Share

3. Hidup yang Baru

Langkah kaki Anna terhenti ketika melihat seorang pria tengah duduk amperan tokoh bersama beberapa orang, matanya menatap ke arah pria it uterus menerus.

“Kenapa kita berhenti? Apa kau telah menemukannya?” tanya seorang wanita sambil menyerahkan gelas plastic berisi kafein untuk Anna.

Wanita itu kemudian melihat ke arah pandangan Anna tertuju. “Jadi, kau tahu jika pria itu berkuasa di tempat ini?” tanyanya dijawab anggukan oleh Anna. “Kau bisa melawannya?”

Anna melirik ke arah wanita yang sejak tadi begitu berisik. “Aaaa … aku tahu. Kau tidak bisa melawannya,”

“Apa kau tidak bisa diam?” tanya Anna, begitu risih dengan wanita yang ditolongnya seminggu yang lalu, ketika wanita itu hampir saja di perkosa oleh beberapa orang.

Gadis itu mengatupkan mulut membuat suara gereskan dari giginya. Setelah beberapa saat mengamati Anna memilih mendekat ke arah sekumpulan pria yang telah berpindah ke lorong gang.

Tidak ada rasa takut menyelimutinya ketika berhadapan dengan beberapa pria itu berperawakan menakutkan.

“Apa kalian mengenal Denn Kavin?” tanya Anna membuat semua orang melihat ke arahnya.

“Kenapa kau mencarinya?”

Anna terdiam, mengamati keadaan dirinya mulai dikelilingi oleh pria bertubuh besar. Gadis itu tengah mengunakan jaket, dan juga masker untuk menutupi wajahnya, dia tidak ingin memperlihatkan wajah kepada mereka yang tidak dipercayai olehnya.

“Aku ingin mengajaknya bekerja sama,” ucapnya dengan lantang.

Mendengar hal itu, membuat semua orang tertawa ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Anna.

“Kau membayarku berapa?”

“Aku tidak akan membayarmu. Kalian akan sukarela bekerja untukku,”

Mendengar hal itu membuat sekumpulan pria itu mendekat ke arah Anna.

“Gadis, cantik. Apa kau sadar apa yang kau katakan? Membuat kami bekerja untukmu? Ahahaha … Apa kau gila atau kepalamu sedikit terbentur sebelum datang kemari,”

Anna memilih tidak menjawab, ia hanya diam dan masuk lebih dalam ke dalam gang meraih sebuah balok kayu yang tergeletak di sana.

“Jika begitu, aku akan membuat kalian bekerja untukku secara paksa,” ucap Anna membuat semua orang yang melihatnya seketika geram.

Gadis itu, seketika berlari dan melayangkan balok kayu yang dipegang olehnya pada pria yang dia lebih dulu hadapi, membuat balok kayu itu menghamtam kepala. Seorang pria dari arah depan tengah berlari ke arahnya, dan pria yang lain tengah berada di sisi kirinya.

Anna maraih leher pria sebelah kiri, kemudian menguncinya dengan lengan, kemudian menjadikan pria itu sebagai tumpuan untuk menendang pria yang akan menyerang dari depan.

Tubuh mungil itu tengah berkelahi dengan pria-pria bertubuh besar, membuatnya lincah menghajar para preman itu. Tidak mengherankan jika dirinya bisa menghajar para preman hingga terkapar dengan luka memar di wajah, saat di Indonesia dia adalah pemegang sabuk hitam karate.

Dari kejauhan dari gadis yang tengah melihatnya bertarung, hanya bisa melihat apa yang dilakukan oleh Anna.

“Wah, hebat. Aku tidak percaya, dia bisa melakukannya,” gumam gadis itu.

“A-apa yang kau inginkan dari kami? Kenapa kau ingin …”

Anna menatap dingin, membuat semua orang terdiam.

“Aku ingin bertemu dengan Benn Kevin, aku dengar dia adalah pemilik kekuasaan di wilayah ini?”

“A-aku Benn Kevin,”

Anna mengerutkan kening melihat pria yang bertarung terakhir dengannya itu.

“Seranganmu lumayan, tapi kau bisa mengalahkanku jika kau tidak mengetahui letak titik kelemahan lawanmu,” ucap Anna membuat pria itu berusaha berdiri.

“Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Benn sambil meringis kesakitan, karena tendangan Anna begitu kuat padanya.

“Jadilah tangan kananku. Aku ingin mendirikan sebuah organisasi mafia. Aku membutuhkan dirimu membantuku,”

Semua orang yang berada di sana terdiam, mereka tidak pernah menyangka jika seorang gadis memiliki ambisi mendirikan organisasi yang mereka tahu tidak mudah melakukannya.

Raut wajah Benn terlihat keraguan.

“Kau ragu dengan apa yang aku katakan?”

Pria itu menganggukan kepalanya.

