Share

Menjerumuskan Diri Sendiri Kedalam Jurang Penderitaan

“Hai, apa sudah lama menunggu?” Keysia yang baru saja tiba itu langsung mendudukkan dirinya berhadapan dengan Nana yang sedang memainkan ponselnya. Mendengar suara sosok yang sejak tadi ditunggunya membuat Nana seketika mengalihkan atensinya dan menyimpan gawai miliknya.

“Lama, sangat lama!” Ujarnya mendrama.

“Maaf, tadi gue ada sedikit urusan,” Ujar Keysia.

“Baiklah-baiklah, sekarang pesananlah makananmu!” Seru Nana seraya melambaikan tangannya memberikan isyarat kepada seorang pelayan yang hendak melintasi dirinya.

Pelayan itupun kemudian berlalu menghampiri meja Keysia juga Nana yang terletak di sudut tepatnya sebelah kaca besar. “Ada yang bisa saya bantu, Nona?” Ujar pelayan itu sopan.

“Saya mau memesan jus alpukat sama kentang goreng saja,” Ujar Keysia setelah membaca-baca menu yang ada digenggamannya.

“Baiklah, apa ada yang mau ditambah lagi?” Tanyanya seraya mencatat pesanan yang diminta.

“Apa lo mau nambah pesanan?” Keysia bertanya kepada Nana.

“Tidak!” Tolak gadis itu dengan cepat.

“Sudah, itu saja,” Ujar Keysia kepada pelayan yang masih setia menunggunya.

“Baiklah Nona, silahkan ditunggu pesanannya! Saya permisi dulu,” Pamitnya seraya undur diri dari tempat Keysia dan Nana.

“Key, gue minta maaf ya karena nggak ada disaat lo butuh,” Ujar Nana tiba-tiba.

“Nggak apa-apa, lagian sekarang gue udah baik-baik saja kok,” Balas Keysia. Seulas senyum manis tak lupa ia sematkan agar sahabtnya itu tidak merasa bersalah berlebihan.

“Tuhan selalu tahu mana yang terbaik, dan mungkin ini memanglah yang terbaik. Gue sayang sama Papa tapi Tuhan lebih sayang sama Papa, Tuhan telah menyembuhkan segala sakit yang dirasakannya,” Terang Keysia. Gadis itu menutupi segala kegundahannya dengan senyum palsunya agar terlihat selalu baik-baik saja meskipun aslinya tidak baik-baik saja. Matanya menatap kosong objek yang ada didepannya.

“Sudahlah, jangan larut dalam kesedihan atau Papa kamu akan sedih melihat Putri kecilnya ini,” Ujar Nana.

“Ngomong-ngomong lo darimana?” Ujarnya bertanya mengalihkan topic pembicaraan agar tidak membuat Keysia terlalu terpuruk dengan rasa kehilangan.

“Tidak dari mana-mana,” Ujar Keysia. Ia lantas mengalihkan atensinya menatap jalanan yang dilewati kendaraan. Tangan kanannya ia gunakan untuk menyangga dagunya serta tangan kirinya digunakan untuk mengetuk-ngetuk meja.

“Permisi, pesanan Anda, Nona,” Seorang pelayan tiba untuk mengantarkan pesanan milik Keysia membuat gadis itu terpaksa harus merubah posisinya.

“Terima kasih,” Ujar Keysia.

“Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu,” Pamitnya kemudian berlalu dari meja yang ditempati Keysia juga Nana.

Tangan Keysia terulur untuk mengambil gelas yang berisi jus alpukat yang ada dihadapannya, sejenak gadis itu mengadukknya sebelum akhirnya meminumnya.

“Ehem,” Keysia berdehem.

“Nana,” Panggil Keysia. Gadis itu menatap Nana dengan tatapan yang begitu serius membuat Nana seketika bertanya-tanya dalam benaknya.

“Kenapa?” Ujarnya kemudian.

“Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu,” Keysia menjeda sejenak kalimatnya membuat rasa penasaran Nana seakan terpanggil dan menuntut jawabnya.

“Tapi sebelumnya bisakah lo berjanji tidak akan mengatakan hal ini kepada siapapun?” Tanyanya.

“Kau ingin mengatakan apa?” Nana kembali bertanya membuat Keysia menghembuskan nafas gusar.

“Berjanjilah terlebih dahulu!” Pintanya.

“Baiklah-baiklah, gue janji tidak akan mengatakan kepada siapapun. Sekarang cepat katakana!” Ujarnya dengan penuh desakan. Dirinya sudah terlanjur dubuat penasaran dan Keysia harus membayar rasa pensaran dipenak Nana yang sudah ia undang.

“Aku sudah menikah,” Ujar Keysia dengan suara yang pasrah.

“Hah, serius lo?” Keterkejutan yang Keysia ciptakan membuat Nana refleks memekik kencang dengan mata yang semperti nyaris melompat hingga berhasil mengundang perhatian orang-orang.

“Astaga, jaga mulutmu!” Seru Keysia. Nana yang tersadar segera membekap mulutnya dan Keysia meminta maaf karena sudah mengganggu ketenangan pelanggan lainnya.

“Lo nggak bercanda kan, Key?” Nana kini bertanya dengan nada bicara yang lebih pelan.

