Share

2. Kesepakatan

     "Perkenalkan, aku Prince Leon Aldrich, 25 tahun. Pria kaya raya dan baik hati yang akan mengurus semua utang keluargamu dan akan menjaga keluargamu, asalkan kau mau tinggal di rumah ini, untuk menemaniku dan selalu berada di sisiku. Aku merasa kau adalah orang yang tepat untuk mendampingiku di saat aku kesepian." 

     Naya  mengerutkan keningnya dan mencibir memandang Leon. Apa yang Leon katakan sangat membuatnya ingin ketawa, pria baik hati? Baik hati dari mana, dari tatapannya dan nada berbicaranya saja sudah sangat bertolak belakang dengan dirinya. Apalagi kelakukannya pasti lebih mengerikan. 

     Leon yang tau kalau Naya sedang menyeringgai sambil menghakiminya pun membuat Leon menyeringgai lebar. Gadis yang di depannya sangat tidak ada takut-takutnya? Kalau Naya tau tentang Leon dalam dunia gelap mungkin dia akan mati ketakutan. 

     "Naya, kau sangat cantik," Leon mengangkat  dagu Naya. "Tidak usah mencibirku seperti itu, kau hanya perlu mengiyakan setiap apa yang aku minta, mengerti?" 

     "Tidak! Aku tidak mau!" Naya mendorong tubuh Leon. "Bisa saja kau memberikan obat dalam minumanku atau makananku lalu kau melakukan hal menjijikkan itu kepadaku, tolong jangan lakukan itu, aku masih ingin membahagiakan orang tuaku dan mengejar cita-citaku!" 

     Leon tersenyum, gadis yang berada depannya, imut sekali. "Sudah ku katakan jika aku ingin melakukan hal yang menjijikkan itu kepada mu, aku akan langsung melakukannya dalam ke adaan kau sadar Nararya. Lagian untuk apa aku melakukan hal itu, jika aku memang berniat jahat kepadamu aku akan melakukan hal yang lain yang lebih berfaedah." 

     Naya terbelalak, saat Leon berjalan ke arah gelas yang berisi alkohol tersebut. 

     "Kau pasti akan menjual organku kepasar gelap kan!" 

     "Itu lagi, hal yang sangat tidak berguna untukku, aku sudah memiliki banyak uang, malah sangat banyak, sampai aku tidak tau bagaimana cara menghabiskannya." Leon kembali berjalan mendekati Naya dan mengunci tangannya. 

     Leon yang lebih tinggi dari Naya sangat membuat nyali Naya menciut, tatapan Leon berubah menjadi lebih tajam dan seram. Dia seperti orang yang tidak bisa mendengar penolakan. 

     "Dengar, aku tak peduli dengan omongan mu tentang diriku atau pendapatmu itu. Kau sendiri yang datang kepada ku tadi malam dan memintaku untuk membantumu dengan bayaran, kau akan balas budi kepadaku. Jadi, kau harus membalas budi itu dengan menemaniku dan tinggal di rumah ini bersamaku. Jika kau menolak aku akan membunuh keluarga mu  dan aku bisa saja membunuh mu kapan saja. Bahkan pembunuhan yang akan ku lakukan, akan lebih kejam dari orang lain yang hanya menjeburkan ke sungai atau menembak. Aku bukan orang seperti itu, aku biasa melakukannya dengan menyiksanya terlebih dahulu baru ku matikkan. Jika kau mau, aku bisa melakukan itu untuk mu." 

     Leon berdesis, setiap kalimat yang Leon katakan sukses membuat Naya ketakutan, wajahnya berubah menjadi pucat, dan keringat mulai membanjiri pelipisnya. Pasokan udara menjadi sangat sedikit, mungkin karena jarak mereka yang sangat dekat sepertinya.

     "Gimana?" tanya Leon sambil mengelus pipi Naya lembut, nada bicara yang dingin membuat Naya ragu, Naya mencoba menatap mata Leon yang masih tajam. 

