Share

Kehidupan

Ini adalah kisahku yang akhirnya, karena pada entah bagaimana kita harus menerima semuanya dengan tangan terbuka dan merangkulnya, meski luka menancap tanpa bertanya dan berkata 'Aku berharap hanya semoga aku selalu dikenang oleh semua orang'.

-Lintang Cahaya

***

 Sinar mentari memasuki jendela kamarku yang memantulkan sinar terang ke arah wajahku dan beberapa kali aku mengerjapkan kedua mataku, karena silau.

Kringgg ... Kringgg ... Kringgg ...

 Dengan suara jam beker yang menyeruak telinga orang yang mendengarkannya. Aku sudah terbangun dan buka mataku dengan menutup wajahku menggunakan satu tangan berharap sinar matahari tak memantulkan cahayanya tepat di wajahku.

Setelah nyawaku terkumpul aku berusaha bangkit dari kasur lembutku dan melakukan peregangan santai tidak lupa minum segelas air putih yang kuambil di sudut meja sebelah kasur.

"Aduh masih jam setengah tujuh, kenapa kamu sudah membangunkanku Mo !!! pekikku mengaduh kepada jam weker elektronikku yang kuberi nama Momo.

Waktunya bangun, selamat pagi selamat pagi nona cantik "ucap Momo, jam weker Elektronik ku yang bisa berbicara seperti hal nya manusia.

"Hm selamat pagi mo," jawab ku malas dengan berjalan gontai menuju kamar menatap sang mentari dengan memejamkan mata dan menghembuskan nafas perlahan.

Hari ini aku masuk siang untuk bersekolah dan biasanya aku berangkat sekolah, aku selalu olahraga pagi di sekitar perumahan, Namun berbeda dengan hari ini aku begitu malas turun ke bawah karena sesuatu hal.

Aku, Lintang Cahaya Manohara cewe yang sangat pendiam diantara beribu orang di dunia ini. Hanya beberapa orang saja yang mengerti tentang diriku, bahkan orang itu belum tentu mendalami kisah ku. Ini adalah kisahku yang begitu rumit untuk diterka dan begitu sesak untuk dirasa.

Dunia seakan membenciku namun juga kadang menyayangiku.

Aku bingung dengan alur cerita kehidupan ku bahkan aku tidak tahu kapan aku harus bahagia.

Setelah bosan memejamkan mata dengan terpaan sinar mentari aku beranjak pergi ke kamar mandi dan melakukan ritual mandi ku.

Setelah selesai mandi aku langsung mengambil ponsel dan memainkannya untuk membuka dll.

Berselang setengah jam, seseorang buka pintu kamar ku.

Dan aku langsung bangkit dari kasur dengan bergumam "Ini pasti bibi," ucapku dalam hati dan membuka Pintu kamar.

Selamat pagi Non Lintang ... "sapa bibi dengan tersenyum ramah ke arah ku.

"Selamat pagi bi," jawabku datar dan hanya tersenyum simpul.

"Non segera turun ke bawah untuk sarapan pagi ya," ucap bibi

Insya Allah bi, ucap ku datar.

"Jaga kesehatan Non, jangan sampai nanti ga turun ke bawah untuk sarapan pagi," ucap bibi memohon.

"Papa sama Mama?" ucap ku malas menyebut nama mereka.

"Tuan dan nyonya hbs ini akan berangkat kerja Non, atau Non ga mau berpamitan?" ucap bibi

"Tidak bi, ap mereka juga ikut sarapan?"

"Iya non, malah Tuan dan Nyonya ajakan Non sarapan pagi bersama mereka dan bibi disuruh untuk memanggil Non Lintang," ucap bibi

"Bibi yakin? Why ga mereka aja yang ke kamarku, kenapa harus menyuruh bibi? Tolong bilang ke papa dan mama ya bi, jika ingin mengajak anak nya sarapan pagi bersama setidaknya mereka sendiri yang menemui ku bukan bibi!" ucap ku dengan wajah ketus namun tetap berbicara sopan kepada bibi.

"Yaudah kalau gitu Non nanti bibi sampaikan, tapi Jangan sampai tidak sarapan ya Non ... hanya gara gara Tuan dan nyonya, jaga kesehatan Non sendiri, Bibi turun Ke bawah dulu" ucap bibi penuh Perhatian.

"iya bi," ucap ku dengan tersenyum simpul.

Setelah Bibi sudah turun ke bawah aku menutup pintu kamar dan bergumam.

Kenapa mama dan Papa ajakanku sarapan pagi? Aneh !!! '

Karena pada kenyataan Papa dan Mama hanya kedua orang tua yang sibuk bekerja dan tidak memperhatikan ku. Dari segi Aktivitas, sekolah, dan makan ku, Aku sendiri yang setiap hari harus menyesuaikan kehidupan yang menyesakkan ini.

Aku selalu mandiri dan mungkin Orang berfikir aku adalah anak yang cuek dan ketus Karena sifat pendiam ku yang keterlaluan.

Jadi, yang bersamaku harus memulai pembicaraan terlebih dahulu, karena aku enggan mengenal seseorang dan kehidupannya karena aku tlah dibebani kehidupan ku sendiri yang selalu disakiti oleh takdir dan suasana.

Tepat pukul 08.00 Aku menyambar seragam sekolah dan pengawasannya dengan rapi.

Setelah diri bersiap menuju sekolah Aku keluar kamar untuk Bersiaplah memakai sepatu di Lantai bawah.

