Share

See You There, Sweet Cake!

Untuk pertama kalinya semenjak menjadi primadona di club elit milik Grace, Lea merasa harga dirinya diinjak-injak. Tidak pernah ada satu klien pun yang berani mempermainkannya seperti itu. Setiap pria yang pernah menggunakan jasanya selalu tunduk di bawah kaki Lea. Mereka rela bersujud dan mencium kaki wanita itu hanya untuk sebuah sentuhan. Tapi ini ... pria yang entah siapa namanya itu telah mengoyak harga dirinya.

"Pria itu ... aku akan membuatnya membayar apa yang sudah dia lakukan padaku."

Lea bersumpah, jika dia bertemu dengan pria itu lagi, dia akan membalas dendam. Untuk memuluskan jalannya, dia perlu tahu lebih dahulu siapa pria itu sebenarnya. Maka dari itu, dia akan mendatangi apartemen mewah pemilik Night-O Club, Grace.

Meski tidak tidur semalaman, Lea sama sekali tidak merasakan kantuk. Rasa kantuk itu telah tergerus oleh emosi yang terlanjur menyala.

Mengantongi passcode apartemen Grace, wanita itu tak perlu lagi memencet bel. Dia masuk begitu saja ke apartemen mewah tersebut. Namun, sambutan tak menyenangkan langsung diterima Lea.

"Oh, Max... harder, please!"

Langkah kaki Lea berhenti tepat di ujung ruangan, di mana Grace sedang bergulat dengan seorang pria di sofa yang ada di ruangan tersebut.

Tidak merasa risih sedikit pun, Lea melipat tangan di depan dada sambil bersandar pada dinding. Dia menunggu saat yang tepat untuk mengacaukan kenikmatan yang dua insan itu rasakan.

Racauan demi racauan saling bersahutan di antara keduanya. Lama kelamaan, suara mereka semakin nyaring. Lea menyeringai.

"Harder, Honey! Harder!" jeritan itu membuat seringai bibir Lea semakin lebar.

Lea mulai menghitung dengan lirih. "Satu ... dua ...." Lea bertepuk tangan dengan keras sambil berkata, "Okay, pertunjukan usai!"

Sontak dua orang yang nyaris mencapai puncak itu terkejut. Gagal sudah pendakian mereka.

"Lea!" pekik Grace.

Lea tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wanita itu.

"Pergilah, Max. Biar aku urus pengacau ini," ujar Grace pada kekasihnya, Max.

"Aku akan kembali dan melanjutkan apa yang kita mulai, Sayang," balas Max sembari memungut pakaiannya yang berceceran di lantai tanpa merasa malu sedikit pun pada Lea. Tak lupa dia meninggalkan sebuah kecupan untuk kekasihnya.

Grace mengenakan pakaian sekenanya. Wanita itu hanya memakai celana dalam dan kaus tanpa bra.

"Apa yang kau lakukan di sini?" hardik Grace.

Wanita itu melipat tangan di depan dada sambil menyandarkan punggung di sofa dengan kasar. Tatapannya tajam, mengarah pada Lea.

Masih dengan sisa tawanya, Lea berjalan mendekat pada Grace. Wanita itu berhenti di dekat single sofa lalu membuat ekspresi jijik ketika melihat sofa tersebut.

"Apa kau juga bermain di sini?" Lea menunjuk single sofa itu.

"Aku bermain di mana pun yang aku suka," tukas Grace yang masih kesal karena Lea mengganggu kenikmatannya.

Lea kembali terbahak-bahak. Grace juga harus merasakan apa yang dia rasakan. Oh, mengingat pria itu membuat Lea geram. Wanita itu mendaratkan tubuhnya di sofa dengan kesal.

"Kenapa dengan wajahmu?" tanya Grace yang bisa membaca ekspresi Lea.

"Pria yang semalam." Lea menatap galak pada Grace. "Kau memberikan alamatku padanya?" tuduh Lea.

"Siapa? Pria yang mana?"

"Jangan berpura-pura bodoh, Grace! Pria itu menyusup ke apartemenku semalam," hardik Lea.

"Aku tidak tahu apa pun! Pria itu pergi setelah aku mengatakan padanya kalau kau tidak menerima tamu."

"Tapi dia menyusup ke apartemenku!"

"Dengar! Pria itu terlihat sangat kaya dan berkuasa. Jika hanya untuk mengetahui di mana dirimu tinggal, kurasa itu bukan hal yang sulit."

Lea menggertakkan gigi. Jika bukan Grace yang memberi tahu alamat beserta passcode apartemennya, lalu dari mana pria itu mengetahuinya?

"Apa yang dia lakukan padamu?" selidik Grace.

Lea menjawab dengan lirikan tajam. Dia tidak akan mengatakan apa pun pada Grace karena itu hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.

"Aku pergi," ujar Lea.

