Share

02 - Stimulasi Jadi Istri

Verena bangun dengan keadaan lebih segar dan lebih baik dari semalam karena jet lag parah. 

Gadis itu melihat keadaan sekeliling dan baru ingat ia tengah berada di belahan dunia lain. Dengan langkah pelan Verena turun dari ranjang dan hendak membuka pintu mencari orang tuanya dan juga Om Tampan—Calon Suami Masa Depan. Begitu lengkap. Verena tak tahu jika orang tuanya punya rekan yang begitu tampan. Gadis itu terkikik geli dan akan terus menggoda David hingga laki-laki itu jadi suaminya walau mungkin dunia terbalik. 

"Selamat pagi dunia. Selamat pagi kamar masa depan. Nanti kita akan terbangun tanpa pakaian dan bercinta di semua sudut rumah." 

Merasa seperti rumahnya, Verena langsung menuju dapur dan ingin membuat sarapan, ia yakin Om Tampan takkan marah jika ia membuat sarapan sendiri daripada ia menyusahkan dirinya. 

Gadis itu sempat melihat keadaan flat ini, rumahnya di Jerman tiga kali lipat lebih besar dari ini, mungkin karena ia punya banyak saudara hingga orang tuanya membeli rumah yang besar. 

Verena melihat mesin pembuat kopi dan langsung menghidupkan. Buat toast rasanya lebih baik. Gadis itu membuka kulkas dan semua kitchen set tapi tak menemukan apa-apa. Berapa lama rumah ini ditinggal? 

Verena mendesah lelah masuk lagi ke kamar dan mencuci muka terlebih dan sikat gigi. Musim dingin adalah waktu terbaik buat memanjakan diri karena sesungguhnya Verena malas mandi. Ia berdalih. "Air itu susah, hargai penghuni manusia lain yang kekurangan air. Jadi aku bersimpati pada mereka dengan menghemat air jadi tak boleh mandi." Alasan mengada-ada yang membuat Rara hanya bisa geleng-geleng dan berkata. "Kalau gitu nggak usah makan juga. Sama karena ada orang yang kelaparan, dan juga buat apa makan jika nanti lapar lagi?" 

Verena merasa lebih segar, menggerakan tubuhnya sedikit dan berkaca lagi. Tentu saja wajahnya masih cantik, ia orang yang cukup percaya diri dengan penampilannya. Verena adalah orang yang benar-benar membawa positive vibes. Ia tak pernah berpikiran buruk pada orang. 

Verena mengambil ponselnya dan ingin menelpon orang tuanya, ia baru tersadar jika tak ada sambungan internet karena hilang jaringan. Bayangkan ia melewati ratusan negara, puluhan ribu pulau, beberapa benua. 

Verena akhirnya keluar lagi. Semoga orang tuanya masih mengingat dirinya hingga ia tidak mati kelaparan di sini. 

Karena bosan Verena melihat penyedot debu dan rajinnya kambuh. Verena adalah model orang yang rajinnya pakai musim, jika sedang masa rajin maka ia akan merapikan semuanya hingga tak ada satupun helai rambut tapi jika ia sedang malas bahkan sampah di depannya ia biarkan hingga ibunya sering mengamuk. 

Verena menyedot dari karpet di depan TV, ia juga menyedot di bawah sofa semua sudut ia bersihkan sambil menggoyangkan pinggulnya seperti lagu dangdut walau yang ia nyanyikan lagu latin. Selera musik Verena adalah lagu latin karena musik mereka itu tidak bosan di telinga. 

Pintu flat terbuka dan David masuk ke dalam. Verena tersenyum lebar, David hanya terdiam tak menyangka jumpa manusia ajaib seperti ini. 

"Lihat? Ini kita sedang stimulasi membangun rumah tangga bersama. Tenang saja, aku istri yang rajin." Verena berkata sambil menyeka wajahnya seolah itu adalah peluh yang besar-besar padahal tak ada. David masih terdiam di sana. 

