Share

BAB 4 HILANG

Setelah mendapat surat dari teman ayahnya yang mengatakan ayah mereka hilang, sepertinya Tara masih tidak mau percaya. Karena kata 'hilang' rasanya masih sangat janggal untuk sekedar didengar telinganya yang bahkan masih anak-anak. Hampir setiap hari Tara pergi ke pelabuhan penyebrangan berharap tiba-tiba ayahnya pulang untuk memberi mereka kejutan.

Tara duduk di tepi dermaga menyaksikan orang-orang yang naik turun dari feri berharap ayahnya akan muncul di antara kerumunan dan memangilnya untuk bantu mengangkat barang bawaannya. Tara sudah sangat rindu setelah berbulan-bulan tidak ada kabar dari ayahnya dan  tiba-tiba kemarin ibunya menerima surat dari teman kerja ayahnya jika ayah mereka menghilang. Tanpa disertai keterangan apapun cuma mengatakan jika ayah mereka 'hilang'. Tara bahkan sampai mengulang beberapakali ketika membacakan bagian kalimat yang menyebut ayahnya 'hilang'. Tapi sepertinya ibu mereka sudah paham karena tidak lagi bertanya tapi justru Tara yang malah jadi  penasaran tapi takut untuk bertanya pada ibunya. Sebagai anak-anak dia hanya coba menyimpan sendiri berbagai pertanyaan di kepalanya ketika sang ibu hanya mengatakan jika sekarang mereka berdua sudah tidak memiliki ayah lagi. Tentu ibu Tara tahu jika ayah mereka sebenarnya juga cuma bekerja sebagai nelayan.

Seorang ibu-ibu menghampiri Tara kemudian mengulurkan selembar uang sepuluh ribuan. Mungkin karena merasa kasihan melihatnya duduk sendiri di pelabuhan dan terlihat seperti masih belum makan. Seragam sekolahnya lusuh dan masih berkeringat setelah mengayun sepeda.

"Ini untukmu, Nak. Terimalah," kata ibu-ibu itu tapi  Tara hanya menggeleng pelan dia merasa tidak sedang meminta-minta dan ibunya selalu melarangnya.

Tara masih ingat ketika  ikut anak-anak lain menyelam untuk koin di pelabuhan dan ibunya sangat marah hingga tidak mau makan nasi bungkus yang dia bawa.

"Tidak apa-apa terima saja buat beli makanan." Ibu-ibu itu masih menunggu tapi Tara tetap tidak mau mengambil uang yang diberikannya.

"Di mana orang tuamu? seharusnya kau pergi ke sekolah." Ibu-ibu itu mengamati kembali seragam sekolah yang masih di pakai Tara.

Hari ini Tara memang bolos karena selain sedih sebenarnya dia juga sedang ingin marah dan sedang putus asa untuk pergi ke sekolah lagi jika ayahnya tetap tidak mau pulang. Tara ingin protes tapi dia tidak tahu harus mengadu atau mengungkapkannya pada siapa. Tara cuma masih menggeleng tidak mau menerima uang pemberian ibu-ibu itu walau sudah coba dibujuk.

"Ayo kita bisa ketinggalan kapal,"  ajak suami ibu-ibu itu sambil meletakkan kardus bawaannya yang terlihat merepotkan.

"Dia tidak mau menerima uangku."

"Hai, Nak. Bisa kau bantu aku mengangkatkan barang kami ke atas kapal?" kata suami ibu-ibu itu dan ternyata Tara langsung berdiri untuk membantunya dengan cekatan.

Setelah Tara selesai bantu menaikkan kardus-kardus mereka keatas kapal, bapak-bapak itu mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari dalam dompetnya sambil tersenyum pada Tara yang menggeleng karena dia memang tidak mengharap imbalan.

"Ini upahmu, kau harus menerimanya." Bapak itu menggenggamkan dua lembar uang sepuluh ribuan ke tangan Tara dengan sedikit memaksa. "Terimalah! " tegasnya dan baru kemudian Tara mau menerimanya.

Ibu-ibu itu masih takjub ketika terus menoleh pada Tara sambil berjalan pergi mengikuti suaminya.

"Dia tidak sedang meminta minta," bisik suaminya.

"Oh, lihatlah bahkan dia anak laki-laki yang tampan, memang di mana orang tuanya?"

Sebenarnya di pelabuhan penyebrangan itu juga banyak anak-anak seusia Tara berkeliaran. Ada yang mengamen di kapal, ada juga yang memang sengaja meninta-minta dengan pakaian lusuh. Tapi memang tidak ada yang sesopan dan setampan Tara, meskipun sama-sama tidak terurus Tara tetap terlihat paling menonjol. Di usia yang baru menginjak tiga belas tahun bahkan sudah sangat terlihat jika nanti Tara akan tumbuh menjadi pemuda yang rupawan. Walau kulitnya agak kecoklatan karena cuma sering bermain dengan ombak tapi Tara tetap terlihat manis dan tampan.

Tara memang paling suka bermain dengan ombak di pantai. Jika ada sedikit saja waktu senggangnya untuk bisa bermain dia pasti akan segera mengambil potongan papan untuk bermain seluncuran dengan ombak. Tara cuma bermain sendiri karena dia memang tidak pernah memiliki teman. Kadang cuma Mina yang menyusulnya ke pantai untuk duduk di bawah pohon kelapa menyaksikan kakaknya bermain. Waktu itu Mina masih bisa berjalan walau kakinya semakin hari semakin melengkung karena beban berat badannya yang terus bertambah. Mina suka menyaksikan kakaknya bermain di pantai, dia akan bertepuk tangan dari kejauhan jika Tara berhasil berdiri cukup lama di depan gelombang. Tara pandai berselancar meskipun cuma mengunakan papan kayu bekas sampan yang rusak.

Belakangan ini Mina ikut sedih karena kakaknya semakin jarang terlihat bermain lagi, kadang Tara memang hanya pergi ke pantai untuk sekedar duduk diam di sana seorang diri. 

Selama ayahnya masih tidak ada kabar, Tarra memang masih sering duduk sendiri di tepi pantai atau kadang diam-diam pergi ke pelabuhan feri tanpa sepengetahuan ibunya walau sebenarnya jarak pelabuhan feri lumayan jauh dari rumah mereka. Dia akan mengayun sepedah kecil berkaratnya yang semakin tidak nyaman karena kakinya sudah tumbuh semakin panjang. Di pelabuhan biasanya Tara juga cuma akan duduk-duduk untuk melihat orang-orang yang turun dari kapal. Tara masih saja berharap ayahnya akan tiba-tiba pulang. Tara pikir tidak mungkin ayahnya pergi atau hilang begitu saja dan melupakan mereka. Meskipun hidup mereka miskin dan susah tapi mereka saling menyayangi.

Sampai beberapa bulan berlalu dan tahun berganti Tara masih setia menunggu kepulangan ayahnya, walau ternyata keajaiban itu tetap tidak pernah terjadi.

Sebenarnya Tara tidak hanya sedih, tapi dia juga takut. Takut karena tahu sekarang dirinya harus menghadapi semuanya seorang diri. Sementara dirinya hanyalah bocah yang belum genap empat belas tahun tapi memiliki tanggungjawab untuk mengurus ibu dan adik perempuannya sendirian.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
No name
Good, author. Berhasil membuat air mataku bercucuran.
goodnovel comment avatar
Ningsih Dwi
sedih karena sudah baca cerita sebelumnya😭
goodnovel comment avatar
Raisya CuuisAl-bar
air mata ku sampe berjatuhan😭
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status