Share

Undangan

Makan malam sudah berakhir lima belas menit yang lalu, Keysia nampak sedang merapikan tempat tidurnya sedangkan Devan sibuk di ruang kerjanya.

Dering ponsel yang terdengar begitu nyaring itu menyita atensi Keysia untuk mengintip siapa yang menelfonnya. Keysia mempercepat aktivitanya kemudian bergegas menerima telfon dari Nana.

“Ada apa?” Tanya Keysa. Kakinya melangkah menuju sofa yang berada disudut kamarnya kemudian mendaratkan tubuhnya.

“Gue mau menyampaikan sesuatu, entah ini akan menjadi kabar buruk atau kabar bahagia buat lo yang jelas lo hanya perlu menyiapkan hati lo untuk menerima kenyataan saja,” Ujar Nana yang berhasil memicu rasa penasaran Keysia.

“Apa? Cepat katakan!” Serunya dengan nada sedikit memaksa.

“Sabarlah,” Seru Nana. Gadis itu kemudian memfoto sebuah undangan yang ada dihadapannya kemudian segera mengerimnya ke nomor Keysia.

“Coba cek pesan dari gue!” Pintanya.

Keysia tak membantah, gadis itu lantas membuka gambar yang dikirimkan oleh Nana, seketika itu, mata Keysia langsung membola melihat nama yang terukir di undangan yang dikirimkan Nana.

Bibirnya bergetar saat ingin mengeluarkan suara, matanya memanas namun tidak sampai melelhkan cairan kristal. “Dia akan menikah?” Keysia berucap dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

“Key, lo baik-baik saja kan?” Seru Nana dengan sedikit kekhawatiran pada nada bicaranya. Namun, Keysia tak kunjung kembali membuka suara.

“Keysia, lo nggak bunuh diri kan?” Nana menaikkan satu oktaf nada bicaranya.

Sedangkan Keysia, gadis itu masih membisu ditempatnya, tubuhnya seperti terpaku tanpa dengan posisinya hingga suara Devan yang memanggilnya itu sontak membuat Keysia terperanjat karena terkejut.

“Ada apa?” Tanya Keysia. Sebisa mungkin gadis itu berekspresi biasa saja dihadapan suaminya.

“Di depan ada Argan, buatkan kopi dan bawakan camilan untuknya!” Pintanya.

“Baiklah,” Keysia meletakkan ponselnya yang sudah mati itu diatas meja. Nampaknya Nana telah memutus sambungan telfonya. Keysia pun segera beranjak dari tempat duduknya dan berlalu menuju ke dapur guna membuatkan kopi serta membawakan camilan untuk Argan.

Selepas kepergian Keysia, Devan mengalihkan perhatiannya menatap ponsel milik istrinya kemudian meraihnya dan mencoba untuk membukanya dan ternyata ponsel milik istrinya tidak terkunci. Merasa penasaran, Devan akhirnya membuka chat terakhir Keysia dengan Nana, hal yang sama Devan temui yaitu sebuah undangan penikahan.

“Kenapa dia diundang?” Gumam Devan.

********

“Silahkan,” Keysia meletakkan kopi juga camilan yang baru saja ia siapkan dihadapan Argan.

“Terima kasih,” Argan tersenyum seraya mengangguk kecil. Tangannya terulur untuk meraih cangkir yang ada dihadapannya yang mengeluarkan asap yang mengepul. Disesapnya sedikit isi dari cangkir tersebut kemudian kembali disimpannya diatas meja.

“Kalau begitu aku permisi,” Keysia membalikkan badannya hendak kembali ke dapur untuk menyimpan nampannya. Namun, suara Argan yang mengintrupsinya membuat Keysia menghentikan langkahnya seraya memutar kembali tubuhnya menatap Argan yang juga menatap kearahnya.

“Dimana suamimu?” Tanyanya.

“Mungkin masih di kamar, sebentar lagi pasti akan turun,” Balasnya. Namun, baru saja Keysia menutup mulutnya Devan nampak sedang berjalanan menuruni anak tangga.

Melihat itu Keysia segera berlalu menuju dapur untuk menyimpan nampak yang tadi ia gunkan untuk membawa kopi dan camilan kemudian langsung bergegas kembali ke kamar.

*********

“Pas banget kamu kesini,” Ujar Devan seraya mendaratkan tubuhnya tepat disebelah Argan.

“Ada apa memang?” Tanya Argan.

“Tadinya gue mau cerita sama kemu kalau sekarang Anna sedang marah sama gue karena dia nggak gue ajak kerumah akhir-akhir ini,” Terang Devan.

“Pastinya dia ngancem kalau kamu nggak bawa dia kerumah dalam waktu dekat, kamu nggak boleh cari dia?” Tebak Argan.

“Hm, tapi ini ada sesutau yang lebih penting yang ingin aku katakana,” Devan menoleh kearah Argan sejenak sebelum akhirnya kembali pada posisinya semula.

