Share

Dan Kini Kamu Meninggalkan aku.

Bagaimanapun juga, Gea berniat ingin segera menghubungi Dita, agar Dita tidak menggunakan kesempatan itu untuk mencuri dan menjual sertifikat rumah, tanpa sepengetahuannya. Karena setalah Nenek meninggal, Dita terlihat selalu curi-curi waktu untuk mengambil surat-surat penting rumah yang mereka tinggali. 

Tar....

Suara gelas jatuh tersenggol lengan Gea. Karena suara pecahan gelas yang lumayan keras, Pak Zaka dan Vella terbangun dari tidurnya. Gea yang panik langsung pura-pura melanjutkan tidurnya lagi. Sayang, Pak Zaka dan Vella sudah memergoki Gea sadar.

"Masih mau pura-pura tidur? Bangun!" ucap Pak Zaka sedikit agak tegas. "Em, apakah pacarku ini, menginginkan vitamin ciuman dariku?" goda Pak Zaka mencubit hidung Gea. 

"Saya bangun. Haha iya, saya sudah bangun kok, Kak. Ada apa? Gimana?" kata Gea langsung bangkit ketika mendengar bahwa dirinya hendak di cium. 

Sedangkan, di ruangan itu masih ada Vella yang mendengar kemesraan mereka. Vella berjalan mendekati Gea. Ada pertanyaan yang mengganjal dipikirannya. Sejak semalam, saat Gea harus menjalani transfusi darah. 

"Ge, aku boleh tanya sesuatu, nggak? Tapi, kamu harus jawab jujur, ya?" kata Vella menggenggam tangan Gea. 

"Boleh. Kak Vella mau tanya apa?" jawab Gea dengan senyuman. 

"Darah kita memiliki kecocokan 98%. Sedangkan darah kita ini termasuk dalam darah yang langka. Sebenarnya, kamu ini siapa? Dimana keluargamu?" tanya Vella. 

"Aku siapa? Haha, semalam kita sudah kenalan kan, Kak? Aku Gea Gladys, umur 18 tahun, siswi ya Pak Reza. Pacarku," jawab Gea. 

"Maaf sebelumnya. Ini masih buat aku bingung, soalnya. Boleh nggak, kalau aku ketemu sama orang tuamu? Atau minimal, satu dari keluargamu gitu." Vella mengira jika Gea ini adalah adiknya yang hilang. 

Bingung dengan apa yang akan ia jawab dari pertanyaan Vella. Gea terdiam, ia berpikir kenapa Vella menanyakan tentang orang tuanya. Bahkan, tatapan Vella kepada Gea juga berbeda. Ada semacam sedih, gelisah dan juga khawatir tentunya. 

Gea sendiri bahkan juga tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Jika mengingat semua itu, Gea menjadi sedih karena ia masih berpikir kalau dirinya di buang dan tidak diinginkan. 

"Kamu apa-apaan, sih? Gea baru saja sadar dari masa kritisnya. Jangan karena darahmu sama dengannya, kamu berfikiran yang bukan-bukan, deh!" Pak Zaka yang tak suka dengan cara Vella bertanya pun membuatnya tidak nyaman. 

"Tapi ini aneh, Zaka. Darah yang dia miliki sama dengan darah aku dan Papaku. Dan perlu kamu ketahui, darah kita sangat langka, adapun hanya beberapa dan itu harus ada silsilah dari keluarga besar pihak Papaku," jelas Vella. 

"Dan maaf, saat kamu menggendong Gea semalam. Aku melihat ada tanda lahir.. maaf, di atas pantat. Itu bukan sebuah kebetulan, karena kamu benar-benar mirip dengan adikku yang hilang saat di rumah sakit," imbuhnya. 

Kebingungan melanda pikiran Gea. Ia berkhayal jika tiba-tiba Vella mengatakan bawa dirinya adalah kakak kandungnya. Tapi, Gea sadar. Jika tidak mungkin dirinya adalah adiknya yang hilang di rumah sakit. Meski dirinya memang terlahir di rumah sakit.

"Gea di jawab, dong. Aku butuh bertanya dengan orang tuamu, atau keluarga kamu yang lain. Dimana meraka? Kenapa saat kamu tidak pulang semalaman, tak ada yang menelpon kamu sama sekali," desak Vella. 