"Itu apa Om? Oh pasti buat sarapan? Okay, sini aku lapar." Tanpa malu Verena langsung merampas bungkusan itu dan benar saja ada sandwich dua potong dan juga jus satu kotak. 

"Terima kasih suami." Verena berkata sambil mencium pipi David membuat laki-laki itu langsung membeku. Benar-benar anak Gerald yang tak bisa diprediksi. Sepertinya Gerald cetak anak ini pas lagi mabuk hingga produknya jadi gila seperti ini. 

Verena langsung terduduk di sofa dan makan. Padahal jika orang tuanya tahu ia akan dimarahi karena sofa bukan meja makan. 

"Kamu mau ke rumah sakit?"

"Unggh.... Agkhu di flat aja. Tapi Om juga harus di sini." Verena berkata dengan pipi menggembung, mulut penuh makanan. 

David hanya menggeleng. Mungkin ia harus mengisi makanan di kulkas. Huh, Gerald datang bukannya meringankan dirinya malah semakin membuatnya repot dengan anak sebiji ini. 

"Mommy nanti kesini Om?" 

"Mereka menginap di rumah sakit atau mungkin mencari penginapan lain." 

"Oh yes itu keren Om. Karena aku mau tinggal berdua sama Om di sini, kita bisa buat anak Om." Verena tahu jika Mommy-nya yang mendengar perkataan ini mulutnya bisa dikoyak. Tapi Verena berkata dengan serius. 

Verena membuka kardus jus dan meneguknya dan melirik dengan ekor matanya baru sadar jika David berdiri dari tadi. Sebenernya yang tua rumah siapa di sini? Berhubungan dengan gadis seperti dunia terbalik. 

"Jadi Om mau kembali ke rumah sakit?" 

"Baiklah aku ikut, tapi Om janji harus bawa aku kembali kesini. Aku malas sama Mommy dan Daddy." David hanya bisa menghela napas, harusnya anak monyet ini tak usah kesini. 

Verena langsung berganti baju. Ngomong-ngomong ia membawa tiga pasang bikini, memakai bikini di hadapan David kendengarannya seru untuk menggoda laki-laki ini. Verena tahu jika ayahnya tahu kelakuannya yang binal seperti ini ia bisa digantung atau dibuang di sungai Am Main. 

Bahkan Verena memakai perona di pipi serta lipstik yang berwarna menyala. Ia tahu laki-laki normal pasti akan terpikat pada dirinya. 

"Ayo Om. Om harus nikahi aku ya." Verena langsung menggandeng tangan David keluar dari flat menuju ke bawah. Kepala David rasanya mau pecah, dia perpaduan anak monyet, anak ular juga karena begitu licin dan licik. 

Verena bernyanyi sepanjang perjalanan. Ia benar-benar gadis yang ceria seolah hidupnya tak mengalami kesedihan sama sekali. Berbeda dengan David yang bahkan ingin menyerah dengan hidupnya. Apalagi kondisi istrinya yang sedang sekarat. 

"I'm stuck with you Om. I'll be with you forever." Dengan gaya tangan kiri seolah memegang mic dan tangan kanan mencolek pipi David. Benar-benar anak yang tidak diajarkan manner sama sekali. David yakin orang tua Verena sudah mengajarkan semua manner pada anak ini hanya saja pabriknya memang sudah salah cetak di awal. Benar-benar tempelan Gerald. 

๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ

David hanya diam dan Verena yang terus mendominasi. Saat mendekati ruang perawatan Verena tak lagi bergelayut manja. Dulu ibunya malu-malu tai kucing tapi mau, sekarang anaknya seperti kuda binal kebelet kawin. 

David mendorong pintu berwarna putih melihat wajah orang tuanya yang muram. Verena bisa menduga jika mereka kurang tidur. Dirinya sudah segar sekarang. 

"Mommy sudah sarapan?" Rara mengangguk dan juga melotot karena suara Verena seperti pakai toa masjid. 

"Ya ampun Onty." Verena berkata lirih dan menoleh ke belakang ke arah David. Gadis itu mendekati seorang wanita yang tubuhnya sangat kurus, rasanya seperti sudah tak tertolongkan lagi. Jahat kah Verena jika berharap Onty ini mati dan ia bisa mendapati David? 