“Apa ada yang lebih penting dari permasalah kamu dan Anna?” Tanya Argan. Pasalnya ia tahu kalau bagi Devan, Anna adalah segalanya. Apapun yang menyangkut Anna adalah masalah terbesar untuknya dan ia harus segera menyelesaikannya. Tapi sepertinya kali ini dinomorduakan oleh Devan.

“Tadi waktu gue masuk ke kamar, gue lihat Keysia seperti sedang sedih, sepertinya sedang menlfon dengan temannya.”

“Terus masalahnya apa?” Argan dengan tidak sabar menukan penjelasan Devan.

“Gue lihat temannya itu mengirimkan foto undangan pernikahan Joy sama kekasihnya,” Lanjut Devan.

“Maksud lo dia diundang?” Tanya Argan.

“Ya.”

“Memang apa masalahnya? Mungkin saja memang mereka saling mengenal tanpa sepengetahuan lo makannya dia diundang,” Ujar Argan dengan santainya.

Devan mengusap wajahnya dengan kasar seperti menampakkan sebuah kegusaran.

“Lo kenapa? Peduli sama dia?” Argan bertanya namun dengan ekspresi yang meledek membuat Devan kesal dan mendatkan sebuah pukulan kecil dikepala laki-laki itu.

“Omong kosong apa? Untuk apa aku peduli sama dia?” Serunya.

“Kalau bukan peduli lantas apa namanya? Mengutakan masalah Keysia dan menomorduakan Anna yang sedang ngambek, ditinggal baru tahu rasa lo.”

Devan menatap Argan tajam membuat laki-laki itu sedikit ketakutan. “Aku hanya khawatir saja bagaimana nanti jika dia sampai datang ke pesta itu dan mendapati aku dan Anna disana. Otak bodoh mu itu sungguh tidak bekerja,” Kelakarnya.

“Iya juga ya,” Argan mengusap-usap dagunya yang bersih tanpa rambut halus yang menghiasinya.

Sejanak keduanya terdiam sibuk dengan pemikiran masing-masing hingga sepersekian detik kemudian Argan kembali membuka suara. “Bilang saja pada istri mu itu kalau kalian bertemu nanti pura-pura tidak kenal saja seperti orang asing. Toh tidak ada yang tahu juga mengenai pernikahan kalian kecuali gue dan sahabatnya dia,” Serunya memberikan sebuah saran yang mungkin akan menjadi kalimat paling menyakitkan ketika didengar Keysia.

“Ide yang bagus. Baiklah nanti aku akan bilang kepadanya kalau kita ketemu di pesta pura-pura tidak saling mengenal saja,” Devan tersenyum saat mengucapkan saran yang Argan berikan.

“Oh iya, terus sekarang gimana sama Anna, kalian berdua kan sedang mode marahan apa Anna mau pergi sama kamu nanti?”

Pertanyaan yang Argan lontarkan berhasil membuat senyum diwajah Devan sirna. “Kau, seperti baru saja membawa ku bersenang-senang ketempat yang tinggi kemudian menjatuhhkan ku begitu saja,” Serunya dengan wajah masam.

“Ya, itu salah mu kenapa begitu serakah. Sudah beristri tapi masih pacaran.”

“Memang siapa yang mau? Ini semua diluar dugaan, waktu itu aku tanpa pikir panjang langsung menikahinya hanya karena tidak ingin ayahnya pergi dengan tidak tenang karena keinginannya tidak terpenuhi, kau lebih pahal tentang persoalan ini,” Tegasnya.

“Baiklah-baiklah aku paham. Terus sampai kapan kau akan menyembunyikan pernikahan mu ini dari Keysia? Cepat atau lambat perempuan itu pasti akan mengetahuinya juga.”

“Anna tidak akan tahu jika tidak ada yang memberitahu.”

“Persolan itu mungkin aman-aman saja. Tapi, jika suatu hari nanti Anna dengan tanpa sepengetahuan kamu dia kesini dan bertemu dengan Keysia gimana?”

Devan menoleh kearah Argan. Laki-laki itu sungguh berhasil membuatnya bungkam dan merasa begitu gusar. Benar, suatu saat pasti Anna akan tahu keadaanya yang sebenarnya.

“Maka kau akan menceraikan Keysia?” Argan kembali membuka suara.

“Omong kosong, itu tidak mungkin karena aku sudah berjanji dengan almahum papanya. Sudahlah lupakan, lebih baik kau pulang sekarang!” Serunya.

“Cih, awas saja kau menelfonku tengan malam untuk meminta saran!” Argan beranjak dari duduknya lantas segera berlalu pergi dari rumah teman sekaligus atasannya.

Selepas kepergian Argan, Devan menghembuskan nafas kasar kemudian kemudian segera beranjak dari tempat duduknya dan berlalu menuju ke kamarnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status