Share

KTP - 1

Peep! Peep! Peep! 

Bunyi patient monitor terasa begitu mencekam, seperti berada dalam rumah hantu. 

Gerald hanya bisa menepuk punggung istrinya yang baru saja siuman dari pingsan karena mengetahui anak bungsu mereka kecelakaan. 

"Dia baik-baik saja." bisik Gerald. Ini adalah kecelakaan terparah yang pernah dia lihat dalam hidupnya, apalagi menimpa putra bungsunya membuat Rara pingsan berkali-kali. 

Parameter yang ditampilkan pada layar, antara lain detak jantung, tekanan darah, irama napas dan jantung, kadar oksigen, suhu tubuh, grafik EKG. Walau Rara maupun Gerald tak tahu yang mana detak jantung, tekanan darah, dan lainnya. Dia hanya melihat grafik tersebut, merasa horor seperti di film-film, karena grafik itu bisa saja berjalan lurus yang membuat nyawa Asher melayang. 

Kondisi Asher tak bisa disebutkan, jauh dari kata baik-baik saja, tubuhnya hancur dan tidak sadarkan diri. Banyak tulang patah. 

Semua keluarga Asher berkumpul di sana. 

Ada Kelsea, Skye, Verena, dan kedua orang tua mereka. Asher punya tiga kakak perempuan, dan dia sendiri anak laki-laki dalam keluarga mereka. 

"Asher akan baik-baik saja." Berkali-kali mereka menguatkan ibu mereka yang terus menangis dan berakhir pingsan karena tidak sanggup melihat kondisi Asher. 

Skye ikut membawa kekasihnya-Bryce, dan mereka akan melangsungkan pernikahan sebentar lagi. Kelsea masih dengan kekasih yang dia rahasiakan dari semua keluarganya. Verena yang ingin mendapatkan pasangan seperti Ayahnya, dan berharap berharap bisa bereinkarnasi dan menikah dengan ayahnya. 

Mereka hanya bisa melihat tubuh Asher yang kaku dan terbaring tak berdaya dengan banyak alat penunjang yang mereka tak mengerti alat-alat apa saja. 

"Mommy makan ya." Rara hanya menggeleng, terus memikirkan anaknya. Asher adalah anak favorit. Apalagi Asher anak terakhir dan laki-laki satu-satunya. 

Dia lihat ke layar monitor, grafiknya masih bergerak bukan hanya tegak lurus, seperti di film-film. 

Mereka tidak tahu pasti bagaimana kronologi kejadian, tapi tiba-tiba mendapatkan kabar dua remaja kecelakaan dan satunya meninggal di tempat, sungguh disayangkan. Tubuh Asher terjepit dan masih diselamatkan, walau harus berakhir koma seperti sekarang. 

Verena pandangi saudaranya. Dia dan Asher dekat, tentu dia bersedih dan terpukul dengan kejadian seperti ini, masih bertanya-tanya kenapa bisa ada kejadian seperti ini. Keluarga itu berkumpul di ruangan IGD sampai Asher dipindahkan ke ruangan biasa tetap tak sadarkan diri. 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Verena menghadiri pemakaman Lizzy, karena dia kenal baik dengan Lizzy. Semua orang bersedih akan kecelakaan ini. 

Polisi sedang mencari sebab kecelakaan, walau masih diduga hanya kelalaian dari Asher sendiri, sedangkan Asher tidak bisa dimintai keterangan karena tidak sadarkan diri. 

Verena hanya berdiri dengan diam. Dia memperhatikan pemakaman Lizzy yang berakhir sedih, Lizzy adalah gadis ceria dan baik hati yang membuat semua orang menyukai sosoknya tapi kepergiannya tiba-tiba membuat semua orang bersedih. 

"Semua orang bersedih dengan kepergian Lizzy. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Asher saat sadar, kekasihnya sudah meninggal." Pikiran Verena tertuju ke rumah sakit, dia ingat Mommy-nya terus pingsan karena melihat Asher seperti ini, apalagi orang tua Lizzy. 

