Share

Sebuah senyuman

'Nyatanya Aku tidak bisa berhenti merindukan mu'

-Arkan Samudra

~~~~~

Sekolah telah usai Anak anak ber bondong bondong pulang ke rumah, ada juga yang memilih nongkrong sebelum pulang, biasa anak zaman sekarang yang setelah pulang sekolah tidak langsung pulang melainkan nongkrong dulu xixixixi.

"Hei jangan lupa nanti Kita vid call setelah sampai di rumah!" ucap Ghea dengan antusias dan mengingat kan.

"Okey bos" celetuk Jelita

Aku hanya tersenyum dan mengangguk kecil tanpa kata.

Kami bertiga berjalan bergandeng tangan menuju gerbang depan sekolah dengan derai tawa menapaki kita bertiga.

Tiba tiba di depan gerbang sekolah Ghea melihat Arkan sudah di sana, begitu juga dengan ku, aku bisa melihat Arkan dari kejauhan.

"Hei! Lihat siapa dia yang menunggu di pintu gerbang? Seperti nya kita kenal?" celetuk Ghea dengan melirik ke arahku.

"Hei! Dia pasti menunggu seseorang! siapa ya dia? romantis banget, andai aku memiliki seseorang seperti dia" celetuk Jelita dengan memasang ekspresi menghayal dan sesekali melirik ku.

"Hei! berhenti menghayal! Dia pasti menunggu Peri bisu kita! siapa lagi kalau bukan dia?!" ucap Ghea dengan tersenyum menggoda ku dan menyikut pelan lengan ku.

"Kau pasti spesial dimata nya Lintang! kapan akan jadian?" celetuk Jelita asal dengan wajah polos dan ekspresi antusias.

"Hei! omong kosong apa ini! ucap Ku dengan agak ketus dan dingin

"Hei berhenti menyangkal nya!" ucap Ghea dengan terkekeh.

"Kami hanya bersahabat, berhenti membuat lelucon!" ucap ku sinis mendahului mereka dengan kedua tangan terlipat di bawah dada dan memasang earphone di kedua telinga ku.

 seakan ini adalah ciri khas ku seorang Lintang yang berjalan selalu dengan kedua tangan  terlipat tidak pernah tidak!.

"Hei, makanya sekali kali kau harus membuat lelucon!" teriak Ghea berharap aku bisa mendengar  nya dari jauh.

Namun aku bersikap seolah tak mendengar teriakan Ghea, Aku bersikap acuh tak acuh kepadanya dengan tetap memilih berjalan santai dengan anggun, padahal Telinga ku sangat sangat mendengar teriakan nya bahkan gendang telinga ini hampir copot karena teriakan nya meskipun aku sudah memakai earphone.

"Lintang kembali dengan perangai nya yang membuat siapa saja menjadi kesal" celetuk Jelita  menghembuskan nafas kasar.

"Memang dia seperti itu, Kita yang harus bersabar menyesuaikan nya, hei! Kau sendiri kenapa bertanya seperti itu kepada Lintang?" ucap Ghea kepada Jelita dengan heran

"Ya aku hanya bercanda saja"

 ucap Jelita polos.

"Terserah lah" 

Ghea malah terkekeh dengan ucapan Jelita dan menyusul langkah ku dengan berlari kecil.

~~~~~

Arkan yang melihat langkah ku menuju ke arahny tersenyum dengan manis dengan menatap ku.

"Hei! Kenapa menatap ku dengan senyuman seperti itu?" celetuk ku kepada Arkan.

"Ga apa, apa aku terlihat tampan jika tersenyum seperti tadi?" celetuk Arkan percaya diri.

"Hei! Berhenti lah membual! bahkan kau tak sedikit pun tampan!" ucap ku dengan terkekeh.

"Hei! Apa kau mengejek ku?dasar!" cetuk Arkan dengan mencubit pipi ku dan mengacak acak rambut panjang ku.

"Hei! berhenti mengacak acak rambut ku!" Aduh ku kepada Arkan dengan ketus dan membenahi rambutku kembali.

"Apa kau Iri jika aku cantik?" celetuk ku asal dan tersenyum menggoda Arkan.