Gadis itu menatap orang tuanya, ke arah David dan kembali ke pasien. 

"Hi Onty." tegur Verena walau yang sakit sedang tertidur pulas atau jangan-jangan sudah mati?

Verena memegang tangannya dan memeriksa nadinya. Masih berdenyut. Ia senang dan juga takut karena jika wanita ia meninggal di hadapannya maka Verena sedang berhadapan dengan malaikat maut di sekitarnya. 

Verena mendekati ayahnya dan ingin bermanja-manja. Gadis itu mendekat dan melirik ke arah David, ingin mengejek dan menunjukkan jika mau David bisa mendapatkan semuanya ia bisa bermanja-manja pada laki-laki itu. 

"Daddy kasian." bisik Verena dan Gerald hanya mengangguk. Verena menempelkan kepalanya di lengan ayahnya dan langsung menjulurkan lidahnya ke arah David dan seolah berkata. "Cemburu ya?" Benar-benar kekanakan. 

"Mommy nanti nginap di mana? Flat Om Tampan kecil." Verena berbicara terlalu polos hingga tak sadar orang lain tersinggung. 

Rara langsung mencubit putri bungsunya karena gemas. Mulut Verena benar-benar seperti mulut Gerald. Verena adalah Gerald versi perempuan. 

Verena berdiri di samping ibunya dan merasa ia lebih tua hanya karena ibunya begitu pendek hanya sebatas bahunya. Di keluarga mereka ibunya yang paling pendek, bahkan Asher saja tingginya sudah sama seperti Gerald. 

"Onty sakit apa?" 

"Kanker darah." Verena hanya melototkan matanya, andai dia seorang dokter atau orang medis untuk mengetahui penyakit apa yang sebenarnya menimpa istri calon masa depan walau Verena ingin bermain licik dan curang jika ia akan suntik mati. 

Otaknya terlalu banyak menonton kriminal. 

"Mommy ini kita nggak ada jalan-jalan?" Rara langsung mencubit lagi perut Verena karena kesal. 

"Om, antar aku jalan-jalan. Aku bosan di sini." Rara benar-benar geram. Harusnya ia tegas tak membawa anak ini karena tahu mulut Verena itu lemes. 

"Ayo." Verena langsung melototkan matanya dan bertepuk tangan. Benar-benar calon suami idaman. 

"David nggak usah! Maaf kalau kesini kami malah merepotkan." 

"Tidak apa Miss. Verena butuh hiburan." 

"Bye ..." Verena bersorak senang dan langsung melambai ke orang tuanya yang menatapnya dengan tatapan membunuh. Untuk marah atau hukuman urusan nanti, asal bersama Pak Tua tapi menggoda seperti ini. 

"Om memang calon suami idaman." Verena bergelayut lagi. David merinding merasa seperti pelihara sugar baby. 

"Berapa umurmu?" 

"20 tahun. Itu sudah cukup dewasa buat punya anak dan menikah sama Om." Verena berkata seolah benar-benar meyakinkan lawannya. 

David baru ingat jika anak ini hasil setelah orang tuanya berpisah. Proses cetak Verena adalah di Perth walau iatak tahu sama sekali. Huh benar-benar anak Gerald ajaib. 

"Kamu mau kemana sekarang?" 

"Sydney Opera House." 

"Itu di Sydney sekarang kamu di Perth." 

"Kita kesana Om." David menggeleng. Hell, perjalanan dari Perth ke Sydney memakan waktu sekitar 40 jam. Lebih jauh perjalanan dari Jerman ke Perth. 

Perth berada di barat Australia sedangkan Sydney berada di ujung timur. Ujung ke ujung. 

"Pergi ke taman?" 

"Baiklah." Walau cuaca dingin tak menyurutkan semangat mereka untuk melihat kota Perth. Sebenarnya Perth adalah kota yang hangat kebetulan sekarang sedang musim dingin. 

Verena terpukau dengan keindahan kota ini, sepertinya ia bisa berencana untuk tinggal di sini di masa mendatang. 

