Si pemuda balas menatap Yu Shi, kemudian berseru, "Jalan!"
Nampaknya pemuda itulah ketua kerumunan tersebut, karena mereka semua dengan amat patuh mengikuti komandonya. Yu Shi membawa mereka ke dalam sebuah ruangan kecil. Ia menutup semua pintu dan jendela, dan setelah memastikan tidak ada orang luar dapat menguping, ia berujar, "Mengapa kalian semua begitu bodoh? Bukankah sudah kubilang berkali-kali, jangan bertindak sembarangan. Apalagi sampai masuk menyerbu istana!"
Nada suara Yu Shi sarat dengan kemarahan. Namun seakan tidak mau kalah, si ketua massa membalasnya dengan berapi-api, "Tuan... Anda sendiripun tidak memberikan kami kesejahteraan seperti yang dulu Anda janjikan! Padahal Anda bilang, bila kami mengikuti Anda, kami akan memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan hidup!"
Kerumunan massa ikut berseru-seru. Cao Xun menukas, "Kalian pikir semua hal bisa dicapai semudah membalikkan lidah? Kalian harus tahu, Tuan Panglima sendiri juga masih dalam kesulitan..."
"Pembohong! Kalian pikir kami tidak tahu apa-apa?! Kalian justru pihak paling diuntungkan dalam hal ini!" Seseorang berteriak.
"Semua bangsawan sama saja! Hanya mementingkan diri mereka sendiri!" Massa kembali berseru-seru, beberapa di antaranya bahkan mulai mengacung-acungkan tongkat mereka.
Mencoba meredam emosinya, Yu Shi menarik nafas panjang, lalu balik bertanya, "Dan kalian kira, hanya dengan mengerahkan aksi sepele seperti ini kalian pasti bisa mengenyahkan orang-orang yang membuat kalian menderita itu?"
Mereka semua terdiam.
"Tidak akan bisa," Yu Shi mewakili mereka menjawab. "Kita tidak akan bisa menaklukkan harimau bila hanya dengan mengandalkan kekuatan fisik, karena harimau memiliki kekuatan jauh lebih besar daripada kita. Jadi kita harus memakai cara lain. Taktik lain, yang mampu membuat harimau itu bertekuk lutut menyembah kita dengan kemauannya sendiri!"
"Mana mungkin kaisar rela menyembah kita... apalagi dengan kemauannya sendiri! Sama saja dengan bermimpi di siang bolong!"
"Untuk sekarang ini memang tidak mungkin. Tapi suatu hari nanti... tidak ada yang tidak mungkin! Aku berani menjaminnya!"
Nada suara Yu Shi terdengar amat meyakinkan, massa kembali terdiam.
"Tapi tentunya untuk merancang strategi yang brilliant tidak bisa dalam waktu singkat. Jadi, kalian harus bisa bersabar. Aku sendiri juga sudah muak melihat kaisar itu berkuasa... mungkin aku jauh lebih membencinya dibanding kalian. Tetapi aku bisa bersabar dan menahan diri untuk bersikap manis di hadapannya, karena itulah dia bersedia memberiku jabatan panglima. Kalian juga. Berpura-puralah menjadi rakyat yang manis dan penurut, tapi di belakang kita menjerat sarang labah-labah yang sangat lengket supaya mangsa yang telah terjebak tidak akan bisa meloloskan diri darinya!"
Kerumunan massa saling berpandang-pandangan. Si ketua massa memandang Yu Shi lekat-lekat. Yu Shi balas memandangnya, "Apalagi yang kau ragukan sekarang, Fu Liu?"
Fu Liu menggertakkan giginya. "Kita pergi!" Ia berbalik. Seluruh anggota massa mengikutinya.
Setelah kerumunan massa menghilang dari pandangan, Cao Xun berkata dengan tidak senang, "Kenapa pula kita harus bekerja sama dengan mereka?! Demi Tuhan, mereka itu orang-orang Cheng Xi Bo!"
"Mantan orang-orang Cheng Xi Bo," Yu Shi meralat. "Bagaimanapun juga, kita harus mendapatkan pasukan untuk mendukung kita."
"Kau kan seorang Panglima besar! Kau punya ribuan pasukan!"
