ini?" Perdana Menteri bertanya.

    "Ya, Tuan. Saya juga menguasainya." Selanjutnya Yu Shi menjabarkan beberapa karya sastra klasik yang telah dipelajarinya berulang kali - karya sastra pilihan yang menurut Tuan Li  pasti akan dapat memenangkan hati siapapun yang mengujinya. Dan benar saja, kini semua orang memandangnya dengan sorot kekaguman yang sangat besar.

    "Benar-benar seorang pemuda yang sempurna!" Kaisar Liang mendesah kagum. "Dari hasil pengamatanku, walaupun kau memang sangat terampil dalam hal ideologi, manajemen kenegaraan sampai sastra serta kebudayaan,  tetapi tampaknya dalam hal pengaturan strategi dan kemiliteran lah bakatmu paling menonjol. Bagaimana pendapat Tuan-Tuan yang lain?" Ia mengalihkan pandangannya ke arah para menterinya. Mereka semua menganggukkan kepala secara otomatis. "Kalian semua juga menyetujui pandanganku, bagus sekali. Baiklah. Li Run Fang, aku akan mengangkatmu menjadi Panglima Wilayah Utara."

    Seluruh menteri menahan nafas. Panglima Wilayah Utara menempati  pangkat terbesar ketiga langsung setelah Panglima Utama. Tetapi mereka semua segera mafhum. Mereka baru saja menguji langsung Yu Shi dan melihat dengan mata kepala sendiri kepandaian pemuda itu. Pula, Pemberontakan Cheng Xi Bo teramat mengacaukan stabilitas negara, dan tidak ada seorangpun yang berhasil menuntaskan sampai ke akar-akarnya - hanya Yu Shi seorang yang bisa menghentikannya.

    Yu Shi sendiripun tak pelak terkejut juga kaisar Liang menganugerahinya jabatan setinggi itu. Ia lantas membungkuk dalam-dalam, berujar penuh kemantapan, "Terima kasih banyak atas kemurahan hati Paduka Yang Mulia! Saya tidak akan menyia-nyiakan anugerah Baginda dan akan berusaha keras mengerahkan kemampuan terbaik saya, mendedikasikan diri sepenuhnya terhadap negara!"

***

    "Aku harus mengucapkan banyak terima kasih kepada Leluhur di Langit sana. Merekalah yang telah membantuku membukakan pintu langkah awal sebagus ini."

    Yu Shi menengadahkan kepalanya, menatap langit biru setengah mendung yang terbentang luas di atasnya. Cao Xun duduk di sampingnya, mendengarkan dengan saksama. Angin semilir berhembus menggoyangkan helai-helai bunga serta dedaunan di taman istana. Tidak ada siapapun berada di sana kecuali mereka berdua.

    "Dan apa yang akan kaulakukan setelah ini?" Cao Xun bertanya dengan serius.

    Pertanyaan Cao Xun sekonyong-konyong menggaungkan kembali kata-kata Tuan Li kemarin malam, " ... Pilihlah salah seorang di antara mereka. Seseorang yang akan dipercaya kaisar Liang untuk mewarisi takhtanya... "

    Memang harus diakuinya, tidak ada gagasan lebih bagus lagi ketimbang gagasan Tuan Li tersebut. Tidak perlu kekerasan, tidak perlu pertumpahan darah, cukup menikahi salah satu dari ketiga puteri itu dan ia akan mendapatkan segalanya.

    Tetapi kalau begitu, bukankah berarti aku berdusta? Pada banyak orang, pada sang Putri yang menjadi korban... dan juga terhadap diriku sendiri. Mungkinkah aku bisa menikahi seseorang yang tidak kucintai hanya demi takhta semata? Aku akan menipu sang Putri Korban dengan cinta dan bujuk rayu palsu, tapi setelah takhta kudapatkan, masih mungkinkah aku bisa terus melantunkan cinta palsu padanya?...

    Mungkinkah aku sanggup melakukannya?

    "Cukup beratkah rencanamu selanjutnya?" mimik Yu Shi yang tampak muram membuat Cao Xun khawatir. "Apa jangan-jangan kau berniat..."

    Cao Xun tidak sempat melanjutkan kalimatnya, suaranya teredam oleh huru-hara tak wajar yang sepertinya terjadi tak jauh dari tempat mereka.

    "Sepertinya terjadi bentrokan atau semacamnya di gerbang istana," sembari berujar demikian, Yu Shi bangkit berdiri dari kursinya. Kedua pemuda itu segera menghampiri lokasi keributan. Di sana mereka melihat kerumunan massa berpakaian lusuh tengah berteriak-teriak pada para pengawal istana sambil mengacung-acungkan tongkat kumal mereka, serta mengutarakan serentetan kalimat makian yang rata-rata berbunyi, "Kalian para bangsawan brengsek! Bisanya hanya memeras kami para rakyat miskin, membiarkan kami sengsara, dan membantai para pejuang yang berniat membawa kesejahteraan bagi kami! Kalian membunuh Tuan  Cheng Xi Bo! Kalian semua benar-benar terkutuk! Kembalikan pejuang kami! Kembalikan kesejahteraan bagi kami!"

    Para pengawal istana segera mengacungkan senjata masing-masing. Namun kerumunan tersebut sama sekali tidak merasa takut, mereka malah semakin beringas. Sedikit lagi pastilah terjadi pertarungan dan pertumpahan darah kalau saja Yu Shi tidak datang menyela.

    "Ada apa ini?! Apa yang sebenarnya tengah terjadi?!"

    Melihat siapa yang datang, para pengawal istana cepat menghaturkan hormat, "Tuan Panglima! Mereka adalah orang-orang Cheng Xi Bo yang berniat membalas dendam atas kekalahan mereka tempo lalu."

    Yu Shi mengamati mereka semua, kemudian menatap sangat tajam  seorang pemuda kurus bertampang sangar dan berpakaian hitam kumal yang berdiri di tengah-tengah.

    "Ikut aku!" ia memberi perintah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status