"Hei! berhenti Membual! yah..Aku iri jika kau cantik karena aku tidak ingin semua lelaki memandangimu seperti ingin memiliki mu" ucap Arkan seraya melahap permen nha dengan ganas dan melihat ke arah lain berharap aku tidak mendengar kan perkataan nya. Karena seperti nya ia tadi sedang keceplosan.

Aku malah tertawa  dengan perkataan Arkan barusan saja.

"Kau sangat lucu jika marah dan ketus kau selalu terceplos omongan yang tidak ingin kau keluarkan dan kau utarakan," ucap Ku terkekeh.

"Hei! itu tidak seperti yang kau bayangkan! yang kau dengar tadi hanyalah..."

Aku segera memotong perkataan Arkan dengan cepat

"Hanya suara hatimu?" celetuk ku dengan terkekeh memperlihatkan deretan gigi gigi ku.

"Apa kau menghawatirkan ku?" tanya ku dengan senyum menggoda

"Hei! siapa yang ingin menghawatirkan Anak nakal seperti mu? lupakan saja!"

Celetuk Arkan dengan ekspresi menahan malu atas ucapan nya tadi dan tidak berani menatap ku terlalu lama.

"Tuan Arkan, tapi Aku sudah dipandangi oleh banyak anak cowo, dan bagaimana pendapatmu?" ucap ku dengan terkekeh dan membuat Arkan menjadi ketus.

"Kalau begitu aku tidak berpendapat" ucap Arkan menyerah.

Aku tertawa dengan memperlihatkan deretan gigi rapiku dn senyum manis ku.

"Kau sangat lucu Tuan Arkan! Aku bangga pada mu bisa memiliki sahabat yang yah...bisa dibilang bisa menjadi pelawak internasional dan membanggakan diriku," ucap ku dengan tersenyum dan memberi tepuk tangan bak anak kecil mengucapkan selamat ulang tahun.

"Aku akan selalu membanggakan mu lihat saja nanti," ucap Arkan dengan yakin.

"Wah...benarkah? Aku kunci perkataan mu Tuan Arkan!" ucap ku dengan berlagak sedang mengunci pintu rumah.

Seraya diiringi tawaku dan Arkan bersamaan 

***

Tapi ngomong ngomong Apa Lintang tidak punya rasa sama sekali kepada Arkan?"

Tanya Jelita serba penasaran dengan berjalan menyusuri tangga halaman sekolah.

"Kalau itu tanya saja kepada Peri Bisu kita! kenapa tanya aku?" sarkas Ghea melirik Jelita heran dan tidak berselang lama Ghea melanjutkan derap langkah kakinya menuju gerbang sekolah menemui Lintang dan Arkan.

"Kau Lah yang lebih mengenal Lintang dari masa SMP, Aku  yang hampir lumayan lama bersahabat dengan nya tidak pernah tau apa yang ia rasa kan dan apa yang ia mau, karena Aku merasa takut berada di dekatnya jadi aku merasa takut untuk menanyakan apa yang ia sukai dan yang tidak disukai karena sebagai sahabat sejati kita harus mengetahui semua tentang dia," ucap Jelita menjabarkan.

"Hei! Kalau gitu sama dong, Aku Yang selalu bersama di bangku SMP sampai SMA ini... juga belum bisa memahami dan mengerti kondisi Lintang yang sebenarnya, bahkan terkadang Arkan juga kerepotan dengan Lintang padahal dia bersahabat dengan Lintang sejak umur 6 Tahun," jawab Ghea dengan Ekpresi menerka nerka dan bingung.

"Oh iya kenapa Kau takut? Lintang tidak menggigit mu kenapa harus takut?" tambah Ghea dengan tertawa.

"Ya memang, tapi aku hanya takut saja tidak bisa menyesuaikan sikap dingin nya Lintang," jawab Jelita dengan garuk garuk kepala nya yang tidak gatal.

"Seperti nya juga....Arkan lah yang sepenuhnya tau tentang Lintang, semuanya!" tambah Jelita Yakin.

"Hum menurut ku juga gitu Arkan serba tau soal Lintang dari yang ia Tidak sukai dan yang dia sukai," celetuk Ghea dengan yakin.

"Mereka seakan seperti kakak adik atau seperti sepasang dua kekasih ya?" ucap Jelita dengan melihat Lintang dan Arkan berbincang dan bergurau bersama dengan senyum mengembang di bibir Jelita.

