Share

BAB 6 KECELAKAAN

Walau hanya mendapatkan pengobatan tradisional tapi untungnya lengan Tara bisa kembali pulih. Meski tidak sepenuhnya sempurna karena jadi seperti ada sedikit benjolan di dekat sikunya, tapi selebihnya Tara baik-baik saja bahkan dia sudah bisa kembali beraktifitas dengan normal mengunakan tangannya. Cuma dia masih belum diperbolehkan untuk mengangkat barang-barang berat terlebih dulu.

Setelah lewat dua bulan dan patah lengannya pulih Tara mulai bisa kembali ikut bekerja di pelabuhan. Tidak sebagai kuli panggul lagi tapi sekarang Tara cuma membantu pamannya menimbang ikan atau kadang ikut menjadi kernet truk di saat libur sekolah. Pekerjaan apa saja mulai kembali dia jalani asalkan tidak mengangkat barang-barang berat dulu. Sepertinya Tara juga suka menjadi kernet truk karena dia jadi bisa ikut bepergian kemana-mana ketika mengirim ikan keluar kota. Tara juga jadi sering diberi uang lebih karena anak itu sangat rajin dan tidak pernah segan untuk disuruh mengerjakan apapun. Tara senang karena sekarang jadi ikut bisa memberi uang lebih untuk ibunya.

Tara di kenal rajin dan jujur sebab itu banyak yang menyukainya. Termasuk Haji Sofyan. Juragannya yang kaya raya itu juga mulai sering memberi kepercayaan kepada Tara untuk mengantikan tugas pamannya sebagai penimbang ikan bahkan mengumpulkan laporan dari para penimbang-penimbangnya yang lain di dermaga. Tara semaki sering mendapat uang lebih untuk membuat ibu dan adiknya senang meskipun belum sampai bisa menabung untuk membuatkan mereka tempat tinggal  yang layak seperti cita-citanya sejak dulu.

Dari hampir dua tahun sering ikut menjadi kernet truk, Tara sekarang juga sudah bisa menyetir truk walaupun belum memiliki sim karena usianya baru genap enam belas tahun. Tapi dia jadi punya keinginan untuk kelak memiliki truk sendiri dan menyupir truknya sendiri agar bisa menjadi pedagang antar daerah. Karena Tara mulai khawatir jika dirinya mungkin tidak bisa menjadi Tentara akibat patah tulangnya waktu itu. Tiap kali Tara meraba benjolan tulang di sikunya dia akan merasa khawatir dan sedih tapi tidak pernah berani menunjukkan semua kecemasannya itu kepada ibu dan adiknya. Tara cuma takut bakal  mengecewakan mereka, terutama ayahnya. Yang bisa Tara lakukan sekarang hanyalah ingin bisa selalu pulang dan membuat mereka senang karena sedikit ataupun banyak hasil yang dia dapatkan hari itu ibu dan adiknya akan tetap selalu bersyukur.

Ibu Tara sudah semakin tua dan sudah tidak bisa lagi bekerja di pabrik pengalengan ikan. Bahkan pamannya sekarang juga sudah tidak bekerja di dermaga. Pamannya juga semaki sering sakit dan  batuk-batuk akibat kebiasaan merokoknya yang tidak mau berhenti. Jadi sudah tidak ada lagi yang memberi ibunya uang tambahan jika bukan Tara yang bekerja sendiri, meskipun masih sambil sekolah. Tahun ini Tara baru akan lulus, harusnya dia semakin giat belajar menjelang banyak ujian penting di sekolah. Tapi Tara malah lebih sering mengunakan waktu liburnya untuk ikut menjadi kernet truk, sebab dari situ dia bisa mendapat penghasilan lebih dan Tara tidak bisa menyia-nyiakannya. Apalagi banyak dari supir-supir truk yang suka mengajaknya.

Hari ini Tara baru pulang dari luar kota selama musim libur satu minggu semester ganjil, karena mendapat uang lebih dia membelikan baju baru untuk Mina dan ibunya.

"Kau cantik," puji Tara untuk menggoda adik perempuanya.

Saat itu Mina masih bisa berdiri dan berjalan meskipun terlihat sangat repot. Jika memakai dress panjang bentuk kakinya yang bengkok tidak akan kelihatan kecuali dia sedang berjalan. Mina juga sudah mulai beranjak remaja dan ingin tampil cantik layaknya remaja seusianya.

"Apa kau masih ingin kugendong?" goda Tara ketika pipi adiknya terlihat merona saat berdiri di depan kaca oval lemari pakaian mereka yang retak dan buram.

"Lain kali simpan juga uangmu, siapa tahu nanti kau juga butuh sesuatu." Ibu Tara mengingatkan sambil menyentuh punggung putranya yang baru ikut duduk di sebelahnya. "Lihat kakimu tumbuh semakin panjang dan kau juga perlu membeli celana."

"Tidak apa-apa ,Bu. lebih enak seperti ini untuk beraktifitas di pelabuhan," kata Tara sambil menertawakan sendiri celananya yang kembali mulai menggantung.

Biasanya Tara juga cuma memotong celana panjangnya yang sudah kependekan untuk di jadikan celana pendek selutut. Asal pinggangnya masih muat artinya masih bisa dipakai. Tara termasuk pemuda yang santai dalam penampilan, selain karena dia tidak memiliki bajet untuk merawat diri sebenarnya dia juga tidak perlu repot-repot karena kesehariannya hanya berada di dermaga jika tidak di sekolah. Ibunya hanya selalu mengingatkan agar Tara tidak bau ikan ketika duduk di dalam kelas. Walaupun bau ikan sebenarnya putranya tetap akan jadi yang paling tampan di dalam kelas.

Memang seperti tidak terasa, putranya tiba-tiba sudah tumbuh sebesar itu dan menjadi pemuda yang tampan dengan postur tinggi tegap layaknya seorang prajurit. Padahal Tara hampir tidak pernah makan makanan bergizi kecuali ikan yang dia tangkap sendiri dari laut. Anak laki-laki memang tumbuh sangat cepat di usianya seperti ini. Apa lagi putranya juga tumbuh menjadi pemuda yang rajin dan sopan. Sekarang Tara memiliki banyak teman meski bukan teman-teman seusianya karena dia lebih sering berada di lingkunagn orang dewasa. Enam bulan lagi Tara akan lulus SMU walau belakangan ini Tara semakin jarang membahas keinginanya untuk mendaftar Tentara tapi ibunya tahu jika putranya itu masih sangat berharap besar dirinya bisa iku seleksi tahun depan.

{Cerita ini adalah karya asli dari penulis 'jemyadam' jika menemukan karya ini di manapun dengan nama penulis lain tolong bantuanya untuk melaporkan ke penulis melalui Instagrm 'jemyadam8' / F*B jemyadam. Dukungan pembaca sangat berarti bagai kami untuk terus bisa berkarya}

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nanda Ajach
seneng bacanya,,sangat menyentuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status