"Buat apa lu tanya dia? Dia bukan adek kandung gue. Dia juga hanya anak pungut, kok. Dia dibuang oleh orang tuanya saat bayi. Nama dia, juga nama ibunya, karena Nenek gue yang selalu menyayanginya tak memiliki nama yang indah untuknya!" tiba-tiba Dita datang dan bicara dengan ketus. 

"Eh anak pungut, nggak usah balik lagi deh, lu ya. Gue ogah kebebanan lu mulu!" imbuhnya. 

"Kak, tapi, 'kan...." ucap Gea. 

"Mulai hari ini, rumah itu udah resmi gue jual. Lu, jangan harap ketemu gue lagi, bye!" Dita melempar semua barang milik Gea. Termasuk gelang tangan bernama Gea Gladys.

Gea sangat menyayangkan sifat kakak angkatnya. Ia juga begitu kesal, hidupnya dari dulu memang seperti itu, tidak ada yang menginginkannya hidup. Bahkan sejak bayi pun dirinya sudah dibuang. Di sekolah juga sering di bully. Bahkan, dimata masyarakat juga Gea selalu dinilai buruk. 'Gadis pembawa sial'

Sekarang, hal berharganya hanya kotak hitam itu yang ia buat menyimpan semua benda berharganya. Yakni, identitasnya ada dalam kotak itu. Baju bayi, nama di gelang, sepatu dan bandana juga ada dalam kotak itu.

"Sayang.. Ge, are you oke?" Pak Zaka membelai rambut Gea dengan lembut. 

"Saya baik-baik saja. Memang sudah sejak dulu, saya tidak pernah diinginkan oleh siapapun. Bahkan, orang tua saya saja tidak menginginkan kelahiran saya," jawab Gea berusaha menenangkan dirinya. 

"Setelah kamu sembuh, kamu bisa tinggal denganku. Tenang saja, anggap saja.. aku adalah keluargamu," ucap Vella memberi harapan baru bagi Gea.

"Tapi Kak, bagaimana dengan Oma? Bukankah dia nggak suka adanya orang luar, ya? Oma kamu kan sangat menyeramkan. Ya.. maksudnya tiba-tiba Gea ikut kamu gitu.. kan aneh," sahut Pak Zaka.

"Adik ipar, Oma pasti akan menuruti semua kemauanku, tenang saja. Oma, pasti akan memperbolehkan Gea tinggal, kok." jawab Vella. 

Mendengar kata "adik ipar" dari mulut Vella membuat Gea bingung. Gea ternyata belum tahu jika Vella adalah gadis yang dijodohkan oleh kedua pihak keluarga dengan Kakak Pak Zaka. 

"Tunggu.. adik ipar? Dan Kak Zaka nyebut Kak Vella, dengan sebutan kakak? Ah, aku jadi bingung," sela Gea. 

"Eh, iya aku lupa memperkenalkan diri. Zaka ini, adik dari calon suami, aku dijodohkan dengan kakaknya, oleh keluargaku," jelas Vella. 

"Ha? Dijodohkan? Terus kakak mau gitu?" tanya Gea. "Ya maksudku, ini sudah modern, kenapa harus ada perjodohan pula?" imbuhnya. 

"Ya harus bagaimana lagi, perjodohan bisnis, Ge. Biasa itu, mah. Tapi usia Kakaknya Zaka sudah 30 tahunan, sih. Jadi, ya semoga saja bisa momong aku, yang usiaku baru menginjak 24 tahun ini," lanjut Vella. 

     ****

Malam semakin larut. Pak Zaka 0amit untuk pulang lebih dulu. Baru saja, ia mendapat kabar jika Kakaknya masuk rumah sakit lagi. Ge aku ga mempersilahkan Vella jika ia ingin ikut pulang bersama dengan Pak Zaka. 

Namun, mendengar Kakaknya Pak Zaka di rawat di rumah sakit yang sama dengannya. Vella tetap akan menemani Gea sampai orang tuanya hadir. Karena Vella juga akan menunggu hasil DNA Gea dan dirinya malam itu juga. 

Meski kakaknya di rawat di rumah sakit yang sama dengan kekasihnya, Pak Zaka tetap pulang lebih dulu untuk mandi dan berganti pakaian. Sementara itu, Gea menceritakan banyak hal kepada Vella. Mereka sangat cepat akrab, seperti kakak beradik yang sudah lama tidak bertemu. Sekali bertemu menjadi akrab seperti itu. Terlebih lagi, Vella sangat perhatian kepada Gea. 