Verena berbalik ke arah Mark. Mark menyukai Verena, tapi Mark bukan type laki-laki yang dia suka. Verena menyukai laki-laki dewasa yang seperti ayahnya. 

"Oh, kau benar. Bahkan aku curiga jika kau yang membuat semua ini. Kau iri pada Asher karena dia mendapatkan apa yang dia mau." 

"Kau suka menuduh sembarangan, Sayang. Aku tidak serendah itu." Verena hanya memutar bola matanya malas. Dia dan Asher tak pernah suka pada Mark. Mark si trouble maker, dengan segala hal menyebalkan yang dia punya. Walau Asher juga sama, tapi saudaranya masih bisa dia terima kenakalannya. 

"Pergi jauh-jauh dari jangkauanku! Aku jijik melihat wajahmu!" usir Verena. Dia adalah manusia jujur, yang bicara apa adanya dan tak peduli dengan perasaan orang lain, apa yang ada dalam isi kepalanya langsung dia keluarkan. 

"Kita lihat saja nanti, Verena sayang. Kau akan berada dalam pelukanku secepatnya." 

"Go to the hell!" ujar Verena galak. Mark malah terkekeh, membuat Verena ingin memukul kepala Mark dengan batu agar laki-laki ini cepat sadar. 

"Go to the hell with you!" Verena mengeluarkan jari tengahnya dan menunjuk pada Mark. Mark semakin terhibur, dia ingin memiliki kekasih seperti saudara Asher ini, cerewet tapi sangat berani. Perempuan seperti ini sangat memacu jiwa laki-lakinya untuk menunjukkan jika dia bisa menaklukan mereka, dia pikir akan semudah itu dengan semua pesona dan reputasi sebagai seorang pembalap, walau Asher tetap jadi idola. Mark tetap jadi nomor dua setelah Asher, dia pikir balas dendam atas semua kekalahannya pada Asher melewati saudara Asher, tapi tidak semuda itu. 

Hanya saja, Mark punya seribu satu cara agar semua orang mengakui keberadaannya. Jika saudara Asher tidak bisa dia taklukan, maka dia punya cara untuk semua orang melihat ke arahnya! 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Ruangan itu masih terasa mencekam. Para dokter bekerja dengan sangat baik, sebuah operasi yang dilaksanakan sudah berjalan selama delapan belas jam. Dan jika tak berhasil, maka, pupus semua harapan yang sudah dipupuk. 

Dengan keadaan cemas dan keringat yang mengucur karena berharap yang terbaik, akhirnya para dokter berhasil. Orang tuanya sangat senang, setelah penantian begitu lama dan panjang, kini semuanya terbayar lunas. Mereka memeluknya dengan haru, dan mencium dengan sayang, walau dia hanya terdiam tidak mengerti dengan dunia baru yang baru saja dia tapaki. 

Semuanya terasa aneh dan asing baginya, tapi ketika melihat raut-raut bahagia dengan rona memancar bahagia dan haru, hatinya ikut menghangat, dia tersenyum, mungkin setelah ini dia bisa terus tersenyum. 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Tangisan Rara semakin kuat, setelah melihat jari-jari tangan Asher bergerak, wanita itu seperti bisa bernapas dengan benar akhirnya. Selama ini dia menahan napasnya, tak sanggup dengan penderitaan putra bungsunya. 

"Asher, my baby." Bagi Rara, Asher tetap anak kecil usia tiga tahun yang butuh perhatiannya, apalagi keadaan Asher seperti ini, dia akan diperlakukan seperti bayi. 

"Hey, Baby. Akhirnya kamu sadar, kamu tidak tahu bagaimana Mommy cemas dan menunggu kamu. Apa kamu sudah sadar dan tahu Mommy selalu menunggu kamu?" Dia berbisik di telinga Asher, sambil mengelus-elus kepala Asher yang diperban. Rara bisa melihat air matanya turun mengenai bantal Asher. 

