Share

Bab 7

Gerald menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Padahal dia sudah berusaha menghindari Naomi dan teman-temannya, terutama Alice, yang terlihat tidak suka sejak awal mereka bertemu. Karena itu dia juga tidak mau membuang banyak waktu mencoba akrab dengannya.

“Danny yang punya ide untuk pergi ke Emperor Karaoke di Mayberry Commercial Street ini. Jika kau masih berusaha kabur lagi kali ini. Kau bukan lagi temanku!” ancam Naomi. Dia memang tipikal gadis yang suka blak-blakan dan terbuka, bahkan seringkali tidak memperhatikan situasi. Karenanya dia tidak bisa memahami bahwa Gerald bukan dari strata yang sama dengan mereka. Ya, tentu saja sebenarnya sekarang sudah tidak lagi.

Melihat Gerald yang hanya mematung tanpa berkata apapun, Naomi kemudian melanjutkan, “Okey, ayo pergi bersamaku dan ikut bersenang-senang! Aku tahu kau pasti takut Danny akan menyulitkanmu lagi kan. Kau tidak perlu khawatir. Jika dia berani berulah macam-macam lagi, aku bersumpah akan memberinya pelajaran!”

Gerald hanya tersenyum mendengar perkataan Naomi. Dia tahu jika dia menolak ajakan Naomi lagi kali ini, gadis ini akan benar-benar marah. Baiklah, mungkin memang sebaiknya dia ikut. Naomi segera menarik Gerald mengikutinya menuju Karaoke Emperor.

Ketika Gerald melihat papan nama besar di atas bangunan karaoke itu, dia ingat bahwa ini adalah salah satu tempat yang terdaftar atas namanya. Selama ini Gerald tidak pernah punya kesempatan, tapi kali ini dia bahkan akan sanggup mentraktir teman-temannya.

“Oh! Tuan Crawford ada di sini juga rupanya? Apa kau tahu jalan sekitaran sini? Apa kau tahu cara bersenang-senang di sini? Ayo, mari kutunjukkan padamu.” Danny menyambut Gerald dengan nada menghina segera setelah tahu Naomi mengajaknya.

“Danny, cukup! Harus berapa kali aku memperingatkanmu soal ini!” Naomi sudah tidak tahan lagi.

Dengan senyum menjengkelkan, Danny menjawab, “Okay, baiklah. Aku hanya berusaha bersikap baik padanya. Lagipula, Mayberry Commercial Street adalah tempat khusus orang-orang kaya. Kalau Gerald mau melihat-lihat, tentu aku akan dengan senang hati menunjukkan padanya.”

Alice menatap Gerald. Memalukan sekali rasanya ada bersama pria ini di tempat umum. Dia lalu berkata, “Ya, sudah, bagaimana kalau kita masuk saja? Danny, kau sudah memesan ruang kan untuk kita?”

“Ya, sudah kupesankan. Aku minta temanku untuk membantu. Biasanya seluruh ruangan sudah habis dipesan di waktu-waktu seperti sekarang. Ayo, ikuti aku!” Danny lalu memimpin teman-temannya memasuki tempat karaoke.

Ini adalah kali pertama Gerald memasuki tempat karaoke dan tempat itu cukup megah untuknya. Terlebih, ruang VIP yang disewa Danny sangat luas dan mewah. Ada akuarium besar dengan ikan-ikan Arwana emas mengkilat didalamnya.

Setelah memasuki ruangan, para gadis mengambil tempat di pojokan sementara Gerald memilih bersama teman-teman asramanya di pojokan yang lain. Mereka mulai bergantian menyanyikan lagu dan suasana jadi semakin hidup!

Para gadis asik mengobrol. Terlihat Alice yang berada di antara mereka dengan kaki di atas sofa, memperlihatkan kakinya yang jenjang dan putih.

“Ini ikan Arwana?” Gerald memperhatikan akuarium besar di ruangan itu dengan rasa ingin tahu. Dia pernah membaca tentang ikan Arwana yang dianggap bisa membawa keberuntungan dan nasib baik. Tetapi dia merasa ikan yang ada di sana berbeda dengan yang dia lihat di buku waktu itu. Gerald lalu memutuskan bertanya pada Harper.

Harper mengangguk lalu menjawab, “Ya, yang kau lihat ini memang ikan Arwana. Tapi mereka sedikit berbeda karena diimpor langsung dari Malaysia. Ikan-ikan ini termasuk jenis yang langka dan harganya sangat mahal. Hanya orang-orang kaya yang bisa mendapatkannya.”

Danny secara tidak sengaja mendengar perbincangan Gerald dan Harper. Tentu saja dia tidak bisa untuk tidak ikut campur.

“Oh, Tuhaan. Gerald, kau tahu tas Hermes, tapi kau tidak tahu soal ikan Arwana?”