"Mereka semua adalah pasukan kekaisaran, tentunya hanya akan loyal pada kaisar. Kita membutuhkan pasukan yang seratus persen loyal pada kita."
"Tapi masa kau tidak melihat tatapan orang bernama Fu Liu itu? Dia terang-terangan tidak mempercayai kita! Kita sedang bekerja sama dengan calon pengkhianat!"
"Dia memang orangnya seperti itu. Lagipula, seorang pengkhianat justru akan bermanis ria dan mengklaim sebagai sahabat terbaik kita padahal dia sedang menikam dari belakang, bukannya dengan bodohnya membeberkan sikap bahwa dia pengkhianat."
"Baik... Katakanlah dia seorang yang lurus... Tapi mereka itu benar-benar kelewatan bodohnya! Masakan berani menyerbu istana hanya dengan jumlah sesedikit itu?!"
"Mereka memang terlalu temperamental, tapi bukankah kau sendiri telah melihat kemampuan mereka dalam berperang? Dan ingat, kita masih punya pasukan An Dao Dui - yang cukup pintar untuk tidak mengikuti mereka menyerbu ke dalam istana."
Cao Xun menghela nafas panjang. Sedetik kemudian, bolanya matanya melebar. Semakin lama, semakin besar. Mulutnya juga menganga. Ekspresi wajahnya menunjukkan rasa takut yang teramat jelas.
"Ada apa?" tanya Yu Shi keheranan.
"Itu... di belakangmu..."
Yu Shi membalikkan tubuhnya, dan dalam sekejap, raut wajahnya berubah.
Feng Lan tengah berdiri di hadapannya. Mimik wajahnya yang biasanya lembut kini menghilang, digantikan dengan alis mata berkeriut tajam serta sorot mata dingin menusuk.
"Kau memang hebat, Tuan Panglima..." desisnya lirih. "Ternyata diam-diam kau merekrut pasukan untuk mengkudeta Ayahanda Kaisar..."
Yu Shi berusaha keras untuk tampil setenang mungkin. "Tuan Putri," ia membungkuk menghaturkan hormat. "Rupanya Anda salah paham. Kami hanya berusaha membujuk mereka agar meninggalkan paham Cheng Xi Bo dan mengikuti kami. Dan hanya alasan seperti itulah yang dapat saya pakai untuk bisa mendapatkan hati mereka... Jadi sementara ini..."
"Aku tidak mengerti. Alasanmu terlalu berbelit-belit. Alasan murahan." Ia membalikkan tubuhnya. "Aku akan melaporkannya pada Ayahanda Kaisar sekarang juga."
"Tuan Putri... Ini benar-benar hanya salah paham! Bila Anda melaporkannya pada Baginda, Anda akan menghukum orang yang tidak bersalah!"
Feng Lan tidak menggubris argumen Cao Xun itu, ia terus saja berjalan, lantas membuka pintu lebar-lebar dan melangkah keluar. Sang putri berjalan dengan sangat cepat nyaris berlari, sangat sulit bagi Yu Shi dan Cao Xun untuk mengimbanginya.
"Tuan Puteri... Mohon dengarkan penjelasan kami dulu sebentar!" Cao Xun berseru memelas. Namun Feng Lan masih tetap tidak mempedulikannya.
Yu Shi benar-benar kehilangan akal sekarang. Di luar kemauannya ia menengok kiri-kanan, padahal ia tahu itu percuma saja, takkan ada seorang pun yang bersedia menolongnya. Tidak akan ada sesuatu pun yang bisa menyelamatkan nasibnya kini.
