Share

Gagal Untuk Kedua Kali

Devan menutup perlahan pintu kamarnya, laki-laki itu mendapati Keysia yang tengah duduk berselonjoran diatas tempat tidurnya dengan sebuah buku yang berada digenggamannya. Keysia nampak begitu fokus dengan buku yang kini sedang dibacanya hingga kedatangan Devan pun tak membuat ia mengalihkan atensinya.

Devan mendudukkan dirinya disebelah Keysia dengan posisi yang sama, berselonjoran. Tangannya terulur untuk meraih ponsel yang ada di atas nakas sebelah tempat tidurnya kemudian memainkannya.

Hal pertama yang Devan buka ialah room chatnya dengan Anna, tetapi, nampaknya perempuan itu benar-benar marah besar terhadapnya sehingga tidak mengirimkan pesan untuknya.

“Ck, sungguh kekanakan,” Gumam Devan seraya meletakkan kembali benda pipih itu ditempat semula dengan kasar kemudian merebahkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Keysia.

Sementara Keysia, gadis itu segera menyimpan buku yang sedang dibacanya diatas nakas sebelah tempat tidurmya. Keysia ikut merebahkann tubuhnya dengan posisi yang juga membelakangi Devan. Keduanya sama-sama berbaring dengan posisi yang saling membelakangi dengan mata yang sama-sama terjaga. Sebenarnya ini baru pukul 21. 10 masih terlalu awal untuk keduanya tidur yang notabenya pejuang begadang.

Devan bergerak-gerak mencari posisi ternyaman hingga mengakibatkan guncangan, sesekali mencoba untuk memjamkan matanya namun selalu saja kembali terbuka.

Lantas, Devan merubah posisinya menjadi tidur menghadap Keysia, laki-laki itu menatap punggung Keysia yang membelakangi dirinya. “Sudah tidur?” Tanyanya.

“Belum,” Balas Keysia yang ternyata masih sama terjaga seperti dirinya.

Setelahnya Devan kembali terdiam, laki-laki itu hanya asik memandangi punggung juga surai Keysia hingga akhirnya ia memutuskan untuk merubah posisinya menjadi duduk. Devan meraih remote TV yang ada diatas nakas disebelahnya kemudian menghidupkan benda tipis berbentuk persegi panjang yang ada dihadapannya itu.

Mendengar suara televisi menyala, sontak Keysia juga ikut merubah posisinya menjadi duduk bersila disebelah Devan dengan sebuah bantal diatas pangkuannya.

Keduanya sama-sama diam dengan mata yang tertuju pada layar datar didepannya. Hingga tanpa keduanya sadari, satu jam sudah keduanya habiskan hanya untuk menyaksikan acara televisi yang random karena sejak dari tadi Devan terus menggonta-ganti chanelnya.

“Kau kenapa tidak tidur?” Tanya Devan tanpa menoleh sedikitpun kearah Keysia yang duduk disebelahnya.

“Kau sendiri kenapa tidak tidur?” Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Devan, Keysia justru mengembalikan pertanyaan untuknya itu kepada suaminya.

“Aku bertanya, harusnya kau menjawab bukan malah kembali bertanya!” Seru Devan. Tatapan laki-laki itu kini sudah beralih kearah Keysia yang juga menoleh kearahnya.

“Bagaimana bisa aku tidur kalau suara televisi ini sungguh berisik?!” Balasnya dengan sedikit penekanan.

“Kalau kau merasa terganggu, tidur saja di kamar sebelah,” Balas Devan dengan santai.

Mendengar jawaban Devan, sontak Keysia menyingkirkan bantal yang sejak tadi berada diatas pangkuannya dan segera beranjak turun dari tempat tidurnya kemudian berlalu keluar.

“Seperti itu saja dimasukkan kedalam hati,” Cibir Devan ketika Keysia sudah benar-benar keluar dari kamarnya. Lantas Devan melanjutkan acara menonton televinya hingga sepuluh menit kemudian, Keysia tidak kunjung kembali juga.

