Share

Kak Ale

Gea merasa sangat terpukul, ia telah di buang orang tuanya, lalu rumahnya di jual oleh Kakak angkatnya. Lalu sekarang, ia harus bisa merelakan laki-laki yang dicintanya, pergi untuk selamanya. Padahal, ia baru saja merasakan keindahan kasmaran berdua. 

----------------------------------

Hari itu juga, Gea meminta Vella untuk segera membawanya pulang. Ia ingin sekali pergi ke makam Pak Zaka. Begitu sangat merindukan sosok lelaki yang ia cintainya. 

Sebenarnya, Gea belum diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Namun, ia ingin menghadiri dan mengantarkan Pak Zaka ke peristirahatan terakhirnya. Mau tidak mau, Vella mengabulkan permintaannya atas izin dokter tentunya. 

Di sana sudah banyak kerabat Pak Zaka, para guru dan siswa-siswi. Melihat semuanya telah datang, Gea baru percaya jika Pak Zaka memang sudah pergi jauh dan tak akan kembali kepadanya. 

Leni pun mendekat dan memeluk sahabatnya itu. Ia juga berbisik, "Ge, lu yang sabar, ya. Juga semua tahu lu sangat kehilangan. Apalagi.. lu dan Pak Zaka baru aja jadian."

Gea hanya diam saja, penglihatannya tak pernah berkedip menatap jenazah Pak Zaka yang akan di kebumikan. Pandangannya sayu, tubuhnya juga sangat lemas. Bahkan, air matanya juga sudah tak lagi bisa menetes. 

"Ge, kita kembali ke rumah sakit, yuk." ajak Vella dengan lembut. "Biarkan Zaka pergi dengan tenang, aku juga ingin mengenalkan kamu kepada orang tuaku," imbuhnya. 

"Iya, Kak." jawab Gea singkat. 

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit juga terlihat Gea hanya terdiam dengan tatapan mantan uang kosong. Vella merasa ini tidak adil bagi Gea. Akan tetapi, mau bagaimana lagi? Semuanya sudah menjadi takdir Pak Zaka kembali kepada pelukan sang Kuasa secepat itu. 

Manusia bisa saja berencana. Namun nasib dan takdir hanya Tuhan yang menentukan. Vella berencana untuk memberitahu hasil tes DNA yang ia ambil semalam. 

Hasil tes itu menunjukkan jika Gea ini memang adik kandung dari Vella. Bayi yang ditemukan oleh sepasang pasangan orang tua itu, bukanlah bayi buangan. Namun, bayi yang hilang dari rumah sakit. 

"Pa, Ma. Perkenalkan, dia adalah Gea. Gadis yang aku ceritakan tadi pagi kepada kalian," ucap Vella memperkenalkan Gea kepada orang tuannya. 

"Hallo, Gea. Perkenalkan, nama saya juga Gea Gladys. Kita memiliki nama yang sama, ya. Tapi, panggilan Ma, eh saya Gege," ucap Gege, Mamanya Vella menahan air matanya agar tidak menetes.

Mama Gege sendiri juga sudah tahu jika Gea adalah putrinya yang hilang waktu masih bayi di rumah sakit. Gea hanya tersenyum menyambut kedua orang tua Vella. Ia juga membalas salam dengan santun kepada kedua orang tuanya. 

Perlahan, Vella membawa Gea masuk ke ruangannya dan meminta kedua orang tuanya untuk pulang lebih dulu. Karena keadaan Gea saat ini sedang tidak bisa di temui. 

Siang itu, Gea merasa bosan di dalam kamar sendirian, sedangkan Vella sedang keluar mencari makan. Karena merasa jenuh, Gea pun berniat untuk jalan-jalan di sekitar luar kamarnya. 

Ketika di depan salah satu kamar rawat inap juga, ia mendengar suara orang mengerang kesakitan. Rasa penasaran Gea meningkat karena suara itu semakin keras. Gea pun memberanikan diri untuk masuk ke ruangan itu dan melihat siapa yang ada di dalamnya. 

"Seharusnya, ada yang jaga. Kenapa sampai kesakitan seperti itu tidak ada keluarganya yang menjaganya?" gumamnya. 

Akhirnya Gea tahu siapa yang mengerang kesakitan itu. Seorang lelaki bertubuh bidang dan tinggi yang terbaring di sana. Semakin mendekat, Gea merasakan jantungnya berdebar dan sejak di dada. Bahkan, terasa dirinya susah akan bernafas. 

"Kenapa dadaku sesak sekali, jantungku terasa sangat sakit. Aku merasa sedang patah hati yang teramat dalam," gumamnya lagi. 

