Share

Crazy • 03

ADAM mengecek pemotretan pakaian musim panas yang sedang berlangsung. Seperti biasa, Diandra tampil mempesona layaknya bidadari yang jatuh ke bumi. Sepertinya, tidak ada masalah apa pun yang perlu ia khawatirkan di sana.

Adam beralih menuju ruang rias, di sana Syila tengah dirias oleh penata rias agensinya. Model barunya ini pun disulap hingga terlihat sangat menawan, kulit putihnya dipadukan dengan gaun pendek berwarna cokelat muda, wajahnya yang memang pada dasarnya sudah cantik, semakin terlihat memikat dan juga ... menggoda.

"Syil!"

Syila menoleh cepat. "Iya, Bang?"

"Gue mau ngomong berdua sama lo." Adam memberi isyarat pada penata rias agar keluar dari ruangan, sebelum ia mulai berbicara dengan model barunya.

"Mau ngomong apa, Bang?" tanya Syila penasaran. Dia cukup takut akan dipecat padahal ia belum sempat mendapat royalti apa pun.

"Lo hari ini berpasangan sama Jake, dia aktor terkenal," jelas Adam pelan-pelan.

Syila mengernyitkan dahi. "Gue tahunya sama aktor doang, Bang. Terus ada masalah, Bang?" tanyanya tak mengerti.

"Si Jake mau lo nemenin dia setelah pemotretan selesai, lo bisa, nggak?" tanya Adam, sedikit berharap kalau Syila mengerti maksud kalimat terselubungnya.

Syila mengangguk. "Nemenin doang, kan, Bang?"

"Maksudnya, iya, gitu." Adam menghela napas kasar. Ternyata ia salah perkiraan. Syila tidak mengerti maksudnya. "Lo harus ngasih tubuh lo ke dia."

Mata Syila melotot sempurna. "Enak aja! Gue nggak mau, Bang! Mendingan gue nggak jadi pemotretan kalau itu orang mintanya aneh-aneh begitu."

Adam menghela napas kasar. "Gue bilangin ke Jake dulu."

"Bang, emang nggak ada cowok lain apa selain aktor kurang ajar begitu? Atau fotonya bareng Abang aja, deh, gue lebih ikhlas daripada harus foto sama orang terkenal, tapi imbalannya harus ngasih tubuh gue buat dia. Idih! Gue bukan cewek murahan kali, Bang!"

"Model-model gue lagi nggak ada di sini, Syil," jelas Adam tampak putus asa.

Akhir-akhir ini, usahanya memang sedikit mengalami penurunan, beberapa modelnya yang namanya mulai besar dengan perlahan keluar dari agensi yang telah membesarkannya.

Adam tidak bisa berbuat banyak, karena kontrak mereka pun sudah selesai, dan mereka bisa bebas ikut agensi mana pun setelahnya.

"Kalau pakai gue sebagai modelnya, gimana?"

Adam menoleh, Syila pun sama. Seorang laki-laki tinggi dengan senyuman manis tampak melambaikan tangan tak berdosa. Rambutnya dipotong rapi, bahkan poni rambutnya melambai dengan indah di sebelah kiri.

"Bayarannya, cukup kasih gue nomor telepon lo aja, deh, gue ikhlas," lanjut laki-laki itu sembari menatap Syila intens.

Adam berdeham keras. "Kapan lo ke sini, Ki?"

"Barusan dan gue langsung masuk sini gara-gara nama cewek itu dipanggil-panggil, tapi nggak ada keluar." Laki-laki yang dipanggil 'Ki' itu menyeringai kecil. "Si Jake tumben-tumbenan mau mainin model?"

"Biasa, namanya juga laki, egonya kesentil dikit, semua kena imbasnya." Adam menghela napas kasar. "Kalau lo mau, gue ganti Jake sama lo."

Senyuman laki-laki itu terlihat semakin lebar dari sebelumnya. Syila memandangi laki-laki itu dari atas sampai bawah, tampak menilai, padahal dia sedang mengingat-ingat apakah mereka pernah bertemu sebelumnya.

"Ah!" teriaknya tiba-tiba yang membuat Adam dan laki-laki itu menatapnya. "Lo yang main jadi Atha di film Memori, kan? Gue inget, gue inget, lo mirip banget sama si Atha itu soalnya."

Laki-laki itu tertawa geli. "Iya, gue yang meranin Atha, lo suka?"

Wajah Syila langsung datar. "Enggak."

Adam bahkan langsung melotot mendengar balasan lempeng seorang Syila pada salah satu teman aktornya yang besar dari agensi ini, Veroga Arizki. Nama Rizki cukup terkenal baik setelah ia memainkan film berjudul "Memori". Film yang sukses membuat penontonnya baper sampai real life.

"Kenapa?" tanya Rizki penasaran.

"Karena Atha jahat banget sama Manda, gue nggak suka Atha." Syila geleng-geleng kepala. "Nggak laik banget pokoknya, nggak laik!"

Rizki tersenyum geli. "Itu kan tuntutan naskah, mau gimana lagi? Maaf, ya?"

Syila mendengkus kecil. "Iya, deh."

Adam berdeham sekilas. "Syil, kalau lo udah kelar riasnya langsung keluar, ya? Pemotretan tunggal dulu, sebelum pemotretan couple. Ki, lo siap-siap sekarang. Gue mau ketemu sama Jake."

"Salamin sama dia, gue kangen," ucap Rizki yang dibalas lambaian tangan oleh Adam.

"Lo kangen sama Jake? Jangan-jangan lo udahbelok, ya?" tanya Syila dengan nada lempeng tak berdosa.

Rizki mendengkus. "Kalau gue belok, mana mungkin gue minta nomor lo buat bayaran jadi model nanti?" Rizki tersenyum tipis. "Jadi, lo udah punya pacar atau belum?"

Syila menggeleng. "Gue nggak mau pacaran dulu sampai umur dua lima."

"Kenapa?"

Rizki mengernyitkan dahi. Dia cukup penasaran, kenapa perempuan secantik Arsyila ini tidak mau pacaran sampai dia umur dua puluh lima tahun?

"Kalau gue punya pacar, gue juga harus siap ditanyain kapan nikah. Iya, kalau pacar gue orangnya bener, kalau ternyata orangnya belok gimana? Bukannya nikah cepet, malah putus di tengah jalan. Jadi, mendingan gue punya pacar dan nikah sama orang yang udah gue kenal baik aja, daripada sakit belakangan, kan? Gue juga yang rugi nantinya, Bang."

Penjelasan mantap itu membuat Rizki menyerah. "Oke." Gue bakal buktiin kalau gue orang terbaik buat lo, Syil, lanjutnya dalam hati.

____

Eeerrr, aku cuma mau bilang ke Jake.

"Kacian deh kamu!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sisie Nur hayati
Rizki vs jake
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status