     "O-oke... Tapi kau benar akan menjaga keluargaku kan?" 

     Leon tersenyum sambil mengangguk, "Iya, aku akan mengurus itu semua, semua utang ayahmu juga akan ku lunasi, dan adikmu juga akan kembali bersekolah. Untuk ayahmu aku akan memberikan dia uang untuk membuka bisnis baru atau aku akan menyuruhnya untuk memegang satu bisnis kafeku yang berada di kota ini. Pas sekali dengan aku yang sedang sibuk menghendel bisnisku yang lain. Dan untuk ibumu aku akan meletakkan dirinya di  toko kue milik ibuku." 

     "Terimakasih," ucap Naya sambil terseyum ke arah Leon.  Leon memalingkan pandangannya, dia merasa jantungnya tidak baik melihat senyum Naya. 

     "Jadi aku memanggilmu apa?" tanya Naya kepada Leon. 

     "Leon." 

     "Oke baik, Leon dimana kamarku?" 

     "Di sebelah kamarku." 

     "Boleh aku pinjam celana traning mu atau apalah yang panjang, aku tidak enak keluar menggunakan celana pendek seperti ini." 

     Leon menatap kaki jenjang Naya lalu berjalan ke arah ruang pakaiannya. 

     "Kau benar, jangan perlihatkan kakimu ke pada yang lain, Hanya aku yang boleh melihatnya," ucap Leon memberikan celana panjang bewarna hitam, sama persis dengan celana yang dia kenakan. 

     "HEI MESUM!" 

     "Jangan berteriak, aku benci keributan! Jangan lakukan hal itu,"  bentak Leon membuat Naya bungkam lalu memakai celananya cepat.

     "Apakah telinga mu bermasalah?" tanya Naya mengikuti Leon yang berjalan keluar dari kamarnya.

     "Kau..."ucapan Leon menggantung saat seluruh mata anak buahnya tertuju kepada Naya. Naya yang berkulit putih, dan memiliki rambut yang panjang, bibir yang pink, mata yang coklat, berhasil membuat anak buah Leon bengong menatap Naya. 

     "Apa yang sedang kalian lihat hah?!" bentak Leon. 

     Anak buah Leon langsung menundukkan kepala menuruti majikannya. Leon bersikap sangat possesif langsung manarik tangan Naya lembut, dan berjalan ke kamar Naya. 

     "Ini kamar mu, kau boleh melakukan hal apapun di rumah ini. Mau masak atau apapun terserah. 

     "Hmm... baiklah terimakasih." 

     "Jika kau tak suka, kau bisa tidur sekamar denganku."

     "Hah? apa maksudmu?" 

     "Apa kenapa?"

     "Mesum!" Kesal Naya mendelik ke arah Leon. 

     "Jangan mendelik kepada ku, aku membenci hal itu juga." 

     Naya diam, dia mengedipkan matanya beberapa kali dan menunduk. Dia baru sadar dengan kaos yang dia kenakan ternyata sama dengan Leon, bedanya hanya kaos Leon terlihat lebih tipis ketimbang miliknya. Naya menatap Leon. 

     "Apa lagi yang kau benci?" 

     "Aku tidak suka di bentak, Jika kau membentakku, aku akan melakukan ini." Leon berjalan mendekati Naya, Naya yang merasa tak aman  berjalan mundur hingga mentok di dinding. 

     Cup 

     Leon menciup pipi Naya dengan lembuat membuat Naya terkejut. "Aku akan menciup pipi gembul mu. Jadi jangan lakukan hal yang tidak aku sukai, atau kalau kau  tetap melakukannya aku bisa saja memindahkan bibirku menciumi yang lain." 

     Leon berhasil membuat pikiran Naya kemana-mana. Leon tersenyum saat dia tau pikiran Naya mulai kemana-mana. 