“Buat apa gue bercanda?!” Serunya.

“Kapan? Terus sama siapa?”

“Sesaat sebelum papa meninggal,” Wajah Keysia nampak sayu mengingat pernikannya dengan Devan yang tidak bahagia. Bagaimana mungkin bisa bahagia kalau mereka saja menikah tanpa adanya pesta mewah, dan yang paling terpenting adalah tanpa didasari rasa cinta.

“Sebelum meninggal, Papa ingin melihat gue menikah sama seseorang yang bisa menjaga gue, menjadi teman gue, dan yang paling terpenting bisa memberikan kasih sayang serta cinta yang papa berikan,” Keysia menjeda sejenak kalimatnya. Otaknya menerawang jauh mengingat kejadian dimana ayahnya meminta dirinya untuk menikah.

“Jujur waktu itu gue merasa bingung juga sedih. Bingung karena gue sendiri tidak mempunyai seorang kekasih dan sedih karena gue tidak bisa memenuhi keinginan terakhir yang Papa gue minta.”

“Sampai akhirnya ada seorang laki-laki yang saat itu bahkan belum gue ketahui namanya datang dan mengatakan kalau dia siap menikah dengan gue.” Keysia merasa suaranya seperti tercekat, matanya memanas dan dadanya sedikit merasa sesak namun gadis itu berusaha menyembunyikannya dari Nana.

Sejenak Keysia mendongakkan wajahnya guna menahan air matanya agar tidak luruh. “Tidak ada pilihan selain menerimanya,” Lanjutnya dengan seulas senyumnya.

“Oh tidak, ini sudah seperti cerita novel yang gue baca,” Respon Nana.

“Siapa suami lo itu? Apakah dia tampan? Apakah dia seorang CEO yang bertubuh kekar dan memilik roti sobek diperutnya? Apakah dia sangat sekseh?” Nana menghujani pertanyaan seraya otaknya yang menerawang membayangkan seperti apa sosok suami sahabatnya itu.

“Ya,” Jawab Keysia membuat Nana seketika terngaga.

“Serius?” Ujarnya antusias.

“Devano Ristran Aderland,” Ujar Keysia menyebutkan nama lengkap suaminya.

Mendengar itu Nana semakin terngaga dengan mata yang membola sempurna. “Apa lo sedang berhalu?” Serunya.

“Gue tidak berhalu, gue memang sudah menikah dan Devan adalah suami gue!” Tegas Key.

“Gue tidak percaya ini. Bagaimana mungkin seorang pemimpin perusaan pesar Tuan Devan menikah sama lo,” Kelarnya.

“Gue sendiri tidak percaya, apalagi orang lain,” Ujar Keysia.

Nana mengedip-ngedipkan matanya mendengar perkataan sahabatnya. “Lo serius kan?” Ujarnya memastikan sekali lagi.

“Menurut lo?” Keysia balik bertanya. Gadis itu kemudia meraih minuman miliknya lantas meneguknya.

“Astaga, lo sangat beruntung, Key!” Seru Nana senang. Gadis itu bahkan sanagt girang seperti habis memenangkan sebuha lotre.

“Fix, pertanhankan jangan sampai dia berpaling dari elo,” Nana menjentikkan jarinya dihadapan Keysia.

“Gue bisa apa? Keberentungan apa yang lo maksudkan? Menikah dengan sangat tiba-tiba ini sungguh bukan suatu yang gue harapkan. Tapi setidaknya gue bersyukur karena bisa memenuhi keinginan terakhir Papa.”

“Hey, apa yang lo katakana hm? Mungkin hari ini lo tidak mengharapkan hubungan ini tapi suatu saat nanti lo pasti tidak akan pernah menyesali karena hari itu terjadi,” Ujar Nana.

“Kalau saja hari itu bisa dirubah, gue pasti lebih memilih untuk menikah dengan laki-laki lain.”

“Jangan berkata seperti itu, sekarang kan dia sudah menjadi suamimu. Memang dia kurang apa? Mapan juga tampan, sempurna bukan?”

“Iya, tapi pernihan ini hayalah akan berkahir menjadi sebuah penyiksaan. Siapa yang mau menikah dengan laki-laki yang hati dan cintanya bukan untuk istrinya melainkan untuk perempuan lainnya.”

“Maksudmu?” Nana memincingkan matanya seraya memiringkan kepalanya.

“Devan punya kekasih.”

Keysia menghela nafasnya. “Gue seperti menjerumuskan diri sendiri kedalam penderitaan. Tapi tidak apa-apa, aku berterima kasih kepadanya meskipun nanti harus membayar dengan Luka,” Keysia menarik kedua sudut bibirnya membentuk seulas senyum. Keysia tidak baik-baik saja tetapi ia selalu ingin terlihat baik-baik saja. Muafik memang.

Tangan Nana tergerak untuk menggenggam kedua tangan Keysia yang disimpan diatas meja. “Jangan pura-pura baik-baik saja kalau aslinya tersiksa, Key!” Seru Nana.

“Gue tidak apa-apa,” Balasnya. Bodoh memang Keysia jika harus memilih untuk mempertahankan pernikahnnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nani Lestari
Kenapa banyak cerita, ceweknya ember soal Kehidupan pribadinya.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status