Share

Chapter 7

     "Apa katamu?! Bisa-bisanya kalian malah membunuhnya!"

     Ming Shi tampak amat murka, Jenderal Wei yang ketakutan cepat-cepat berlutut meminta pengampunan, "Beribu maaf saya haturkan atas kesalahan saya, Yang Mulia, namun ini bukanlah hal yang kami sengajai. Semua ini terjadi karena kekacauan yang ditimbulkan seorang pemuda..."

     "Lantas, apa hanya karena seorang pemuda kalian jadi boleh melanggar perintahku seenaknya?! Kau tahu, bagitu inginnya aku bertemu dengan Perdana Menteri Zhan. Ia adalah Perdana Menteri legendaris, dengan adanya dia di sini akan sangat membantu kemajuan negeri kita!"

     "Saya sangat menyesal..."

     "Menyesal saja tidak cukup untuk menebus kesalahanmu. Satu-satunya yang bisa menebusnya hanyalah dengan nyawamu!"

     "Saya..." Tapi belum sempat Jenderal Wei melanjutkan kalimatnya, Sekretaris Li tiba-tiba maju dan berlutut. 

     "Yang Mulia, mengingat jasa-jasa Jenderal Wei yang begitu besar bagi negeri ini, saya berharap Anda memberinya keringanan hukuman!"

     Jenderal Wei memandang tak percaya ke arah sekretaris muda yang selama ini selalu dianggapnya sok tahu dan lemah itu. Selama ini ia selalu menganggapnya terlalu lembek karena Sekretaris Li selalu memprotes sedikit saja praktek kejam dalam pemerintahan, bahkan tak jarang ia menuding anak muda itu terang-terangan. Memang sejak semula, ia sudah siap mendapat hukuman mati. Namun bagaimanapun, ia merasa terharu ada orang yang rela membelanya. Apalagi saat mengetahui orang itu adalah Sekretaris Li,  anak muda yang selalu diremehkannya.

     Ming Shi mendelik marah. "Li Run Xiang! Selama ini aku sudah cukup sabar terhadap segala ocehanmu! Kini aku sudah tidak bisa mentolerirmu lagi! Jangan kira karena kau sepupuku kau bisa seenaknya mengaturku!"

     Sekretaris Li melanjutkan dengan berani. "Sekarang Perdana Menteri Zhan sudah meninggal, mau berapa banyak nyawa yang Anda hukum mati tidak akan bisa menghidupkannya kembali. Lebih baik Anda merelakannya..."

     "Kau bicara sekali lagi dan nasibmu akan sama dengan Jenderal Wei!"

     "... dan cari penggantinya. Mengapa Anda tidak menemui muridnya saja?"

     Kemarahan Ming Shi berganti menjadi rasa ingin tahu. "Murid? Kudengar dia tidak pernah mau mengangkat murid bahkan seorang saja..."

     "Itu dulu. Tapi baru sehari yang lalu, tepat saat kita menyerang Ming, beliau mengangkat seorang pemuda dua puluhan tahun sebagai muridnya. Makanya kabar ini sangat heboh di antara para pembesar Ming. Pastilah sang murid begitu jenius."

     Wajah Ming Shi berseri-seri. "Kalau begitu, cepat bawa dia ke hadapanku."

     "Sayangnya, itu akan sulit dilakukan. Pemuda itu sedang mendekam di penjara bawah tanah. Namanya adalah Sun He Xian."

     "Sun He Xian?!" Jenderal Wei ikut berseru. "Bukankah dia pemuda pembuat onar itu?!"

     "Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ming Shi kebingungan.

     "Sun He Xian itulah pemuda pengacau yang saya maksudkan tadi. Saat saya tengah membacakan titah Yang Mulia, tiba-tiba ia muncul menghunus pedang dan mengucapkan rentetan kata-kata makian. Yah..." Jenderal Wei menelan ludah. Hanya dia seorang saja bangsawan dari negara kalah perang yang begitu berani melawan walau ia tahu ia pasti akan kalah. Setidaknya, saya harus memuji keberaniannya."

