Share

Bab 5 : Peduli?

Untuk kesekian kalinya Aletta harus menahan sabar menghadapi sikap ketidakpedulian Algara padanya. Gadis itu menatap geram ke arah Algara yang sedang mengobrol dengan Yera. Cowok itu hanya mengantar dan lagi pula tidak mampir. Tapi Aletta dibakar api cemburu. 

"Algara, ngapain di sini?" Aletta bertanya sembari bergantian menatap kedua orang itu. 

"Ngapain lo di sini?" cowok itu malah melempar pertanyaan. 

"Jawab gue dulu!" bentak Aletta, tidak peduli dengan pertanyaan Algara. 

"Apa urusannya sama lo? Mending lo pergi sana!" sahut Yera dengan menatap sinis ke arah Aletta. 

Algara menarik pergelangan tangan Aletta dengan kasar. Cowok itu seakan menyeret Aletta sampai ke motor."Lepasin Algara! Sakit begok!" cetus Aletta, 

"Ngapain lo ke sini segala? bukannya lo pulang bareng sama cowok baru lo itu, ha?!" ujar Algara. 

"Maksud lo apa sih?" Aletta bingung dengan perkataan Algara barusan, apa sih maksudnya dia? 

"Cih," decihan itu membuat Aletta mengernyitkan alisnya, Algara melepaskan cengkeramannya kembali menaiki motor. Algara juga tidak menggubris perkataan dari Yera, yang seakan menyuruhnya pulang dengan hati-hati. 

Cowok itu mengegaskan motornya, melirik ke arah Aletta yang masih terpaku bingung. Algara menghidupkan klaksonnya, menbuat gadis itu terkejut. Maksudnya apa? Aletta langsung naik di boncengan memeluk Algara seperti biasa di depan Yera. 

Wajah bingung itu menjadi ceria kembali, ternyata Algara akan mengantarnya pulang. Tunangan yang baik dan pengertian pada pasangannya. Prett, itu kalau bukan karena kasian mah apa lagi😵. 

"Algara, maksud lo tadi apa sih?" tanya Aletta,"Gue cuma punya lo dan maunya ya elo!" Aletta mengeraskan suaranya sampai telinga Algara berdenging. 

Cowok itu tidak merespon sama sekali. Masa bodo tentang perasaan Aletta, keinginan Aletta untuk hidup bersamanya. Ketidakpedulian inilah yang membuat Algara merasa janggal. Harusnya tidak senang mendengar ucapan Aletta barusan. Tapi, Algara menerbitkan senyum tipis. 

Cie elah. 

***

Makan malam bersama keluarga Alexanders adalah suatu kebahagiaan untuk Aletta. Kebersamaan antara keluarga adalah keinginan terbesarnya. Gadis itu banyak berbicara saat makan, tidak heran lagi. Lisya mengelus rambut Aletta dengan lembut. Gadis seceria ini memiliki beban hidup yang berat.

"Al, kenyangin makannya. Biar nggak sia-sia kamu bantuin tante." ujar Lisya. 

"Kayaknya perut Aletta udah nggak muat,"

"Mom, aku ke kamar ya. Ngantuk." Algara pamit duluan, 

"Yah, padahal aku mau ngajak kamu ke alfamart." lirih Aletta. 

Namun, semua itu hanyalah angan-angannya saja. Jangankan ke alfa, untuk duduk bersama Aletta saja Algara sangatlah malas. Mager, cewek cerewet, ribet dan bar-bar seperti Aletta hanya membuatnya pusing. Algara tidak menggubris sama sekali ia langsung menaiki tangga dengan santai. 

"Algara capek Al, besok siang aja ya." ujar Lisya. 

"Iya tadi kak Alga bantuin Daddy." timpal Kaella. 

"Habis makan istirahat ya, besok pagi aja cuci piringnya."

"Oke tante,"

Seusainya makan malam Aletta menuju kamar atas khusus untuk dirinya. Malam ini ia akan menginap di rumah Algara. Gadis itu menuju balkon kamar, menoleh sebentar ke sebelah kamar Algara. Lampu sudah mati pertanda cowok dingin itu terlelap. Aletta mendengus sabar,"Huft, kapan ya Algara bakal membuka hati?" gumamnya sembari menatap ke arah langit yang bersinar terang bulan. 