Betulkah demikian? "Tolong! Tolong aku!!!" Yu Shi, Cao Xun serta Feng Lan segera menoleh. Tidak jauh dari mereka, massa mantan pasukan Cheng Xi Bo tampak tengah menyandera Xiu Lan. Salah seorang di antaranya menukas, "Wah, Tuan Putri yang satu ini sudah muda lagi cantik, pas sekali untuk bersenang-senang!" Fu Liu menyeringai mengerikan, "Kita bebas mempermaikannya sesuka hati, dia milik kita sekarang. Paduka Kaisar pasti juga menyetujui perbuatan kita ini." Ia menjilat bibirnya. Wajah Xiu Lan benar-benar putih pucat sekarang. "Kalian mau apakan aku?!... Jangan!..." "Ka..." Tapi belum sempat Yu Shi melanjutkan kalimatnya, Fu Liu membelalakkan bola matanya seakan tengah memberi sebuah isyarat. Yu Shi lantas mengerti apa maksud sebenarnya Fu Liu menyandera Xiu Lan. Yu Shi lekas mencabut pedang kebesarannya dari pinggangnya. Sambil mengacungkannya
Terlalu shock mendengar pertanyaan Feng Lan, tanpa sadar Yu Shi membelalakkan matanya. Begitu juga Cao Xun, menatap Feng Lan dengan tak percaya. Ekspresi ketakutan mereka berdua membuat Feng Lan tersenyum lebar. "Ternyata dugaanku benar," bisiknya lirih. "Kau memang seorang pangeran..." "Putri, saya mohon hentikan canda Anda ini! Terlalu berbahaya! Bila ada orang mendengar, mereka akan mengira saya sedang meninggikan status saya dan..." "Mantan Pangeran... dari Kekaisaran yang telah hancur." Feng Lan meraih sebuah buku sangat besar lagi tebal, meletakkannya di atas meja kemudian membukanya dengan cepat. Buku berisikan potret gambar orang-orang tersebut membalik cepat, dan berhenti di selembar halaman dengan potret seseorang yang membuat wajah Yu Shi memucat bagaikan membatu. "Kaisar Han Ming Shi, bergelar Wen Xing, merupakan kaisar kedua puluh lima dari generasi Han serta kaisar denga
Itu merupakan suara marah Ying Lan. Rasanya Yu Shi bisa merasakan jantungnya copot saat itu juga. Baru tadi ia ketahuan Feng Lan, masa sekarang juga ketahuan Ying Lan? Refleks, ia melongokkan kepalanya ke belakang, dan ternyata Cao Xun serta Feng Lan juga melakukan hal serupa. Alih-alih, mereka tidak mendapatkan siapapun berdiri di belakang mereka. "Putri... aku terpaksa! Kaisar lah yang menyuruhku untuk bertempur! Bahkan beliau terus membanding-bandingkanku dengan Li Run Fang si anak kemarin sore itu!" "Itu suara Ma Yong Quan, tunangan kakakku Ying Lan," seakan mengetahui Yu Shi tidak mengenali si pemilik suara kedua, Feng Lan menjelaskan dengan berbisik rendah. Mereka bertiga lantas mengendap-endap mencari tahu di mana persisnya kedua pasangan itu bercakap-cakap, dan dengan cepat menemukannya. Berjarak dua rak buku raksasa, mereka dapat melihat Ying Lan dan Yong Quan saling berhadapan. Ying Lan yang pada saat di pesta nampak
"Kau bilang, kau sudah memutuskan putri mana yang akan kau pilih?" Tuan Li bertanya, tidak bisa menyembunyikan nada girang dalam suaranya. Yu Shi mengangguk mantap. "Benar, Guru." "Apakah Putri Pertama Liang Ying Lan?" "Bukan dia. Yang saya pilih adalah Putri Kedua, Liang Feng Lan." Tuan Li nampak sangat tidak senang. "Mengapa bukan yang sulung? Kau harus tahu aturan permainan istana. Untuk urusan takhta, mereka selalu mengatamakan si sulung." "Tetapi Han memilih sang pewaris dari hasil kompetisi." "Hanya Han saja yang memiliki konsep itu! Negara lainnya memilih penguasa selanjutnya berdasarkan urutan kelahiran, semestinya kau sudah tahu akan hal itu! Dan asal kau tahu, Putri Feng Lan merupakan putri yang paling tidak disayangi oleh kaisar, jadi kansnya untuk meraih takhta boleh dibilang nihil!" "Si