Dari tempat duduknya, Alice yang mendengar kata ‘Hermes’ kembali merasa jengkel. Sementara Blondie yang berada di samping Danny tertawa, “Hahaha! Sayang sekali tidak ada ikan versi imitasi! Jika ada pasti Gerald sudah membelinya!”

“Ikan Arwana jenis ini dianggap bisa membawa keberuntungan dan nasib baik untuk pemiliknya,” kata Alice tiba-tiba. “Ah Alice! Kau memang benar-benar punya wawasan yang luas!” Danny memberinya acungan dua jempol. “Tentu saja, Alice adalah gadis yang pintar. Tidak seperti si miskin ini,” kata teman-teman Alice menyahut.

“Ruangan ini pasti mahal. Apa kau sangat dekat dengan teman yang kau sebut tadi, Danny?” tanya Alice. Sebenarnya Alice mulai terkesan dengan Danny. Jika Danny bisa bersikap sedikit lebih dewasa, akan lebih besar kesempatan Danny menjadi pacarnya.

“Ah, tenang saja. Ruang VIP ini harganya hanya empat ribu dolar permalam.” Danny menjawab dengan nada bangga. Dia lalu menepuk jidatnya sendiri seperti baru mengingat sesuatu. “Astaga! untung saja kau menyebutnya. Aku benar-benar lupa bahwa aku sudah berjanji akan menghubungi temanku jika sampai di sini,” Danny lalu melangkah minggir dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Gerald dan teman-temannya masih asik berbincang di pojok ruangan.

Awalnya Naomi hanya berniat merayakan hari ulang tahunnya dengan teman-temannya dan teman-teman Gerald. Tetapi sepertinya teman-temannya lebih tertarik dengan rombongan Danny. Faktanya memang Danny dan Blondie lebih bisa bergaul dan membaur dengan teman-teman asrama Alice.

Sesaat kemudian pintu ruangan terbuka. Seorang pria mengenakan jas hitam rapi dan sepasang sepatu kulit masuk ke dalam ruangan. Pria itu sangat tinggi dan memiliki kulit cerah. Dia terlihat seperti orang yang temperamental pada kesan pertama.

“Hai, Nigel, akhirnya kau datang!” Danny segera berdiri dan menyambutnya.

“Danny, apa kabar? Bagaimana, kau puas dengan fasilitas di ruangan ini?”

“Tentu saja! Terima kasih sudah menyediakannya untukku,” Danny menjawab dengan nada ceria.

Blondie dan teman-teman Danny yang lain turut menyambut Nigel.

“Sudah, jangan bicara terus. Hei, kenapa kau tidak mengenalkanku pada teman-temanmu?” Nigel melihat teman-teman Danny yang cantik dan pandangannya berhenti pada Alice, gadis itu memang sungguh menawan.

“Ah iya aku hampir lupa! Semuanya, perkenalkan ini temanku, Nigel Fisher. Dia dan keluarganya memiliki bisnis di bidang makanan dan katering. Dia adalah pemilik Restoran Grand Marshall di Mayberry Commercial Street dengan keuntungan puluhan juta dolar setiap tahunnya! Karena dia lah kita dapat mendapatkan ruangan ini malam ini,” Danny memperkenalkan temannya dengan bangga.

Restoran Grand Marshall? Wow! Orang-orang yang bisa membuka restoran di Mayberry Commercial Street pastilah sangat kaya. Alice menatap Nigel dengan pandangan berbinar.

“Hahhahaa... jangan dengarkan Danny, dia terlalu berlebihan. Bisnis keluargaku masih sangat kecil. Kenapa aku bisa dengan mudah memesan ruangan di Emperor Karaoke Bar ini, karena manajernya adalah teman dekat ayahku. Jadi jika di waktu ke depan kalian mau memesan ruangan, jangan ragu untuk menghubungiku.” Nigel tersenyum dan mencoba merendah.

“Hai, Nigel, apakah kau sudah punya pacar?” Gadis di samping Alice tiba-tiba bertanya. Sontak seisi ruangan tertawa karenanya.

Nigel hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Dia malah menoleh pada Alice dan berkata, “Hai, Cantik. Senang bertemu denganmu.”

“Halo!” jawab Alice dengan senyum tipis.

Danny lalu memperkenalkan Nigel pada temannya satu-persatu. Setelah mengenalkannya pada semua orang. Pandangan Danny lalu tertuju pada Gerald yang berada di pojok ruangan, Dia mengarahkan jari telunjuk padanya.

“Nigel, yang di sana itu namanya Gerald!”

Nigel mengulurkan tangan hendak menyalami Gerald sebelum kemudian mengernyitkan mata, ia teringat sesuatu saat mendengar nama Gerald.

“Apa? Apakah yang kau maksud ini adalah Gerald yang baru diputuskan pacarnya lalu memberikan hadiah pada Yuri dan Xavia di hutan dekat kampus tempo hari?”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rosyid91 campuran
pokoknya seru, bacanya, tapi ada kah buat kelanjutannya....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status