Share

KTP - 2

"Mommy, aku ingin bertemu Lizzy." Asher masih ngotot untuk bertemu Lizzyβ€”kekasihnya. Keluarganya terdiam, tidak tahu apa yang mereka katakan jika Lizzy pergi ke dunia yang berbeda dengan mereka. Mereka telah berpisah alam. 

"Baby, kau sembuh terlebih dahulu. Kita akan bertemu Lizzy." 

"Apa Lizzy tidak merindukan aku? Kenapa dia tidak mau menjenguk diriku?" Rara hanya mampu menampilkan senyumannya. Asher baru saja bertolak dari rumah sakit, dan masih memakai kursi roda dan banyak alat penyangga di tubuhnya, masih banyak perban di seluruh tubuhnya. 

"Lizzy sibuk. Dia akan segera datang. Kau segera sembuh, dan bebas temui Lizzy." Rara berkata dengan sudut hati yang terasa nyeri, ini tidak mudah. Kebohongan demi kebohongan akan terus dia lontarkan saat Asher bertanya Lizzy, terkadang diam-diam Rara berdoa Asher amnesia dan melupakan siapa Lizzy. Apa Rara jahat? 

"Mommy masak bubur. Kau mau makan?" Asher menggeleng, dia juga harus makan yang lembut, belum bisa mengunyah yang lembut. 

Rara lagi-lagi tersenyum, mengelus-elus kepala Asher dengan sayang, mereka berharap Asher cepat sadar dan tahu apa yang terjadi dengan hidupnya, kekasihnya meninggal walau kenyataan ini berat bagi Asher. 

Rara meninggalkan Asher di kamarnya, dan pergi untuk memasak. 

Verena masuk ke dalam, dia rindu agar bisa berkelahi bersama Asher walau dia selalu kalah karena fisik Asher lebih kuat darinya. 

"Cepatlah kau sembuh. Semua makanan aku yang menghabiskan sendirian, aku sampai bosan." 

"Kau sering bertemu Lizzy di sekolah?" 

"Ya. Cepatlah kau sembuh, Lizzy sampai bosan menunggu kau dan sepertinya dia sedang dekat dengan Mark sekarang." Verena merasa bersalah tapi juga senang, sepertinya kata-kata itu sangat memengaruhi Asher, terlihat dari kepalan tangannya. 

"Kau ingin keluar? Aku bisa mengantar ke luar." 

Asher tidak menjawab, tapi Verena sudah mendorong kursi roda tersebut dan keluar dari kamar Asher. 

Mereka berada di samping rumah yang biasanya digunakan untuk bersantai atau minum teh di sore hari ketika musim panas tiba. 

Verena mengambil ponselnya dan memutar musik yang tenang, agar pikiran Asher sedikit senang. 

Asher hanya terdiam, rasa rindunya untuk sang kekasih semakin menggebu. Dia sangat merindukan Lizzy yang ceria, Lizzy yang cerewet. Kenapa gadis itu tidak mengunjungi dirinya? Padahal Asher kenal betul siapa Lizzy, dia adalah orang yang sangat pengertian. Tentu dia akan mengunjungi dirinya dan merawat dengan sebaik mungkin. Lizzy adalah gadis terbaik yang pernah dia temui.

Pikirannya semakin menerawang kenangan tentang Lizzy semakin menari di kepalanya, Lizzy yang ceria, Lizzy yang suka menolong orang lain, Lizzy yang suka senyum, Lizzy yang cantik. 

Asher merindukan Lizzy! 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Seperti pasangan pada umumnya, Asher dan Lizzy pergi berkencan, malam ini mereka akan melakukan night ride, keliling kota, jika lapar mereka akan berhenti dan mencari makanan. 

"Andai aku punya motor, kau bebas memeluk diriku." ujar Asher membuat Lizzy tersenyum lebar, dengan senyuman khas yang dia punya. 

"Kau berdandan, Sayang?" Asher mengangkat wajah Lizzy yang tersenyum, malam ini dia pakai makeup. 