Devan mengintip keluar melalui posisinya yang sedikit dimiringkan. “Apa dia beneran tidur di sebelah?” Monolongnya.

Selang beberapa menit kemudian, Keysia kembali dengan sebuah piring yang diatasnya terdapat apel yang sudah dipotong-potong. Keysia membawa piring tersebut ketempat tidurnya dan memakannya tanpa menawarkan kepada suaminya.

“Aku kira kau akan benar tidur di kamar sebelah,” Ujar Devan tanpa melirik.

“Kau sungguh menginginkan ku untuk tidur disebelah?” Ujar Keysia seraya memasukan potongan apel kedalam mulutnya.

“Terserah kau saja!” Devan merebut piring yang berada diatas pangkuan Keysia membuat gadis itu menatap kesal kearah Devan yang kini sedang menikmati buahnya itu.

“Sama suami sendiri tidak boleh pelit,” Ujar Devan seraya mengunyah apel dalam mulutnya.

“Ya tapi jangan kamu nikmati sendiri saja!” Balas Keysia.

“Kau mau?” Tanya Devan seraya menoleh kearah Keysia yang menatap jengkel kearahnya.

“Tentu saja, aku mengupas itu untuk ku makan!” Balasnya dengan sedikit sarkas.

Lantas Devan menusuk satu potong apel yang ada dihadapannya dan mengarahkan kemulut Keysia. “Buka mulut mu!” Pintanya.

Sejenak Keysia menatap buah apel yang ada dihadapannya itu tanpa berniat untuk membuka mulutnya. Selama kurang lebih satu bulan ia menikah dengan Devan, belum pernah suaminya itu menyuapinya ataupun sebaliknya.

“Ayo!” Serunya.

Keysia pun akhirnya menurut dan membuka mulutnya, namun saat Keysia hendak memasukkan potongan apel itu kedalam mulutnya, Devan buru-buru menjauhkannya dan memasukkan kedalam mulutnya sendiri membuat Keysia begitu kesal sekaligus malu dibuatnya.

“Hahahaha,” Devan tertawa puas melihat raut kekesalan diwajah istrinya.

“Menyebalkan,” Geramnya yang malah semakin membuat Devan tertawa.

“Kau sungguh ingin aku suapi?” Tanya Devan seraya meredakan tawanya.

“Tidak!” Balas Keysia dengan cepat seraya memalingkan wajahnya untuk menyembunikan semburat merah yang menjalar di pipi hingga telinganya.

“Ya sudah,” Devan mengangguk seraya kembali menikmati apel potong yang berada diatas pangkuannya.

“Serius tidak mau?” Devan kembali membuka suara untuk bertanya.

“Tidak!” Keysia menolak dengan sedikit penegasan. Namun, Devan tak menghiraukan, ia kembali menusuk potongan apel dan mendekatkannya ke Keysia yang memalingkan muka. Devan juga memiringkan tubuhnya mendekat kearah Keysia lantas membisikinya. “Key, makanlah!”

Mendengar itu Keysia merasa sangat geli, sontak gadis itu dengan cepat menoleh kearah Devan yang malah membuat pipi gadis itu mengenai bibir Devan yang masih setia dengan posisinya. Secara tidak segaja, Devan sudah mencium pipi Keysia.

Menyadari akan hal itu, mata Keysia seketika membola dengan sangat sempurna. Manik Keysia bertemu dengan manik Devan. Sejenak keduanya saling bertemu pandang dalam diam. Bahkan, karena jarak yang sangat dekat, Keysia bisa merasakan kehangatan saat nafas Devan menerpa wajahnya.

Mata Devan yang menatap dengan intens iris coklat terang milik Keysia itu perlahan turun menuju bibir merah muda natural itu. Tatapan yang tadinya sendu kini semakin sendu dan penuh nafsu dengan bibir  Keysia yang menampakkan jelas belahannya. Devan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Keysia, matanya terus terpaku pada belahan bibir Keysia yang semakin menarik perhatiannya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status