Tapi memang benar ada yang datang menghampiri mereka. Feng Lan. "Selamat pagi," sapanya lembut. Namun ekspresi wajahnya berubah ketika melihat aksi mereka yang memang tampak konyol. "Ternyata inilah alasan kalian berdua datang terlambat. Kalian bercanda dulu di sini rupanya." Lekas-lekas kedua pemuda itu merapikan posisi mereka masing-masing, lantas menghaturkan hormat. "Maafkan kami atas ketidaksopanan kami, Tuan Putri!" "Ya... sekali ini aku maafkan, tapi lain kali jangan begitu. Untung aku tidak sedang ingin mendiskusikan hal penting denganmu," Feng Lan melemparkan tatapan tajam pada Yu Shi yang langsung menundukkan kepalanya. Ia lantas membalikkan tubuhnya, berjalan memimpin di depan. Di belakangnya, Yu Shi dan Cao Xun saling bertukar pandang. "Kau salah!" Yu Shi berbisik. Cao Xun hanya mengangkat bahu. "Apakah Ayahanda Kaisar sudah memanggilmu?" Feng Lan bertan
Feng Lan benar-benar sangat terkejut. "Kau ditempatkan di bawah Yong Quan?" Yu Shi mengangguk pelan. "Dia bahkan mengepalai seluruh pasukan." "Bagaimana mungkin Ayahanda memilihnya sebagai Panglima Utama?! Masih banyak orang-orang yang jauh lebih berbakat daripada dia! Memilihnya sebagai Panglima Utama hanya akan membawa kematian bagi seluruh pasukan!" Feng Lan benar-benar sangat gelisah, ia mendesah untuk yang kesekian kalinya. "Aku tahu... Pasti karena perjanjian malam itu..." "Baginda Kaisar tadi memang menyebutkan bahwa Yong Quan terikat dalam sebuah sumpah atau semacamnya..." "Ya, aku sudah tahu. Dua malam yang lalu Yong Quan menyodorkan tubuhnya dan memberikan kenikmatan seksual pada kakakku, dengan imbalan kakakku harus membujuk Ayahanda agar bersedia mengangkatnya sebagai Panglima Utama... Tentu saja aku tahu akan hal itu. Bagaimana tidak, kalau aku tetap dapat
Hari yang dipilih untuk keberangkatan pasukan tentunya merupakan hari baik yang khusus dan spesial. Di hari itu pagi-pagi sekali matahari telah merekah bercahaya, namun tidak panas membakar. Angin bertiup lembut, sepoi-sepoi dan membawa kesejukan, bahkan turut membawa aroma rerumputan yang menyegarkan. Seluruh pasukan Liang yang berjumlah seratus ribu orang tersebut berada dalam kondisi puncak. Apalagi Pasukan Utara, mereka tahu Panglima pemimpin mereka adalah Yu Shi yang telah berhasil memadamkan Pemberontakan Cheng Xi Bo. Mereka seakan mendapat keyakinan, pada pertempuran kali ini pun mereka pasti juga akan menang. Untuk menambah keyakinan moral mereka Yu Shi masih menempatkan pasukan An Dao Dui ke dalam pasukannya. Pasukan kecil namun lihai yang dipimpin Song Qiu itu diselipkan di sela-sela kecil barisan, dimaksudkan sebagai senjata rahasia untuk menekan musuh. Ternyata seluruh formasi ini sangat berguna, bahkan masih meningkatkan semangat tempur
Tapi belum bertarung sampai sepuluh jurus, Yu Shi menemukan dirinya telah terdesak. Ini di luar dugaannya; Enkhjargal yang bertubuh cebol dan ceking ternyata mempunyai kekuatan raksasa. Dibutuhkan tenaga sangat besar untuk bisa mengimbangi Enkhjargal, namun walau Yu Shi telah mengerahkan seluruh kekuatannya, tetap saja ia tidak mampu mengalahkan sang jenderal Khanate. Sebentar saja kekuatan Yu Shi telah terkuras habis. Ia sudah nyaris tidak mampu melawan lagi. Dan Enkhjargal yang masih tetap tak tergoyahkan itu mengangkat tombaknya tinggi-tinggi, siap melancarkan serangan penghabisan. "Yu Shi!!! Awas!" Yu Shi tertegun. Cao Xun telah berdiri di sampingnya, tengah menangkis serangan Enkhjargal dengan pedangnya. Segera saja kedua pemuda itu terlibat dalam pertempuran adu tenaga. "Sial... Bagaimana mungkin bocah sepertimu bisa sekuat ini...?!" Cao Xun merutuk keras. Dia sendiripun juga tidak mampu menandingi ke