Di saat sedang sendirian seperti ini, adalah momen yang paling Aletta tidak suka. Selintas ingatannya ia melihat kejadian yang benar-benar mengerikan. Ia tidak tahu siapa mereka, wajahnya terlihat samar-samar. Aletta saja tidak ingat apa yang terjadi di masa kecilnya. 

"Aw, kepalaku sakit lagi." desisnya sembari meringis pelan, tangannya memijit pelipis kepalanya. 

Sudah malam, waktunya Aletta istirahat saja. Gadis itu pun kembali ke dalam kamarnya. Daripada kepalanya semakin sakit memikirkan memori yang tidak jelas lebih baik tidur. 

****

Di pagi hari yang cerah Algara menyalakan mesin motor besar hitamnya. Sebelum berangkat ke sekolah ia sangat rajin untuk mengelap dan menginclongkan motornya. Orang ganteng, motor pun harus terlihat keren dong. Sembari menunggu Aletta yang sejak tadi belum keluar-keluar setelah sarapan. Cowok itu hanya mendengus, ternyata semalam ia diam-diam memandangi Aletta yang sedang sendirian di balkon. Ada apa dengan gadis itu? 

Seperti ada sesuatu yang aneh. Tidak, tidak perlu tahu apa itu. Algara menghilangkan rasa kepo dan berhenti memikirkan gadis bawel itu. Etsss peduli? 

"Selamat pagi beib, anyeooong." ujar Aletta sembari tersenyum ceria melihat kegantengan tunangannya. 

"Em," respon Algara tanpa menatap ke arah gadis itu. 

"Liat sini dong, udah dandan cantik nih buat kamu." 

"Berisik."

"Yaelah, cuma bilang doang sayang ih." Aletta berdiri di hadapan Algara, gadis itu ingin memegang poni ala cowok dingin yang pintar sekali membuat matanya terpesona. Ciahh

Baru akan memegang tangannya sudah di tepis oleh Algara. Cowok itu menatap tanpa ekspressi, kemudian menunggangi motor besarnya. "Buruan naik!" perintahnya. 

"Aaah, siapp." tak peduli dengan tepisan Algara barusan, gadis itu pun melakukan hal seperti biasa. 

"Bisa nggak, nggak usah terlalu mepet. Engap rasanya." cetus Algara sebelum melajukan motornya. 

"Sa ae lu yang, enak gini tauk!"

Aletta merenggangkannya, menjahili Algara memang kesehariannya dan berakhir terkena cetusan cowok itu. 

Di tengah perjalanan yang ramai, banyak orang yang melakukan aktivitasnya di pagi hari. Membuat jalanan harus macet, lagi-lagi Algara mengeluarkan jurusnya untuk nyalip-nyelip agar cepat sampai sekolahan. Karena Aletta tidak memakai Helm, rambutnya pun sedikit berantakan.

"Duh, rambut akoh berantakan yang." rengeknya manja sembari mencoba merapikan rambut. 

"Nggak usah banyak gerak, pegangan aja!" perintah Algara, karena ia sedang nyelip-nyelip di jalanan kecil. 

"Iya, iya." Aletta kembali memeluk Algara dengan erat. Polusi udara yang membuat resah, Aletta diharuskan memakai helm.

Akhirnya mereka bebas dari jalanan macet, dan melaju dengan kecepatan lumayan. 

***

Pelajaran matematika sudah dimulai, Aletta yang memang cewek paling tidak menyukai pelajaran ini terpaksa ia harus suka. Karena apa? Gurunya tuh ganteng pake banget. Bisa banget bikin senam jantung. Bapak Cahyo memberikan beberapa tugas untuk semua muridnya di kelas X².

"Huft, bengek banget banyak tugas." gerutu Meira sembari membuka buku paket dengan kasar.

"Emang kerjaan lu ngapain sih?" tanya Aletta tidak setuju dengan gerutuan sahabatnya. 

"Mager, pusing tau Al."

"Dari pada Daring cuk, sekolah online itu nggak enak."

"Em, iya juga sih."

"Eh Aletta, lo tau nggak? Kalau hari ini tuh acara pendaftaran Dancer club gitu. Lo mau ikut nggak? Gratis kok." ujar Meira memberikan kabar gembira untuk Aletta. Karena Aletta sangatlah suka menari serta Dance juga ia menguasainya. 