Wanita itu beranjak. Tidak ada gunanya dia berada di tempat itu karena Grace tampak benar-benar tidak tahu apa pun.

"Hei! Kau datang kemari, mengacaukan kesenanganku lalu pergi begitu saja?" Grace ikut bangkit, mengangkat sebelah tangan tidak percaya dengan apa yang dilakukan Lea terhadapnya.

Lea yang sudah beberapa langkah dari Grace, berpaling sambil berkata, "Sorry."

"Lea!" jerit kesal Grace melengking lagi, membuat Lea harus menutup telinga supaya gendang telinganya tidak rusak.

Lea hanya tertawa keras sambil kembali melenggang.

"Zen!" ucap Grace yang membuat Lea menghentikan langkah namun tidak berpaling.

"Namanya Zen Aberdein," lanjut Grace.

Lea mendengarnya dengan jelas. Zen Aberdein. Nama itu akan dia ingat dengan baik. Lea bersumpah, tidak akan melupakan nama pria tersebut untuk membayar hutang harga dirinya.

Meninggalkan apartemen Grace, Lea berniat membeli beberapa bahan makanan untuk persediaan di apartemen. Dia pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang terletak tak jauh dari apartemen Grace.

Wanita itu mendorong trolly dan mulai mengisinya dengan bahan-bahan makanan yang biasa dia beli. Dengan penampilannya saat di luar club, tidak akan ada yang mengira kalau wanita itu adalah seorang pekerja malam. Tampilan yang sedikit tomboy adalah kamuflase yang sangat sempurna. Tidak akan ada yang mengenalinya sebagai primadona Night-O Club. Kecuali seseorang yang kini berdiri di belakang wanita itu.

"Tidak kusangka akan bertemu denganmu di sini," ujar seseorang dari arah belakang Lea, "Sweet Cake," lanjutnya sambil mengangkat satu sudut bibirnya ke atas.

Lea membelalak melihat siapa yang ada di belakangnya itu. Pria dengan setelan jas mahal itu berdiri tegap, memamerkan senyum yang sayangnya terlihat begitu menawan di mata Lea.

"Kau!" Lea menahan suara, karena beberapa orang yang ada di sekitar langsung memerhatikanya.

Pria yang telah Lea ketahui bernama Zen itu menunjukkan senyum kemenangan. Sementara Lea hanya bisa menahan geram.

Tanpa pikir panjang, Lea menarik tangan pria itu keluar dari pusat perbelanjaan, mencari tempat yang lebih sepi untuk meluapkan kemarahannya pada pria tersebut. Tidak peduli dengan trolly-nya yang hampir penuh dengan belanjaan.

"Serius? Kita akan mengobrol di sini?" Zen mengangkat kedua alisnya ketika Lea membawanya ke tempat parkir, tepat di samping mobil wanita itu.

"Dengar, Tuan! Apa yang telah Anda lakukan padaku semalam, itu ... itu ...." Mendadak Lea merasa lidahnya kelu saat melihat tatapan pria itu yang sangat memikat.

Zen menggerakkan kepala, menunggu apa yang akan dikatakan oleh Lea. Namun, begitu dia melihat Lea kehilangan kata-kata, pria itu mengambil inisiatif lebih cepat. Dia mendesak Lea hingga wanita itu kembali terhimpit antara badan mobil dengan tubuh Zen.

Keputusan yang salah membawa Zen ke tempat tersebut. Karena pada akhirnya, hal itu hanya memberikan celah baru kepada Zen untuk kembali mengintimidasi Lea.

Zen mendekatkan bibirnya pada telinga Lea. Lihat! Baru terkena embusan napas Zen saja, bulu kuduk Lea langsung berdiri. Tubuhnya terasa kaku. Niatnya untuk memberi pelajaran pada pria tersebut pun seolah menguap dengan cepat. Bahkan berakhir dengan dirinya yang mendapat pelajaran dari Zen.

Bibir pria itu menyeringai melihat reaksi Lea. Lalu, dia berbisik, "Aku akan menunggumu di ranjangku, Sweet Cake."

Lea mengutuk jantungnya yang berdegup tidak karuan hanya karena bisikan Zen.

'Apa ini? Kenapa aku jadi begini?' batin Lea.

Setelah membisikkan kalimat tersebut, Zen mundur satu langkah. Dia tersenyum lantas memakai kacamata hitamnya. Sebelum berbalik, Zen mengatakan sesuatu lagi.

"Aku akan merindukan,"-Zen menurunkan kacamata lalu melihat ke dada Lea-"ini," ucapnya sembari menunjuk ujung dada wanita itu.

Pria itu menarik satu sudut bibirnya ke atas lalu menempelkan telunjuknya tepat ke ujung dada kiri Lea yang berhasil membuat tubuh wanita itu merinding dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"See you there, Sweet Cake."

***

tbc.

Silakan spam comment!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status