Share

Chapter 15

     Si pemuda balas menatap Yu Shi, kemudian berseru, "Jalan!"

    Nampaknya pemuda itulah ketua kerumunan tersebut, karena mereka semua dengan amat patuh mengikuti komandonya. Yu Shi membawa mereka ke dalam sebuah ruangan kecil. Ia menutup semua pintu dan jendela, dan setelah memastikan tidak ada orang luar dapat menguping, ia berujar, "Mengapa kalian semua begitu bodoh? Bukankah sudah kubilang berkali-kali, jangan bertindak sembarangan. Apalagi sampai masuk menyerbu istana!"

    Nada suara Yu Shi sarat dengan kemarahan. Namun seakan tidak mau kalah, si ketua massa membalasnya dengan berapi-api, "Tuan... Anda sendiripun tidak memberikan kami kesejahteraan seperti yang dulu Anda janjikan! Padahal Anda bilang, bila kami mengikuti Anda, kami akan memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan hidup!"

    Kerumunan massa ikut berseru-seru. Cao Xun menukas, "Kalian pikir semua hal bisa dicapai semudah membalikkan lidah? Kalian harus tahu, Tuan Panglima sendiri juga masih dalam kesulitan..."

    "Pembohong! Kalian pikir kami tidak tahu apa-apa?! Kalian justru pihak paling diuntungkan dalam hal ini!" Seseorang berteriak.

    "Semua bangsawan sama saja! Hanya mementingkan diri mereka sendiri!" Massa kembali berseru-seru, beberapa di antaranya bahkan mulai mengacung-acungkan tongkat mereka.

    Mencoba meredam emosinya, Yu Shi menarik nafas panjang, lalu balik bertanya,  "Dan kalian kira, hanya dengan mengerahkan aksi sepele seperti ini kalian pasti bisa mengenyahkan orang-orang yang membuat kalian menderita itu?"

    Mereka semua terdiam.

    "Tidak akan bisa," Yu Shi mewakili mereka menjawab. "Kita tidak akan bisa menaklukkan harimau bila hanya dengan mengandalkan kekuatan fisik, karena harimau memiliki kekuatan jauh lebih besar daripada kita. Jadi kita harus memakai cara lain. Taktik lain, yang mampu membuat harimau itu bertekuk lutut menyembah kita dengan kemauannya sendiri!"

    "Mana mungkin kaisar rela menyembah kita... apalagi dengan kemauannya sendiri! Sama saja dengan bermimpi di siang bolong!"

    "Untuk sekarang ini memang tidak mungkin. Tapi suatu hari nanti... tidak ada yang tidak mungkin! Aku berani menjaminnya!"

    Nada suara Yu Shi terdengar amat meyakinkan, massa kembali terdiam.

    "Tapi tentunya untuk merancang strategi yang brilliant tidak bisa dalam waktu singkat. Jadi, kalian harus bisa bersabar. Aku sendiri juga sudah muak melihat kaisar itu berkuasa... mungkin aku jauh lebih membencinya dibanding kalian. Tetapi aku bisa bersabar dan menahan diri untuk bersikap manis di hadapannya, karena itulah dia bersedia memberiku jabatan panglima. Kalian juga. Berpura-puralah menjadi rakyat yang manis dan penurut, tapi di belakang kita menjerat sarang labah-labah yang sangat lengket supaya mangsa yang telah terjebak tidak akan bisa meloloskan diri darinya!"

    Kerumunan massa saling berpandang-pandangan. Si ketua massa memandang Yu Shi lekat-lekat. Yu Shi balas memandangnya, "Apalagi yang kau ragukan sekarang, Fu Liu?"

    Fu Liu menggertakkan giginya. "Kita pergi!" Ia berbalik. Seluruh anggota massa mengikutinya.

    Setelah kerumunan massa menghilang dari pandangan, Cao Xun berkata dengan tidak senang, "Kenapa pula kita harus bekerja sama dengan mereka?! Demi Tuhan, mereka itu orang-orang Cheng Xi Bo!"