"Anything for you, Babe. Aku ingin selalu terlihat cantik di matamu." Lizzy tersenyum menampilkan giginya yang rapih, Asher langsung mengecup bibir itu. 

"Kau selalu terlihat cantik." Lizzy tersenyum lagi, dengan rambut panjang miliknya, dan selalu memakai pakain serba pendek dan ketat yang membungkus ketat di tubuhnya. 

Mereka menyanyi bersama. Dengan gaya Lizzy di atas kepala dan satu tangan dibuat jadi mik. 

Somewhere in the sky

The way your body fits on mine

When you give in to me

I'm so high but I'm falling (na-na-na), uh

And now my eyes are locked on you (yeah)

As you dance around the room

And finally I'm right where I belong, oh, oh-oh

I feel like

I don't deserve you tonight (I don't deserve you)

It's in the way that you hold me

I don't deserve you tonight (I don't deserve you)

It's in the things that you show me (I can't be without you)

I need you, don't let me go (hey)

Need you, don't let me go

I feel like

I don't de-, I don't de-, I don't deserve you tonight

Mereka menyanyi dengan kompak, dan bersenang-senang bersama. 

Malam yang indah, penuh dengan bintang yang bertaburan. Walau musim panas, matahari bersinar lebih lama. 

"Andai, aku bisa memetik satu bintang, aku akan melakukan itu untukmu." Atap mobil itu dibuka, Lizzy berdiri dan angin meniup rambut panjangnya. Malam ini dia sangat berbahagia. 

Mobil Asher berhenti di pinggir jalan yang sepi, keduanya duduk di atas kap mobil, dan melihat ke jalanan yang lurus. Biasanya mereka melakukan hal seru bersama, lebih seringnya bertaruh di balapan. 

"Minggu depan, kau akan lomba bersama Mark. Apa kau yakin?" Asher mendekat ke arah Lizzy dan memeluk pinggang gadis itu. Mencium pipi Lizzy, Lizzy itu seperti nyawa bagi Asher. Mereka adalah pasangan yang tak bisa dipisahkan, dan membuat semua orang yang berada di sekolah merasa iri dengan mereka. Seperti pasangan Justin Bieber dan Selena Gomez pada masanya, walau hubungan mereka semoga tidak kandas begitu saja. 

"Bukankah hadiahnya luar biasa?" 

"Oh, kau benar. Baiklah, menangkan itu untukku." Asher tersenyum dan mengangguk. Balapan sudah menjadi kekasih kedua setelah Lizzy, tentu hal itu akan mudah baginya untuk memenangkan pertandingan kali ini. Apalagi lawannya hanya siput seperti Mark yang sudah berkali-kali kalah. 

"Sebenarnya, aku bisa membawamu ke sana. Kita hanya perlu mengatur waktu bukan?" Lizzy mengangguk, saat dia merasakan Asher mengangkat rambutnya dan mencium-ciumnya. Sebenarnya ini adalah kebiasaan Asher mengelus-elus rambut ibunya dan itu menjadi kebiasaannya dari kecil hingga kini, tapi saat sudah besar dan tak berani melawan ayahnya yang posesif dan galak seperti ibu tiri, jika menyentuh ibunya. Mommy mereka tak boleh lagi Asher peluk, walau Asher sering mencuri memeluk ibunya dan berakhir Gerald murka, membuat Rara hanya geleng-geleng karena suaminya bisa cemburu sama anak sendiri. 

Asher menyandarkan kepalanya di bahu Lizzy, saat bersama Lizzy dia bisa menjadi dirinya sendiri, Asher yang manja, bukan Asher si badboy yang dikenal orang-orang di sekolah. 

"Kita akan terus bersama." ujar Lizzy berjanji, membuat Asher tersenyum dan menyingkirkan rambut-rambut di wajah Lizzy dan langsung mencium Lizzy dengan penuh perasaan. Dia mencintai wanita cantik ini, sosok yang dia cari semuanya ada dalam diri Lizzy. 

Lizzy menyambut ciuman Asher. Dengan semburat merah, matahari yang mau pulang menjadi saksi dua sejoli saling mencintai dan berjanji akan terus bersama. 