     "O-oke baik." mendorong Leon untuk menjauhi dirinya, dia berpura-pura mengibaskan tangannya seakan-akan panas.

     Leon lagi-lagi tertawa puas di dalam hati, dia sangat puas melihat muka Naya yang sangat lucu. 

     "Ohh iya, aku ingin menghubungi ayahku, dimana ponselku?" 

     "Ponselmu sudah aku buang, tadi aku menemukannya di saku celanamu, tapi sudah tak bisa hidup lagi. Besok aku belikan yang baru, sekarang pakailah ponselku untuk menghubungi ayahmu."

     "K-Kau benar-benar mengganti bajuku?" 

     "Apa wajahku terlihat seperti seorang pembohong?"

     Naya menggelengkan kepalanya. 

     "Yasudah," ucap Leon dingin sambil berjalan keluar dari kamar Naya. Naya menatap ke pergian Leon langsung menghela napas panjang. Pria itu sangat membuatnya takut, ntah dari kalangan mana pria itu sungguh membuatnya merinding. 

     Jika dilihat-lihat Leon cukup tampan, mukanya sangat mirip seperti anime yang sering  sang adik tonton di tv. Namun dia memiliki nada bicara yang dingin dan matanya begitu tajam membuat Naya harus mencari cara untuk menghindari Leon, walaupun mereka berada di dalam rumah yang sama. 

     Naya berjalan kekamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Dia mencuci kaki dan mencuci muka terlebih dahulu sebelum tidur, saat dia melihat kaca. Dia teringat dengan Leon yang tadi mencium pipinya, membuat Naya tanpa sadar tersenyum. Tidak ada sisi buruk sebenarnya dari Leon, tapi ntahlah dia tidak boleh terlalu memikirkan Leon yang jelas-jelas, terlihat sangat menyeramkan itu. 

     "Kenapa aku begitu labil dalam menilainya?" Naya menggeleng-gelengkan kepalanya. 

****

     Di tengah malam, Naya bermimpi buruk. Dia bermimpi tentang mafia yang terus mengejarnya. Naya melihat dirinya di dalam mimpi sedang disuruh memuaskan nafsu seorang lelaki terlihat lebih tua dari Leon, bisa di bilang lelaki yang berada di mimpinya berumur 36 tahun. Naya berteriak sekuat-kuatnya membuat Leon yang sedang bekerja di kamar tiba-tiba terkejut dengan teriakan dari kamar sebelah yang dia ketahui adalah teriakan Naya. 

     Leon meletakkan macbooknya, dia berjalan menuju kamar Naya. Saat berdiri di depan pintu kamar Naya, Leon mendengar suara tangisan. 

     "Apa yang terjadi tuan?" tanya Luke yang datang mengahampiri Leon, sepertinya dia juga mendengar teriakan itu. 

     "Apakah Nara menginap disini malam ini?" tanya Leon,  Nara adalah kekasih Steffen, sahabat Leon yang bekerja sebagai  penghendel keamanan rumah Leon dan dokter pribadi Leon, yang biasanya tinggal di gedung rumahnya yang berada di sebelah timur. 

     "Tidak, dia pulang bersama Steffen tadi. Ada acara katanya, baru kembali besok pagi. Emang ada apa?" 

     "Biar dia yang menemani Naya tidur, tidak mungkin aku!" 

     "Apa salahnya kau yang melakukan itu?" 

     "Ya tidak ada yang salah sih, cuman aku merasa tak enak." 

     "Jika kau tak mau, biar aku saja." Luke menggoda Leon sambil terseyum. 

     "Jangan sampai ku bunuh kau Luke!" 

     "Yasudah, Kau saja. Aku harus menjaga ke bagian barat, disana sebentar lagi akan pergantian shift." Luke berjalan meninggalkan Leon, rumah Leon emang sangat besar, ada bagian barat, timur dan selatan. 