    "Mantan orang-orang Cheng Xi Bo," Yu Shi meralat. "Bagaimanapun juga, kita harus mendapatkan pasukan untuk mendukung kita."

    "Kau kan seorang Panglima besar! Kau punya ribuan pasukan!"

    "Mereka semua adalah pasukan kekaisaran, tentunya hanya akan loyal pada kaisar. Kita membutuhkan pasukan yang seratus persen loyal pada kita."

    "Tapi masa kau tidak melihat tatapan orang bernama Fu Liu itu? Dia terang-terangan tidak mempercayai kita! Kita sedang bekerja sama dengan calon pengkhianat!"

    "Dia memang orangnya seperti itu. Lagipula, seorang pengkhianat justru akan bermanis ria dan mengklaim sebagai sahabat terbaik kita padahal dia sedang menikam dari belakang, bukannya dengan bodohnya membeberkan sikap bahwa dia pengkhianat."

    "Baik... Katakanlah dia seorang yang lurus... Tapi mereka itu benar-benar kelewatan bodohnya! Masakan berani menyerbu istana hanya dengan jumlah sesedikit itu?!"

    "Mereka memang terlalu temperamental, tapi bukankah kau sendiri telah melihat kemampuan mereka dalam berperang? Dan ingat, kita masih punya pasukan An Dao Dui - yang cukup pintar untuk tidak mengikuti mereka menyerbu ke dalam istana."

    Cao Xun menghela nafas panjang. Sedetik kemudian, bolanya matanya melebar. Semakin lama, semakin besar. Mulutnya juga menganga. Ekspresi wajahnya menunjukkan rasa takut yang teramat jelas.

    "Ada apa?" tanya Yu Shi keheranan.

    "Itu... di belakangmu..."

    Yu Shi membalikkan tubuhnya, dan dalam sekejap, raut wajahnya berubah.

    Feng Lan tengah berdiri di hadapannya. Mimik wajahnya yang biasanya lembut kini menghilang, digantikan dengan alis mata berkeriut tajam serta sorot mata dingin menusuk.

    "Kau memang hebat, Tuan Panglima..." desisnya lirih. "Ternyata diam-diam kau merekrut pasukan untuk mengkudeta Ayahanda Kaisar..."

    Yu Shi berusaha keras untuk tampil setenang mungkin. "Tuan Putri," ia membungkuk menghaturkan hormat. "Rupanya Anda salah paham. Kami hanya berusaha membujuk mereka agar meninggalkan paham Cheng Xi Bo dan mengikuti kami. Dan hanya alasan seperti itulah yang dapat saya pakai untuk bisa mendapatkan hati mereka... Jadi sementara ini..."

    "Aku tidak mengerti. Alasanmu terlalu berbelit-belit. Alasan murahan." Ia membalikkan tubuhnya. "Aku akan melaporkannya pada Ayahanda Kaisar sekarang juga."

    "Tuan Putri... Ini benar-benar hanya salah paham! Bila Anda melaporkannya pada Baginda, Anda akan menghukum  orang yang tidak bersalah!"

    Feng Lan tidak menggubris argumen Cao Xun itu, ia terus saja berjalan, lantas membuka pintu lebar-lebar dan melangkah keluar. Sang putri berjalan dengan sangat cepat nyaris berlari, sangat sulit bagi Yu Shi dan Cao Xun untuk mengimbanginya.

    "Tuan Puteri... Mohon dengarkan penjelasan kami dulu sebentar!" Cao Xun berseru memelas. Namun Feng Lan masih tetap tidak mempedulikannya.

    Yu Shi benar-benar kehilangan akal sekarang. Di luar kemauannya ia menengok kiri-kanan, padahal ia tahu itu percuma saja, takkan ada seorang pun yang bersedia menolongnya. Tidak akan ada sesuatu pun yang bisa menyelamatkan nasibnya kini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status