"Ada dua kemungkinan, menurut ku yang mana ya?..." Celetuk Ghea dengan terkekeh dan tersenyum

Tiba tiba mereka berdua menghentikan langkah nya bersamaan.

Jelita dan Ghea saling memandang satu sama lain dan diiringi Tawa yang membuncah bersamaan.

"Hei! sudah sudah kita sebaiknya kesana atau kita yang malah baper sendiri melihat pangeran dan peri kita yang ada disana" ucap Ghea dengan tertawa.

"Seperti menonton Film drakor aja tapi ini lebih the best karena terjadi di dunia nyata!" ucap Jelita dengan wajah berbinar.

"ahahahahah yasudah ayo! atau kita akan menjadi patung disini dan terus menggunjing mereka berdua," ucap Ghea Tertawa.

Ghea dan Jelita melangkah kan kakinya panjang panjang menemui Lintang dan Arkan.

~~~~~~~~~

"Hei! Lintang kenapa kau meninggalkan ku? dasar!" ucap Ghea menghampiriku dan Arkan dengan ekspresi sinis dan juga terkekeh.

"Maaf," Aku hanya tersenyum memperlihatkan gigi ku.

 "Emm..Apa aku mengganggu waktu kalian? Aku tidak enak jadinya," ucap Ghea merasa tidak enak dengan menggaruk garuk leher nya yang tidak gagal.

"Hei! Kenapa bertanya kepada mereka? jelas saja kita mengganggu mereka,  sebaiknya kita pergi saja, yuk" ucap Jelita menarik tangan Ghea tanpa seizin nya.

"Ah, benar, yaudah kami pergi dulu ya," ucap Ghea dengan melambaikan tangan nya.

"Hei! apa maksud mu? jadi kamu akan membiarkan ku seperti ini? Kau tau ini sangat canggung sekali," ucap ku dengan ekspresi seperti orang sedang berkencan menahan malu dan itu semua hanya berpura pura supaya mereka tidak berfikiran kalau Aku berpacaran dengan Arkan.

"Lintang, sejak kapan kau begini?" tanya Ghea dengan heran.

"Hei Kau tau anak ini sedang bercanda! entah siapa yang mengajari dia menjadi anak nakal seperti ini!" ucap Arkan dengan menekan nekan dahi ku.

"Hei! Kau tau siapa yang mengajari ku seperti ini? jelas jelas Arkan Samudra yang mengajari ku seperti ini, " ucap ku dengan menunjuk arkan dengan kedua tangan ku.

"Ahahahahah,dasar!" ucap Arkan tertawa terpingkal pingkal.

"Yaudah aku pergi dulu ya," pamit Arkan kepada Ghea dan Jelita.

"Hei! Apa kau tidak berpamit?" kepada ku?" ucap Ku dengan nada Ketus.

"Kalau kamu ingin aku berpamitan kepada mu, maka jangan menjadi anak nakal ya cantik," ucap Arkan penuh penekanan dan tersenyum dengan menepuk pelan kepala ku.

"Cihh," 

"Oke bye, Have a nice day" pamit Arkan dengan melambaikan tangan nya.

"Bye Arkan!" sapa Ghea

"Hati hati di jalan!" sapa Jelita.

Aku hanya tersenyum menatap Arkan yang sudah berlalu pergi.

Tiba tiba Arkan membalikkan badan 180 derajat dan melangkah menghampiri ku.

"Hei! Kenapa kau balik lagi? tidak jadi pulang?" tanya ku polos menatap wajah Arkan yang bingung.

entah kenapa dengan diri nya itu.

"Ingat ya nona Cantik kangan nakal nakal! jaga dirimu baik baik!" ucap Arkan dengan mengelus rambut ku.

"Jangan sampai merindukan diriku," Bisik Arkan tepat di telinga ku dan itu malah membuat seluruh isi telinga ku.

 Seakan sekujur tubuh ini menggigil akibat bisikan Arkan, jantung berdegub kencang kencang pembuluh darahku berhenti detik itu juga.

Arkan berbisik dan mencubit pipiku sambil berlalu pergi melambaikan tangan nya atas.

"Bye!"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status