"Siapa laki-laki ini? Dia sangat tampan, putih, tinggi, tapi terlihat sudah berumur 30-an, siapa dia? Mengapa aku merasa kasihan kepadanya?" imbuhnya. 

Semakin penasaran saja, Gea mendekati pria itu. Saat tangannya tak sengaja bersentuhan dengan tanya pria itu, Gea sedikit terkejut. 

"Tak seharusnya aku di sini, sebaiknya aku pergi!" serunya. 

Saat Gea hendak pergi, pria itu memegangnya dengan sangat kencang. Tubuhnya mulai bergetar, seketika Gea pun hendak meminta tolong.

"Hah kenapa dia memegangku? Tolong suster.. Dokter, tolong siapa pun yang ada diluar. Tolong aku!" teriak Gea ketakutan.

Tidak lama setelah itu, keluarga dari pria itu datang bersama dengan Dokter dan beberapa perawat. Namun, tangan pria itu seperti enggan melepas tangan Gea. Pria itu seakan tak ingin Gea pergi dari sisinya. 

"Mohon mbak keluar dulu, ya. Biarkan kamu yang menangani pasien," pinta salah satu dari perawat itu.

"Iya tapi ini tanganku tidak bisa di lepas, Sus. Cengkramannya terlalu erat, bahkan ia menyakiti pergelangan tanganku," jelas Gea menunjukkan tangannya.

"Dokter, jantung pasien normal. Semuanya juga normal, ini keajaiban, Dok. Tapi, mengapa sekujur tubuhnya berkeringat dingin?" tanya perawat lain.

"Ini mustahil. Sebelumnya, dia belum bisa apa-apa. Bahkan Jatung adiknya pun ditolak oleh tubuhnya. Siapa kamu sebenarnya, dan apa hubungan kamu dengan, Ale?" tanya dokter Bams, sahabat dari pasien pria yang bernama Ale itu. 

"Saya nggak kenal dia, Dok. Beneran, saya nggak kenal, Tuan Ale ini," jawab Gea.

Dokter Bams meminta para perawat melepas alat-alat yang terpasang di badan Ale. Ketika Dokter akan keluar, orang tua dari Ale masuk dengan wajah yang panik. 

"Tante," sapa Bams. 

"Bams, bagaimana keadaan Ale? Apakah jantung adiknya menolak lagi?" tanya Mama Seri, ibu dari Ale dan Pak Zaka. 

Ya! 

Ale adalah kakak dari Pak Zaka, pacar Gea yang baru saja meninggal. Jantung yang ada di tubuh Ale adalah jantung dari Pak Zaka. Mungkin, itu sebabnya tangan Ale mendapat reaksi dari jantung Pak Zaka saat Gea berada di sampingnya. 

"Syukurlah, Tante. Ale, keadaannya sekarang lumayan membaik dengan cepat berkat anak kecil ini, Tante!" tunjuk Bams. 

"Kamu siapa? Apa kamu pacar Ale?Tapi, sepertinya, kamu masih kecil. Siapa kamu?" tanya Mama Seri. 

"Gea, kenapa kamu di sini? Kamu kan masih sakit. Kok lenganmu bisa berdarah, sih? Bagaimana bisa?" tanya Vella panik. 

"Loh Nak Vella? Kamu di sini juga? Lalu, kamu juga kenal dengan anak ini?" tanya Mama Seri. 

"Maaf Tante, dia adik saya. Namanya Gea. Ge, tanganmu berdarah, loh. Lukamu pasti terbuka lagi," Vella sangat khawatir kepada Gea. 

"Tuan yang berbaring ini mencengkram tanganku dengan erat. Ketika aku ingin melepasnya, malah semakin erat. Aku berusaha terus, Kak. Sampai lukaku terbuka kembali," jelas Gea. 

"Kamu terluka di lengan, Nak?" tanya Seri kepada Gea ikut panik. "Vella, dia...?" tanya Mama Seri curiga jika Gea adalah adik Vella yang hilang. 

Gea mengangguk seraya mengedipkan matanya. Sepertinya, Vella juga sempat menceritakan siapa Gea bagi Pak Zaka di masa hidupnya. Vella menceritakan siapa Gea sebelum operasi Ale berlangsung. 

Vella juga mengatakan, bahwa Gea lah yang membuat kepribadian Zaka menjadi lebih periang dan ceria dari sebelumnya. 

Setelah mengetahui siapa Gea yang sebenarnya, Mama Seri memepersilahkan Gea untuk tetap di ruangan itu. Seri merasa, mungkin karena jantung Zaka-lah yang membuat Ale menggenggam erat tangan Gea. Karena bagaimanapun juga, yang ada pada tubuh Ale, milik Zaka. 

