Share

Chapter 1

     Negara Han boleh berbangga menyatakan bahwa negeri mereka dipenuhi oleh cerdik cendekia yang brilliant. Selain pandai, mereka juga sangat rajin, tekun, pula optimis serta berpikiran maju. Tak heran apabila Negara Han menjadi negara paling maju dan paling makmur di seluruh dunia. Negeri-negeri lain amat salut serta mengagumi Negara Han. Para pimpinan dunia sangat menghormati Kaisar penguasa Negeri Han, Kaisar Jing Xing. Sang Kaisar selain memiliki kearifan tertinggi di seluruh negeri, pula memiliki kebijaksanaan yang sempurna dalam mengatur negerinya dan menjalin hubungan dengaran negeri lain. Dan, yang paling disegani masyarakat dari Kaisar Jing Xing adalah, ia tidak mengambil selir, hanya mengambil satu wanita sebagai istrinya. Permaisuri Mei.

     Dari pernikahannya, Kaisar Jing Xing dikaruniai dua orang putera dan tiga orang puteri. Putera Mahkota Han Hao Shi, Puteri Pertama Han Mei Shi, Puteri Kedua Han Hua Shi, Pangeran Kedua Han Ming Shi, dan Puteri Ketiga Han Bao Shi. 

     Putera Mahkota Han Hao Shi benar-benar seorang pendiam. Ia jarang sekali berinteraksi dengan orang lain, bahkan keluarganya sendiri. Hobinya yang terutama adalah membaca buku dan melantunkan syair. Walaupun terkesima akan kepintaran Hao Shi dalam membuat syair, tetap saja Kaisar Jing Xing prihatin akan putera sulungnya itu. Bagaimanapun, Hao Shi adalah Putera Mahkota, ia harus pandai berinteraksi dengan manusia lain agar mampu menjadi pemimpin yang handal. 

     Berbanding terbalik dengan Putera Mahkota, Pangeran Kedua Han Ming Shi merupakan pemuda yang lugas dan pandai bersosialisasi dengan orang lain. Sejak kecil ia telah memiliki kharisma yang teramat kuat. Ia pula bepengetahuan luas, pandai menyusun taktik dan strategi serta berkompetensi menerapkan sistem pemerintahan yang baik. Semua orang yang mengenalnya segan sekaligus salut padanya, dan berani menyatakan bahwa dialah yang paling pantas untuk menjadi Kaisar selanjutnya. Sang Pangeran sendiripun juga merasa demikian. Ming Shi pula merupakan seorang yang berkemauan keras, ulet, kekuh, serta ambisius. Prinsip utamanya adalah, apa yang ia inginkan, harus berhasil ia capai.

     Termasuk menggantikan posisi ayahnya menjadi Kaisar selanjutnya.

     Ambisi yang satu ini bukan muncul tanpa sebab, melainkan dikarenakan sesuatu hal. Hal yang sangat berhubungan erat dengan masa lalu pemuda itu. Masa lalu itulah yang membuatnya menjadi tegar dan kuat, dan brilliant,  seperti sekarang ini.

     Suatu hari, Kaisar Jing Xing sakit keras. Berbagai obat telah diminumnya, namun beliau tak kunjung sembuh. Sang Raja pun berkesimpulan bahwa malaikat kematian akan menjemputnya sebentar lagi. Dan karena itu, sudah tiba waktunya untuk mewariskan tahtanya.

     Negara Han memiliki suatu kebiasaan yang unik dan berbeda dengan negeri lainnya dalam memilih pewaris tahta. Mereka memilih Kaisar berikutnya melalui jalur kompetisi antara para putera raja, berbeda dengan negeri lainnya di mana pewarisan tahta diberikan pada putera sulung sang pemimpin. 

     Kaisar Jing Xing telah menetapkan kapan dan di mana kompetisi diadakan, namun ia masih kesulitan memilih tema untuk pertandingan tersebut.

     Rupa-rupanya mengetahui kegundahan hati sang Kaisar, Perdana Menteri Kang memberanikan diri bertanya, “Yang Mulia, Anda tengah merisaukan masalah pewarisan tahta?”

     Kaisar menghela nafas. “Aku masih belum mampu memutuskan tema terbaik dalam turnamen kali ini.”

     “Duli Yang Mulia, bagaimana kalau temanya mengenai ketatanegaraan. Siapa yang menulis paling baik, dia tentunya memiliki pengetahuan terbaik yang sepantasnya dimiliki para penguasa yang arif bijaksana.”

     Kaisar Jing Xing mengangguk-angguk tanda setuju.

***

     Dengan cepat, hal tersebut sampai ke telinga Ming Shi. Pemuda itu merutuk .

     “Si tua bangka Kang itu memang sengaja menjatuhkan aku. Dikiranya aku tidak tahu kalau dia itu pengikut setia kakakku. Dia sengaja mengusulkan tema mengarang esai itu, karena mengarang esai adalah keahlian kakakku!”

     Ming Shi berjalan mondar-mandir, gelisah tak keruan. Ia sendiri memang handal mengarang esai, tapi ia juga sadar, kemampuan sasteranya mau ia latih puluhan tahun pun tidak akan bisa menyambangi kakaknya. Tapi ia tidak ingin menyerah begitu saja. Menjadi Kaisar adalah impiannya sejak lama, bagaimanapun juga ia harus meraih cita-cita tersebut.

     “Ya,” gumammnya, giginya mengatup penuh tekad. “Bagaimanapun juga aku harus berhasil menjadi kaisar. Karena akulah yang paling pantas untuk menduduki jabatan itu. Kakakku boleh lebih ahli dalam bidang kepenulisan, karenanya aku akan melalui cara lain untuk mengunggulinya. Dan caraku ini, pasti berhasil.”

     Senyum merekah menghiasi wajahnya, membuat wajahnya yang memang sudah tampan menjadi semakin menawan. 

     “Sayang, kau nampak sangat senang hari ini…”

     Ming Shi menoleh ke belakangnya, mendapati seorang wanita cantik tengah balas menatapnya dengan mata berbinar. Senyumnya merekah semakin besar. 

     Bidak catur kemenanganku telah datang. Kini saatnya kugerakkan dia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status