     "Baik, kalau begitu," Ming Shi tampak tak sabar. "Pertemukan aku dengannya sekarang juga."

***

      He Xian disekap di penjara bawah tanah Han, bersama Kaisar Ming, ibunya dan adik perempuannya, beserta beberapa pejabat paling senior negeri Ming. Dibanding para bangsawan lain yang sibuk bercakap-cakap, He Xian memilih diam di sudut penjara.

     "Kabarnya Kaisar Han Wen Xing itu sangatlah kejam. Ia selalu membantai keluarga kerajaan kalah perang, lalu memajang kepala mereka di balai kota," Mantan sekretaris negara Ming berkata ketakutan.

     "Kalau begitu Anda aman, Sekretaris Qing. Anda bukan termasuk keluarga kerajaan. Tidak seperti kami, Penasihat kerajaan yang merupakan paman Kaisar menukas.

     "Saya mengkhawatirkan Anda sekalian."

     "Maafkan aku," Mantan Kaisar menggumam lirih. "Aku bukan pemimpin yang baik, tidak sanggup melindungi bahkan diriku sendiri..."

     "Yang Mulia, ini bukan kesalahan Anda. Kalau mau disalahkan, salahkanlah Kaisar yang tamak itu. Dialah yang membuat kehancuran di mana-mana. Dia harus dimusnahkan!"

     "Siapa itu yang berani memaki Yang Mulia?!?"

     Seruan yang berasal dari luar pintu penjara tersebut serta merta mengagetkan para penghuni penjara. Ketakutan, mereka memandangi terali besi yang di baliknya kini telah berdiri beberapa pejabat Han. Sipir penjara membukakan pintu, mempersilakan salah seorang dari antara mereka masuk.

     "Siapa yang bernama Sun He Xian?" Sekretaris Li bertanya.

     He Xian tidak menyadari dirinya dipanggil. Ia masih diam tepekur, merenungi nasibnya dan pertemuannya dengan Perdana Menteri Zhan dan mengapa takdir membawanya pergi begitu cepat. Sesungguhnya bahkan, ia tidak peduli lagi dengan nasibnya akan datang nanti.

     Kaisar Ming mendekatinya, "Tuan Sun, mereka memanggil Anda..."

     He Xian mendongak, kemudian berdiri menghampiri Sekretaris Li, menatapnya dengan tajam. 

     "Tuan Sun, Yang Mulia Kaisar memanggil Anda ke ruang pribadinya. Beliau ingin bertemu dengan Anda."

     Semua orang nampak tercegang. Tapi He Xian sendiri tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia hanya mengikuti para pejabat tersebut, keluar dari penjara dalam diam.

***

     Bila sikonnya dalam keadaan biasa, He Xian pastilah akan merasa lebih keder saat ini. Karena ia akan bertemu dengan Kaisar penguasa tiga perempat dunia, yang kekuasaannya jauh lebih besar dibanding Kaisar negerinya - yang sekarang ini pula telah hancur. Ia semestinya juga akan merasa lebih terpesona, mendapat kesempatan melihat istana negeri lain yang memiliki peradaban lebih maju. Tetapi sekarang batinnya terasa amat kosong. Ia melewati begitu saja taman-taman istana yang elok dan koridor-koridor dengan hiasan yang memukau tanpa berniat memperhatikannya. 

     “... Berjanjilah bahwa, di manapun kau berada nantinya, kau akan selalu mendedikasikan dirimu untuk kebenaran dan kebaikan, dan bukan untuk egomu sendiri ...”

     Kakek, sekarang aku telah berada di Han. Tolong ajarkanlah aku bagaimana aku bisa tetap mendedikasikan diriku demi kebaikan dan kebenaran sementara aku berada di negara musuh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status