"Hey, Baby." 

"M-mommy." Bibir kering dan pucat itu berbisik, tapi Rara semakin memeluk Asher dengan sayang. Akhirnya setelah hampir satu bulan dia rindu suara ini, akhirnya bisa dia dengar lagi. 

"Mommy here. Mommy dan Daddy dan suadarimu akan selalu ada di sini untuk Asher." 

"A-air." Dengan tangan gemetaran walau senang, Rara mengambil air di gelas dan menaruh sedotan dan memberi pada Asher. 

"Hey, bro. Kau tidur lama sekali. Aku hampir tidak punya teman berkelahi, akhirnya kau sadar." ucap Verena dengan gaya tangan di depan dada. Dia dan Asher sering lomba perang bantal dan wasitnya adalah Mommy mereka berteriak untuk berhenti. 

Hampir setelah gelas air itu Asher minum walau dengan setengah mati, tapi bibirnya yang pucat terlihat lebih segar sekarang. 

"Sekarang mau apa? Mommy panggilkan dokter." Asher mengode lewat bibirnya, untuk tidak usah. 

"Aku tidak sabar untuk memukul dirimu." komentar Verena lagi. Sebenarnya dia senang, dia juga sedih karena Asher seperti hilang nyawa. Dia merasa kesepian karena tidak punya teman untuk bertengkar, kedua saudarinya tidak suka bermain bersamanya. 

Gerald masuk dan langsung memeluk istrinya. Akhirnya setelah sekian lama penantian mereka, Asher sadar. 

Rara menangis lagi di pelukan suaminya, dan Gerald menyeka air mata istrinya dengan sayang, mengecup kedua bola mata itu bergantian. Verena melihatnya dan dia berjanji akan punya laki-laki seperti ayahnya bukan laki-laki tak punya arah hidup seperti Mark. Verena suka laki-laki dewasa. 

"Kau juga masih punya utang 50Β£. Kau harus sadar dan bayar hutangmu." Verena tidak berhenti mengoceh. 

Rara mendekati Asher, dia pengangi jari-jari tangan tadi yang bergerak. 

"Katakan, kamu mau apa?" bisik Rara. Masih dengan memeluk Asher dengan hati-hati sebelum luka-luka itu tersenggol. 

"Mom." Rara tersenyum. Suara itu lebih jelas sekarang. 

"Lizzy. Di mana Lizzy? Aku hanya mendengar suara Verena yang jelek." Rara langsung berdiri dengan tegang, memandang ke arah suaminya. Bertanya-tanya kenapa anak mereka ajaib semua? Bahkan keadaan begini saja dia masih mampu untuk mengejek orang lain. 

"Lizzy ada." Rara tahu ini bodoh. Tapi dia ingin Asher cepat sembuh, walau harus membohongi putranya. 

"Cepat sembuh, dan kau akan melihat Lizzy." Dia tahu, kebohongan demi kebohongan akan terus dilakukan untuk menutupi kebohongan yang lain. 

"Aku ingin bertemu Lizzy." 

"Kau akan segera bertemu. Cepatlah sembuh." 

Verena yang tadinya cerewet, langsung terdiam. Dia tahu bagaimana hancurnya Asher saat tahu Lizzy meninggal. Apalagi dia yang membuat kekasihnya meregangkan nyawa, walau semua murni kecelakaan. Tapi Asher pasti akan merasa bersalah seumur hidupnya. 

Dan ini tak mudah! 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Bagaimana bab 1? Semoga kalian jatuh cinta dengan karakter mereka. 

Kuharap kalian menjadikan karakter Verena sebagai karakter favorit karena dia begitu ajaib🀣🀣🀣🀣. 

Semoga kegilaan Verena bisa menghibur kalian. 

See youπŸ’‹πŸ’‹. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status