"Kamu duduk saja di sini, biarkan Ale memegang tanganmu sebentar, lukamu biarkan perawat yang mengurusnya," pinta Mama Sari. 

"Siapa nama Taun ini, Nyonya?" tanya Gea. 

"Panggil saja Tante, sama seperti kakakmu memanggil tante. Namanya Ale, kenapa?" jawab Mama Seri. 

"Tuan Ale, aku mohon lepaskan tanganku. Aku kesakitan karena lukaku terbuka lagi. Bolehkan, kamu melepaskan aku sebentar saja?" bisik Gea. 

Keajaiban, Ale melepas genggamannya. Secepatnya Gea berlari dengan menahan rasa sakit karena lukanya terbuka. Ia heran, kenapa pria itu memegang erat tangannya. Vella menyusulnya ke kamar, ia menceritakan tentang siapa pria itu. Namun, Vella tak sampai hati, 

"Ge, kamu duduk dulu, ya. Aku akan panggil suster untuk membalut lukamu," ucap Vella. 

Rupanya, di dalam sudah ada Mama Gege dan Pak Yoga. Mereka sudah menunggu Gea beberapa waktu yang lalu. Vella menyuruh Mama Gege untuk merawat Gea sebentar sampai dirinya kembali bersama suster. 

"Tante, dan Om di sini juga? Ada hal apa? Oh, kan calon menantu kalian ada di samping, kenapa aku masih bertanya, ya. Maaf ya, Om, Tante ...." celetuk Gea sembari mengetuk kepalanya sendiri. 

"Sus, tolong perban ulang lengan dik saya, ya. Kemungkinan, lukanya terbuka lagi, deh!" punya Vella.

Gea terkejut dengan sebutan 'adik' dari Vella. "Kak Vella panggil aku, adik?" tanya Gea. 

Vella menatap kedua orang tuanya. Mereka mengangguk pelan. Lalu, Vella mengatakan jika dirinya memang kakaknya, dan kedua orang tuanya juga orang tua Gea. 

"Kak … Kak Vella memang menganggapku sebagai adik. Ok, masih bisa diterima. Tapi, mereka ini orang tua kakak, bukan orang tuaku. Kakak jangan berlebihan, deb. Aku kan jadi nggak enak hati," ujar Gea. 

"Kamu memang adik kandungku, mereka orang tua kandungmu. Coba baca hasil tes DNA ini. Semua sudah terbukti dengan jelas kalau kamu adikku yang hilang di rumah sakit, Gea!" seru Vella sembari memberikan kertas hasil tes itu. 

"Ge, selama ini kami telah mencarimu kemana-mana. Mama, Papa dan aku menghabiskan separuh waktu kami untuk mencarimu," imbuhnya. 

Gea menatap Mama Gege dan Yoga. Mereka meneteskan butiran air matanya. Nampak sekali dari raut wajah mereka, jika memang mereka kehilangan Gea, bukan sengaja membuang. 

Tak mempu lagi menahan air matanya lagi. Gea masih tidak percaya jika dirinya bisa bertemu dengan keluarga kandungnya yang telah ia cari juga selama ini. Mereka semua berpelukan melepas rindu yang selama ini mereka pendam. 

Disisi lain, ada Nenek mereka, ibu dari Yoga yang akan sulit menerima kehadiran Gea. Pada kenyataannya, sejak awal yang tidak pernah menginginkan Gea, adalah Neneknya. Ia menginginkan cucu laki-laki, maka dari itu Gea di buang oleh Neneknya sendiri di samping tempat sampah. Lalu, ada seorang wanita gila yang membawa bayi Gea dan menaruhnya di depan toko. 

"Percayalah, kita tidak pernah membuangmu, Nak. Kamu hilang, saat Mama kembali dari rumah sakit ... kami sudah tidak ada lagi di box," ucap Mama Gege. 

"Papa juga sudah mencari kesana-kemari. Tapi, hasilnya nihil, Nak.. Maafkan Papa, ya ...." imbuh Yoga. 

"Besok Gea sudah pulang. Sebaiknya, Papa dan Mama bujuk Nenek. Jangan biarkan Nenek tidak menyetujui kembalinya Gea," ucap Vella kepada orang tuanya. 

"Iya, Papa janji akan membuat Nenekmu menerima Gea," janji Yoga. 

"Kami pulang dulu, ya. Sampai bertemu lagi besok, Gea ...." pamit Mama Gege. 