Walau takdir berkata lain. 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Asher hanya duduk merenung, memikirkan Lizzy. Dia semakin merindukan gadis cantik itu. Dia menunduk melihat tubuhnya yang cacat. Terkadang timbul keraguan jika Lizzy bisa menerima kembali dirinya setelah tubuhnya banyak cacat sekarang. 

Asher melihat ke arah Verena. Saudarinya membawakan di makanan, ibu mereka telah memasak. 

"Kau tidak makan, utangmu bertambah." ancam Verena sambil mengaduk-aduk bubur tersebut. Asher sedikit susah makan, karena sebenarnya untuk menelan ludahnya saja dia merasakan kesakitan luar biasa. 

"Apa Lizzy akan datang untuk melihatku?" Verena sampai jengah dengan pertanyaan tersebut walau dia juga tidak bisa menjawabnya. 

"Lizzy malas melihat kau manja-manja seperti anak kecil. Hilang reputasimu." Asher di rumah dan di sekolah sangat berbeda, di sekolah dia terkenal dengan si badboy, berbeda di rumah dia si anak mami yang masih berlindung di balik ketiak ibunya. 

"Cepat makan! Sebelum aku menyuruh Lizzy berkencan dengan Mark sekarang."

Asher mengepalkan tangannya, tidak bisa terima ini. "Aku akan mematahkan semua tulang bajingan itu."

"Tulangmu yang patah duluan." Asher hanya menatap saudarinya malas. 

"Aku akan makan, setelah itu kau suruh Lizzy ke sini." Verena terdiam dan melihat ke arah makanan tersebut, tapi dia tahu mereka tak bisa terus berbohong. Asher harus tahu kenyatannya. 

"Baiklah! Cepat makan." Walau Verena seperti suadari yang jahat, tapi dia sangat pengertian. Saudara yang bisa diajak kerja sama. Verena adalah best partner in crime, dia akan menutupi semua aibmu, asal ada uang tutup mulut, atau Verena juga melakukan hal yang lain, dan mereka saling bekerjasama. 

Asher terus saja bertanya tentang Lizzy, sampai pada tahap Verena ingin menyiram wajah Asher dengan air keras sambil berteriak jika Lizzy sudah meninggal. Lizzy pergi selamanya, tapi dia tahu, ini tak mudah. Sebenarnya dia merasa bersalah dan juga merasa kehilangan, Lizzy adalah seorang gossip girl yang bisa diajak untuk bergossip tentang siapa laki-laki tampan di sekolah, walau bagi Lizzy yang tampan hanya Asher. 

Selesai makan, Asher masih merisaukan Lizzy. Sebenarnya dia sangat merindukan Lizzy, dia ingin mendengar suara tawa Lizzy, senyuman Lizzy, wangi Lizzy, dan rambut Lizzy yang jadi nyawa baginya. 

Verena sudah berdiskusi sama orang tuanya, mereka menyerah dan akan mengantarkan Asher ke pemakaman Lizzy, walau Asher pasti shock. 

Orang tua Asher akan mengantar Asher langsung dan menjelaskan apa yang terjadi. Gerald juga sudah berbicara dengan orang tua Lizzy, dan mereka menyerahkan hal ini ke polisi. 

"Baby, kau harus tampan hari ini. Kita akan bertemu Lizzy, bukan?" Sudut hatinya terus terasa nyeri, tapi Rara harus melakukan ini. Dia tidak tega pada Asher, masih kecil sudah merasakan hal seperti ini. Diam-diam, sudut mata Rara berair. Walau di satu sisi, dia masih bersyukur nasib Asher tidak berakhir seperti Lizzy. Dia juga sudah meminta maaf pada orang tua Lizzy, walau mereka juga masih terpukul dan sangat bersedih dengan kepergian Lizzy. Seorang gadis ceria yang tiba-tiba hilang suaranya, tentu itu terasa sangat janggal. 