Tak tanggung-tanggung lagi, Gea juga bercerita tentang rasa cintanya kepada Pak Zaka. Ia juga menceritakan kalau dirinya dan Pak Zaka baru saja resmi berpacaran. Tapi mereka menjalin hubungan secara diam-diam karena Pak Zaka seorang guru dan dirinya hanyalah seorang siswi.

-oOo-

Pagi hari ketika Gea terbangun. Ia mendapati dirinya tengah sendirian, Vella sudah tidak ada di sampingnya. Semakin siang, Gea sudah merasa bosan, Pak Zaka belum juga menghubunginya sejak semalam. Gea juga tidak tahu, Pak Zaka pulang dengan selamat atau tidaknya. Ia sudah sangat merindukan Pak Zaka sejak semalam. 

Merasa janggal, Gea pun membuka ponselnya. Betapa terkejutnya Gea, ada berita yang membuat hatinya sakit, sakit sesakit sakitnya. Rasanya sama ketika Kakek dan Nenek angkatnya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. 

[Ge, lu kemana? Katanya lu sakit, ya? Lu tau nggak, kalau Pak Zaka kecelakaan dan meninggal saat di perjalanan ke rumah sakit] 

[Ge, lu kemana? Jawab, dong chat gue! ]

Begitu banyak juga panggilan dari Leni dan juga Azka. Bukan hanya panggilan, pesan masuk juga banyak dari kedua sahabatnya. 

Seketika, semuanya membuat dadanya semakin sesak. Gea tak percaya dengan kabar itu. Ia pun mencoba menghubungi ponsel milik Pak Zaka. Ponselnya aktif, namun tak di angkat sama sekali oleh Pak Zaka. 

Gea mencoba mencari informasi lagi tentang berita itu. Rupanya benar, semua guru dan teman sekolahnya mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Pak Zaka semalam. 

Beberapa menit kemudian, Vella masuk membawakannya makanan. Gea yakin jika Vella mengetahui kabar meninggalnya Pak Zaka. Apa lagi, dia adalah calon kakak iparnya. 

"Di mana, Pak Zaka? Kenapa sampai jam segini belum juga menjengukku?" tanya Gea. 

"Dia.. dia ya ngajarlah, Ge. Kemana lagi? Dia kan seorang guru, jam segini pasti masih di sekolahan," jawab Vella gugup. 

"Oh, masih mengajar. Aku juga berharap begitu. Tapi, kenapa ada berita seperti ini, Kak. Jawab aku!" teriak Gea. 

Tak tega melihat Gea menangis seperti itu, Vella yang awalnya diam saja langsung memeluk Gea. Vella sengaja tidak memberitahu hal itu karena Gea baru saja terluka hatinya. Ia terluka fisik dan terluka batin oleh Kakak angkatnya yang mengusir dirinya. Lalu, Vella mana tega untuk menyampaikan berita duka itu. 

Gea merasa tidak berharga sama sekali. Ia marah, sedih, dan menyesal. Ia merasa bersalah karena dirinya harus masuk ke rumah sakit. Jika malam itu mereka langsung pulang, Gea pasti merasa jika Pak Zaka tidak akan kecelakaan dan meninggal.

"Sabar Ge, kamu harus sabar. Zaka pun pasti sedih jika melihat dirimu yang seperti ini. Kamu harus kuat, masih ada aku di sini," ucap Vella memeluk Gea. 

"Kenapa Tuhan nggak adil padaku, Kak." kata Gea menyandarkan kepalanya ke pelukan Vella. 

"Tuhan tidak menyayangiku, aku jalankan semua perintahnya, dan aku hindari semua larangannya. Tapi kenapa dia mengambil orang-orang yang aku kasihi, Kak. Kenapa semua orang meninggalkanku, aku benci dengan diriku yang tak berguna ini!" Teriak Gea histeris. 

Gea benar-benar terpukul. Dia merasa jika dirinya akan hidup hampa sendirian. Gea telah dibuang orang tuanya, ditinggal Kakek Nenek angkatnya yang selama ini merawatnya, lalu diusir oleh Kakak angkatnya juga. Dan sekarang, ia harus terima kenyataan bahawa cintanya juga pergi untuk selama-lamanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status