Gea masih belum mengerti mengapa mereka harus menyakinkan Neneknya. Dengan sabar Vella menceritakan sifat Neneknya itu kepada Gea. Sisi baik dan buruk semua Vella ungkap, agar Gea tidak kaget saat bertemu dengan Neneknya. 

------------------

Malamnya, Gea teringat akan pria yang berada di sebelah kamarnya. Ia masih bingung kenapa dirinya bisa di genggam erat oleh pria itu. Lalu, kenapa juga pria itu melepaskan dengan mudah ketika ia memintanya.

"Pak Zaka ... aku sangat merindukanmu." hembus Gea mulai memejamkan matanya. 

Sinar mentari pagi sudah menyambut Gea dengan hangat. Vella juga sudah mengurus semua barang-barang milik Gea. Terlihat seorang pria lagi di samping Vella yang membuat Gea harus bertanya. 

"Kak, dia siapa?" tanya Gea. 

"Oh, dia ... pa-pacar aku, Ge," jawab Vella gugup. 

"Tapi, bagaimana dengan pria yang ada di sebelah, jika dia ini pacaran kakak?" tanya Gea sedikit terkejut.

Tiba-tiba, Vella menangis tersendu-sendu. Entah apa alasannya, tapi melihat kakaknya menangis, Gea menjadi merasa bersalah. Dan mungkin tak seharusnya, Gea menanyakan urusan pribadi kakaknya. 

"Kak, aku minta maaf jika pertanyaanku menyinggung perasaan, Kak Vella," sesal Gea.

"Kenapa kamu minta maaf? Kamu nggak salah, kok. Kami sudah pacaran sejak kuliah. Perjodohan dengan Ale hanya perjodohan keluarga saja, dan aku ingin lepas dari perjodohan itu." jelas Vella. 

Gea terdiam. Memang tak seharusnya ia ikut campur masalah Vella. Karena pria yang katanya pacaran Vella ini mengatakan sudah mengurus administrasi, jadi Gea sudah bisa pulang saat itu juga. 

"Aku udah urus semua administrasinya. Sekarang, Gea sudah bisa dibawa pulang." ujar pria itu. 

Namanya, Aldi. Teman kuliah Vella sekaligus pacarnya. Vella pun memapah Gea secara perlahan keluar. Sementara, semua barang Gea dibawa oleh Aldi. Sampai di depan kamar Ale, Gea berhenti sejenak. Ia masih penasaran dengan siapa Ale itu. Mengapa Ale menggenggam tangannya.

"Ada apa, Ge? Ada yang ketinggalan?" tanya Vella. 

"Kak, aku boleh lihat pria itu lagi, nggak? Dia kakaknya, Pak Zaka, 'kan? Aku masih penasarannya dengan dia, Kak. Sebentar saja," pinta Gea.

"Emm … sebentar saja, ya. Takutnya, keluarga Kak Ale datang dan tahu Kak Aldi ada di sini," ucap Vella.

Gea mengangguk dan segera masuk ke kamar Ale. Ia masih penasaran, kenapa. perasaannya begitu sakit melihat Ale terbaring seperti itu. Karena, sampai sekarang, Gea belum tahu jika Pak Zaka mendonorkan jantungnya untuk Ale, kakaknya. 

"Ge, Gea. Tolong, Ge. Jangan pergi, Ge ... jangan pergi ...." gumamnya. 

" .... "

"Heh, kok Kakaknya Pak Zaka tau namaku, sih?" 

Terlihat tangan Ale bergerak, dan matanya terbuka. Ale langsung melihat ke kanan kiri. Melihat ruangan itu, ia merasa sudah tidak asing lagi barunya. Ia pun melihat Gea ada si sisinya. Ale terkejut, melihat wanita yang ada dalam mimpinya sudah ada di sampingnya. 

"Siapa kamu?" tanya Ale. 

"Aku Gea, Om," jawab Gea. 

"Gea siapa? Kenapa wajahmu sama dengan wajah wanita yang ada di mimpiku?" tanya Ale lagi. 

"Kak Ale, memimpikan aku?"

"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu datang dalam mimpiku!" teriak Ale. 

"Hey, Om tuh lagi sakit. Kenapa harus ngotot sih ngomongnya? Maaf ya, Om … tapi aku benar-benar tidak mengenal siapa Om ini, permisi!" ketua Gea pergi meninggalkan Ale. 

"Dasar bocah!" teriak Ale. 

"Bodo amat!" Gea pun tak mau kalah. 

Gea bergumam dalam langkahnya, Vella pun bertanya kenapa ia membuat Ale marah, dan satu jawaban yang Gea berikan. "Bodo amat!" Melihat adiknya sedang matahari membuat Vella hanya tersenyum, karena baginya, itu sangat lucu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status