Tangan Anna terlihat memanggil, agar pria itu mendekat. “Kemarilah. Aku tidak akan memukulmu,” ucap Anna ketika Denn tidak ingin mendekat.

Pria itu pun mendekat. Anna membisikan sesuatu membuat pria mundur selangkah demi selangkah ke belakang, hal itu membuatnya tersandung dan terjatuh. Menatap Anna penuh dengan ketakutan, sedang gadis itu tersenyum.

“Jadi bagaimana?”

“K-kau … kau siapa?” tanya Denn yang tengah duduk di jalanan. “Ba-bagaimana kau mengetahuinya?”

Tidak ada jawaban dari Anna. “Akan kuberitahu padamu, jika kau membuatku puas dengan pekerjaanmu,”

Pria itu sejenak tidak percaya dengan apa yang baru saja dibisikan oleh Anna padanya. “Baiklah, aku akan membantumu, apa yang harus kami lakukan?”

“Aku hanya butuh dirimu, kau bisa datang ke tempat yang ku bisikan tadi, sendiri. Karena hanya dirimu yang kubutuhkan. Dan juga, aku benci menunggu,” ucap Anna kemudian pergi meninggalkan pria itu.

“Tunggu … beritahu padaku, bagaimana kau mengetahuinya,”

Anna memberikan isyarat jarinya di depan bibir, sebagai isyarat jika hal itu adalah rahasia.

“Boss, apa yang dia katakan padamu? Kenapa kau menuruti apa yang dia inginkan?”

Benn terdiam, kemudian duduk mengacak rambutnya. “Boss,” panggil seseorang.

Anna yang baru saja menghajar beberapa pria itu terus saja berjalan diikuti oleh gadis.

“Apa yang akan kau lakukan, sekarang?” tanya Febia membuat langkah kakinya terhenti.

“Mencari orang yang akan menjadi pemegang saham diperusahaan kita,” ucap Anna sambil melepaskan masker miliknya.

Tiga tahun kemudian …

Sebuah ruangan terlihat cukup luas. Anna tengah duduk sambil mengoyangkan gelas yang berisi wine. Di sisi kanannya terlihat Denn.

Dia mengerutkan keningnya, ketika dia melihat seseorang ditarik dengan paksa. Tangan terikat, kemudian dilepaskan begitu kasar membuat pria itu tersungkur ke lantai.

“Kami membawanya, Boss,”

“Jadi dia, ya,” serunya sambil beranjak dari tempat duduknya, kemudian melangkah.

Kaki yang tengah memakai sepatu boots digunakannya untuk menyelidiki wajah pria yang dibawakan untuknya. Wajah pria itu, penuh dengan luka memar, di sudut bibir terdapat darah. Sangat jelas jika dia habis dipukuli.

Gadis itu berhasil mendirikan organisasi mafia bernama Re’donna, di bawa bantuan Denn Kevin, dia berhasil melakukannya. Ia berhasil membuat banyak orang takut dengannya. Mereka memanggilnya dengan sebutan Rerena. Tidak ada yang tahu, tentangnya kecuali Denn Kevin dan gadis yang bersamanya Febia.

“Jadi, kau mata-mata dari mereka selama ini?” tanya Anna, namun tidak ada respon dari pria dihadapannya. “Aku tidak suka, seseorang tidak memandangiku ketika aku berbicara,” katanya memberikan beberapa penekanan di akhir kalimatnya, namun perkataannya tidak dihiraukan. “Dia membuatku kesal saja. Hei, ajari dia bagaimana seharusnya dia bersikap padaku,”

Anak buahnya yang mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Anna mengikuti perintah, menjabak rambut pria di depannya kemudian membuatnya melihat ke arah Anna.

“Informasi apa saja yang telah kau bocorkan padanya?” tanya Anna sambil berjongkok dihadapan pria di depannya. “Diam berarti tak ingin hidup,” ucap Anna lagi sambil mengukir senyum membuat pria yang melihatnya sedikit ketakutan.

Anna mengelus pipi pria itu. “Hanya karena aku seorang gadis, kau sedikit meremehkan kemampuanku. Benarkan?”

“K-kau hanya seorang gadis yang tidak berguna,”

Mendengar perkataan pria di depannya seketika membuatnya geram.

“Sepertinya aku harus mengingatkan satu hal, jika aku mendapatkan kepemimpinanku dengan—“ Tangannya begitu cepat bergerak, membuat tidak ada yang menyadari jika gadis itu telah mengambil pisau dan menyayat leher pria di depannya. Darah kini terciprat di wajahnya.

“Membunuh begitu banyak orang,” katanya melanjutkan kalimatnya sambil menyeka darah yang berada di wajahnya.

 Seorang pria memberikan sebuah sapu tangan untuk membersihkan wajahnya.

“Bereskan dia,” titahnya sambil meneguk wine dan pergi dari ruangan itu.

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status