"Lo serius? Mau banget dong, tapi nanti deh mau izin dulu sama papa." ujar Aletta. 

"Jangan sampai nggak daftar, ini kesempatan lo Aletta." Meira memberikan support sahabatnya, gadis itu menepuk pundak Aletta pelan. "Lo pasti bisa!" 

Aletta mengulum senyum, mendapat support satu orang saja ia semangat apa lagi  dari keluarga. Pasti Aletta semakin semangat dan orang paling bahagia di dunia ini. 

***

Di jam istirahat Aletta menunggu seseorang di depan kelas. Ya siapa lagi kalau bukan Algara, biasanya lewat depan kelas X² jadi Aletta sengaja menunggu. Cewek itu memainkan ponselnya untuk menghilangkan jenuh. 

Brakkk! 

Suara tendangan kaki mengenai pintu kelas membuat Aletta tersentak kaget. Gadis itu menatap ke arah cewek berambut pendek serta muka sok kecakepan. Siapa lagi kalau bukan Yera. Aletta memasukkan ponselnya ke dalam saku. Cewek macam ini perlu di kasih pelajaran. 

"Heh, bocil jangan sok-sok'an lo di sekolah ini. Semakin hari semakin sok cantik lo ya!" cetus Yera memandang tidak suka pada Aletta. 

"Oh ya? Padahal emang cantik deh. Kenapa? Lo iri sama kecantikan gue?" balas Aletta tak  kalah songong sembari menggibaskan rambutnya. Cewek itu tidak ada perasaan takut malah seakan menantang Yera. 

"Eh lo songong banget sih jadi cewek!" salah satu teman Yera mendorong pundak Aletta.

"Tau nih, adik kelas sok kecakepan!"cetus Yera. Cewek itu benar-benar tidak menyangka kalau Aletta akan menantangnya. Ia kira nyalinya ciut ternyata lebih bar-bar darinya. 

"Haduh, kasian amat kalah cakep sama gue. Udah cakep dari orok!" sombong Aletta seraya melipatkan kedua tangannya di atas dada. Tak lupa dengan gaya menyungging senyum tipis. 

"Gue ingetin ya sama lo, jangan pernah lo deketin Algara lagi! Asal lo tau, gue sama Algara lagi PDKT!" tanpa malu Yera mengatakannya, tentu membuat Aletta terkekeh geli. Ternyata Yera melabraknya hanya karena ingin memberi peringatan. 

"Lo kira gue peduli? Status lo aja enggak jelas sama dia. Mau ngancem gue?" tantang Aletta. 

Yera mengikis jaraknya semakin dekat, tatapan sinis serta tajam itu semakin membuat Aletta ingin menculeknya (mencolok) kalau Aletta mengatakan hubungannya dengan Algara. Mereka pasti akan terkejut dan berusaha memisahkan. Tidak, biarkan saja Aletta menanganinya dengan cara lain. Apa itu? 

"Cewek macam lo bukan tipe Algara! Berharap itu sakit say, apa lagi mengklaim pacar orang. Hadoooh, ngakak guling-guling tapi nggak ada tempat." ujar Aletta kemudian berakhir berdecih. 

Brukkhh 

Yera geram, kedua tangannya tak kuasa menahan cekalan yang sejak tadi mengepal. Ucapan Aletta membuat darahnya naik, Aletta tidak jatuh ke lantai ia hanya sedikit terdorong ke belakang setelah Yera mendorongnya cukup kasar. 

Saat tangan Yera akan menampar Aletta, tangan itu tertahan di udara. Tangan Aletta mampu menahannya, ups! Yera kalah. 

"Lo mau nampar gue?" tanya Aletta wajah itu berubah menjadi culas, "Anak sekolah macam apa lo? Bertahun-tahun sekolah tapi nggak tau kalau main tangan itu pelanggaran! Cih,"

"Satu lagi, jangan pernah lo berharap sama Algara! Karena dia cuma milik gue! Ngerti?" Aletta menghempaskan tangan Yera sampai cewek itu ikut terhempas mengenai kedua temannya yang ada di belakang. 

Aletta pergi begitu saja meninggalkan Yera serta pasukannya. 

To be contineud. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status