Rara masuk ke kamar dan menangis, Gerald melihat hal itu, dia peluk istrinya dan memberi kalimat-kalimat yang menenangkan. 

"Dia bisa melewati ini semua. Asal kita selalu ada untuknya, jangan sampai dia merasa gagal." Rara semakin menenggelamkan kepalanya, dia kasian pada Asher juga pada Lizzy. Mereka masih sangat muda, harusnya menikmati masa-masa remaja yang indah bukan berakhir tragis seperti ini. 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Asher terdiam sambil melihat jalanan, sudah lama dia tidak melihat bagaiamana dunia luar. Orang tuanya yang mengantar dirinya, menuju pemakaman Lizzy walau Asher belum tahu apa yang terjadi sebenarnya. Verena hanya diam, tapi dia was-was saat Asher tahu kebenarannya. 

Diam-diam, Rara terus menarik tisu untuk menggeringkan bulir-bulir air mata yang terus menangis. Dia tidak menyangka, hal tragis ini akan menimpa putra kesayangannya. 

Asher masih melihat ke luar. Meraba-raba kemana, walau tidak sabar untuk bertemu Lizzy. 

Mobil itu berhenti di sebuah pemakaman. Pemakaman selalu identik dengan kesedihan, identik dengan perpisahan, identik dengan sesuatu yang tidak ikhlas atau rela melepaskannya. 

"Ini kemana?" Asher bingung, tapi saat orang tuanya membantu dirinya turun dari kursi roda, dia yang penasaran semakin bertanya-tanya, ada apa ini? 

"Ini ke mana?" Asher menatap Verena yang mengedihkan bahunya, walau dia merasa terpukul sekarang. 

"Sayang, dengarkan Mommy baik-baik." Rara langsung terduduk dan memegang tangan Asher. Tubuh Asher langsung melemas, ini bukan berita gembira! 

"Di dalam sana, ada Lizzy. Kamu tahu artinya apa? Tapi jangan takut, Lizzy akan selalu ada di sini bukan?" Rara mengambil tangan Asher dan meletakan di dada putranya. Tubuh Verena sudah bergetar menahan tangisannya. Dia yang merasa sedih karena kehilangan Lizzy dan merasa tak tega pada Asher yang shock dan bisa mimpi buruk berkali-kali. 

"J-jadi?" 

"Lizzy meninggal! Tapi Lizzy akan tetap tinggal bersama kita. Lizzy akan selalu ada di sini." 

"M-mom." Asher menggeleng tak percaya. Rara tersenyum, dengan air matanya yang tak mau mengering. 

Mereka mendorong kursi roda Asher menuju pemakaman Lizzy. Dari kejauhan sudah terlihat. 

"Lizzy!" Asher berteriak dengan suara serak, membuat semua orang yang mendengarnya merasa tercabik-cabik. 

Belum sampai, Asher sudah turun dari kursi roda tersebut, walau hanya dia terduduk di tanah karena tak bisa berjalan. 

"Lizzy! No! Bukankah kau sudah berjanji untuk kita selalu bersama?" Suara tangisan dan rintihan itu membuat siapa saja merasa ngilu. 

Rara terduduk, memeluk Asher yang menangis tak percaya. Lizzynya pergi! Lizzy yang cantik itu sudah tidak ada! Lizzy yang ceria hanya tinggal nama!

"Mom, bisakah aku menyusul, Lizzy?" bisik Asher pada ibunya, sebelum dia tidak sadarkan diri. Asher pingsan, dan dia kembali di dirawat di rumah sakit. 

Kondisi vitalnya terganggu karena masih shock. Asher kembali koma, dan seperti menghukumi dirinya, karena kepergian Lizzy! 

πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°πŸ’°

Aku menulis bab ini sambil menangis 😭😭😭. Siapa yang merasakan seperti AsherπŸ’”πŸ’”πŸ’”πŸ’”. Pasti berat sekali. 

Untuk karakter Cerise, belum muncul ya. Masih dari sisi Asher yang kehilangan Lizzy, setelah itu kita akan buat interaksi antara Asher dan Cerise. 

See you πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status