"Hemm, msh jam 8," gumam ku dengan melihat Arloji Channel di tangan ku dengan membuka pintu kamar.

Seharusnya di jam ini aku sarapan pagi tapi, Aku akan sarapan jika Papa dan mama sudah berangkat kerja dan jika mereka belum berangkat Juga aku memilih untuk tidak makan meski perut ku keroncongan.

Aku berjalan menuruni anak tangga, baru 2 loncatan anak tangga aku mendengar bibi yang baru berbicara dengan papa.

"Maaf Tuan, Non Lintang tidak ingin sarapan, Non Lintang berkata kepada saya Jika Tuan Ingin mengajak sarapan bersama Tuan sendiri yang menemui Non Lintang," ucap bibi dengan tepat.

'mantap bi! Bibi sipp deh biar papa merasa berperasaan sedikit lah! ' Gumamku dalam hati yang sejak tadi melihat dan mendengar Bibi dan Papa berbincang seperti melihat drama dengan riang.

"Yasudah bi tidak papa terima kasih," ucap Papa berwibawa dan merenung diatur.

Tidak berlangsung lama Papa menyambar tas kerja nya.

Aku yang dari tadi mengintip di balik tangga langsung menunduk ketika Papa berbalik badan untuk menyambar tasnya yang ada di sofa.

'Duhh ... semoga aj Papa gak nge lihat aku' gumamku dalam hati dengan menggigit bibir bawahku dan dengan tangan menengadah seperti orang berdoa.

Namun seperti nya Papa curiga ada seseorang di tangga dengan gerak gerik yang aneh.

Tetapi papa langsung menyambar tasnya dan berlalu pergi menuju garasi mobil.

"Huffftt syukurlah ... Papa udah pergi kan" ucap ku pada diri sendiri dan berdiri untuk melihat Situasi seraya celingak kesana kemari.

"Non Ada apa?" Panggil Pak Syam tiba tiba mengaget kan ku hingga aku berteriak.

"Aaaaaa!" teriak ku hingga terjungkal ke belakang.

"Aaaaa!" teriak Pak syam balik.

 karena kelatahannya sehingga ia ikut teriak sama seperti ku.

"Pak syam..Kenapa ngagetin?" ucap ku dengan alis tertaut ke bawah dengan wajah ngos dan memegang dada ku yang hampir copot karena Pak Syam.

"Maaf Non ... Pak syam juga jadi Ikut kaget dan Lata nih," ucap Pak Syam garuk kepala garuk nya yang tidak gagal dan menepuk bibirnya.

"Kalau sembunyi jangan sampai ketahuan memalukan itu! Lebih baik langsung menghadap orangnya kalau mau bertemu dengan nya tidak perlu sembunyi sembunyi, dekat malu dibelakang!" Teriak Papa yang tiba-tiba muncul dari pintu dan terkekeh ekspresi ku yang kaget dibuatnya.

Sekarang Aku dibuat kaget oleh Papa!

'Aduh ... Ketahuan deh' gumam ku dengan melipat kedua bibir ku.

Aku menutup ekspresi kaget dan menyatakan kembali kepada Papa dengan berlalu Ke dapur untuk mengambil Air Putih.

seakan aku tidak mengingat dan tidak peduli apa yang terjadi barusan saja.

Papa hanya mengulas senyum dan berlalu Pergi menuju Mobil nya.

~~~

Di dapur ...

"Aduhhh ternyata papa belum berangkat juga? Astaga! Memalukan! Pakai ketahuan segala! Arghhhh" Sumpah serapahku dalam diri dan terkikik sendiri di dalam dapur sambil meneguk air putih.

Aku sarapan roti isi coklat favorit ku, sereal oatmeal dan susu putih di meja makan yang sudah disediakan oleh bibi.

Aku menyambar tasku dan berlalu menuju garasi mobil.

 Aku melihat Pak Syam sedang duduk di kursi halaman depan dengan menguyah roti nya.

"Non..sudah selesai sarapan?" tanya pak syam kaget dengan muncul nya aku dan mulutnya dipenuhi oleh roti yang ia makan.

"Pak syam lanjutkan makan aja, aku tunggu di mobil," ucapku sambil berlalu tanpa melihat pak syam dan langsung masuk ke mobil.

"Baik Non..Sebentar lagi ya Non..." teriak Pak Syam

Aku celingak celinguk di dalam mobil.

"Syukurlah Papa sudah berangkat! mengesalkan!" gumamku dalam hati.

Aku memasang earphone di telinga sambil memejamkan mata menunggu Pak syam selesai sarapan.

Tiba tiba aku terkantuk dan terkejut saat Pak Syam sudah di dalam mobil dan mengendarai mobil dengan laju perlahan.

Aku pun membuka mata dan berdeham pelan.

'Sejak kapan Pak Syam di dalam mobil' tanya ku dalam hati

"Non Lintang sudah bangun?" tanya pak Syam dengan rela mobil dan menyalip Kendaraan dengan lihai.

"Iya pak .."

"Maaf Non tadi Pak Syam tidak berani membangunkan Non,"

"Tidak papa Pak" ucapku datar

Aku pun sampai di sekolah dan turun dari mobil.

Melihat Pak Syam yang sudah melesat jauh dari depan gerbang sekolah.

 Aku segera masuk ke dalam gedung sekolah yang megah ini.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status