     Leon memberanikan diri membuka pintu kamar Naya. Dia melihat Naya yang sedang memeluk kakinya sambil menangis hingga badannya bergetar.

     "Naya? Ada apa?" Leon mendekati Naya. 

     "Ada apa Naya, cerita padaku." Leon memeluk Naya pelan-pelan dan mengelus kepalanya. 

     "Takut... Ibu.... ayah..." Naya merancau memanggil ibu dan ayahnya.

     "Aku Leon Naya, kemarilah. Aku disini di sampingmu. Semua akan baik-baik saja, kau tidak perlu takut." Leon berusaha menenangkan Naya, mengelus ngelus punggungnya perlahan. Leon merasa gadis ini bermimpi  tentang mafia yang terus mengejarnya itu. Mafia yang akan menjualnya dan menjadikannya budak nafsu. Ini hal yang tidak baik di derita oleh seorang gadis seperti Naya. Dia pasti merasa sangat menderita sekarang. Leon bertekad untuk selalu berada di sisi Naya, Naya adalah gadis yang berharga dia tak pantas untuk merasakan penderitaan ini. 

     Perlahan Naya mulai merasakan pelukan Leon seperti pelukan sang ayah, pelukan yang sangat begitu hangat. Naya membalas pelukan Leon membuat Leon terkejut. Sungguh, Leon bukan orang yang seperti ini kepada wanita, dia lebih kedingin, namun mengapa saat awal melihat Naya hingga sekarang dia sangat ingin memperlakukan Naya dengan lembut. 

     "Sudah enakkan?" tanya Leon lembut, masih mengelus ngelus punggung Naya.

     "Apa aku akan baik-baik saja jika bersama mu?" tanya Naya sambil menatap Leon dengan puppy eyes. 

     "Tentu saja, jauhkan pikiran buruk tentang yang sudah berlalu, mulai detik ini kau milikku dan selalu bersamaku. Ayo kembali tidur saja," ajak Leon merapikan bantal untuk dirinya dan bantal untuk Naya. 

      Naya menggelengkan kepalanya, dia melirik Leon yang telah berbaring. 

     "Kenapa? Masih takut?"

     Naya menganggukkan kepalanya. Leon menarik naya untuk berbaring di sebelahnya. Dia mendekatkan badannya dengan Naya lalu mendekap Naya, dan mengelus pelan kepala dan punggung Naya. 

     "Tidurlah, aku selalu ada di samping mu. Biar aku yang bunuh mimpi buruk mu itu." 

     Naya menatap dada Leon yang berada di depannya, dia merasa tak nyaman dengan Leon yang mendekatkan tubuhnya ke dirinya. 

     "K-kau tidak akan berbuat apapun kan, kepadaku?" 

     "Tidak, aku bukan orang brengsek seperti yang ada di mimpi mu. Tidur lah, pejamkan mata mu." Leon mempererat pelukannya, Naya yang awalnya ragu untuk memeluk Leon sekarang memberanikan diri untuk melingkarkan tangannya di pinggang Leon. Naya memejamkan matanya, dia mulai merasa nyaman. 

     Leon melirik wajah Naya, dia mengelus-ngelus kepala Naya pelan agar Naya bermimpi indah. 

     Cup 

     Leon mengecup kening Naya, yang dia rasa sudah tidur nyenyak.

     "Jauhkan mimpi buruk dari gadis ini ya Tuhan." 

     Leon terus mendekap Naya dengan erat, sambil mengelus kepala Naya hingga dirinya sendiri merasa ngantuk.

     Malam itu keduanya tidur dengan nyenyak, Leon yang tidak berniat tidur tadinya, sekarang telah tertidur sambil  mendekap Naya. Keduanya merasakan malam itu sebagai malam yang panjang.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
nirrmalaaa
gue yakin nnti leon pasti jatuh cinta sama naya
goodnovel comment avatar
Marsyaaa
leonn soswedd bangettt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status