"Om prefer tinggal di sini atau negara lain?" 

"Udah puluhan tahun tinggal di Perth jadi sepertinya akan terus di sini." 

"That's cool. Karena aku berencana untuk tinggal di sini. Artinya kita tinggal berdua." 

"Kenapa kamu bersikap begitu?" 

"Bersikap bagaimana? Om pasti menuduhku murahan kan? Bukan! Aku itu bisa membaca apapun tentang keadaan, aku yakin kita bisa bersama. Cam kan itu!" 

Sudahlah salah sekarang ngotot. 

๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ

David hanya mengajak Verena ke sebuah restoran dengan banyak sekali pengunjung. Jika cuaca mendukung mereka bisa pergi ke Rottnest Island, pulau yang menawarkan kedamaian bisa bersepeda di sana. 

"Coba Om jujur, Om merasa kalau Onty bisa sembuh?" David diam, sejujurnya ia tak tahu. Bagaimana nasib Auri ke depan, walau David tetap berharap istrinya sembuh dan mereka kembali bersama melakukan banyak hal. Auri suka traveling dan mereka suka menginap di segala tempat apalagi musim panas atau musim semi saat bisa melihat banyak bunga bermekaran dan warna-warna yang memanjakan mata. 

"Ini waflenya enak. Tapi Om tahu, aku pernah makan wafle di Belgia langsung dari sumber pusat dan rasanya belum ada yang mengalahkan tapi di Perth aku menemukan kembali. Fix! Perth adalah tempat tinggalku nanti, kita akan jadi tetangga Om." Verena tersenyum menyebalkan tetangga yang ia maksudkan adalah tinggal satu atap. Segala cara akan gadis ini lakukan untuk mendapatkan laki-laki ini karena Verena yakin istri David usianya tidak panjang. 

Katakanlah Verena jahat, tapi melihat kondisi seperti itu bahkan Verena yakin orang tuanya pasti akan menyetujui. 

"Musim panas ke pantai dan aku akan pakai bikini. Padahal aku juga membawa bikini sekarang. Om mau lihat aku pakai bikini. Tenang saja akan cantik seperti Barbie." 

"Kamu tidak punya pacar?" 

Verena menggeleng dengan sedih. Ia beberapa berkencan tapi selalu berakhir tidak mengenakan entah salah dirinya atau memang pasangannya yang tidak becus. Verena tak terlalu bagaimana kisah saudaranya yang lain menjalin hubungan tapi rasanya dirinya yang paling sial dalam menemukan pasangan walau ia yakin Tuhan sudah menunjukan siapa masa depan itu. 

"Dulu aku merasa sial, tapi saat melihat Om kau yakin Tuhan telah menunjukan siapa orangnya. Jadi, aku tak boleh lagi bersedih begitu juga Om. Onty boleh sakit tapi aku sekarang ada untuk Om. Om bisa menceritakan apa saja, bahkan kita bisa memadu kasih." 

"Kenapa kamu begitu percaya diri?" Verena mengedihkan bahunya ia merasa perasaan yang ditahan-tahan itu menyiksa lebih baik ia terbuka seperti ini agar orang tahu karakternya seperti apa, jika suka mari kita berteman jika tak suka go to the hell. Verena adalah salah satu dari manusia yang tak peduli omongan orang pada dirinya selama ia merasa melakukan hal yang benar maka ia akan terus mengalir mengikuti arus. 

"Maka nikahi aku Om. Kita akan punya banyak anak. Aku sudah jatuh cinta pada Om, Om begitu tampan. Padahal dulu Verena memuji Daddy, jika Daddy paling tampan sekarang Daddy tampan nomor dua, Om jadi yang ke satu di hati." 

"Bagaimana dengan saudarimu yang lain?" 

"Kami sibuk dengan hidup masing-masing. Biarkan mereka dengan hidupnya karena mereka punya hidup sendiri dan punya cerita sendiri, tidak asyik jika aku bercerita biarkan mereka menemukan sendiri cerita saudaraku yang lain."

David mengambil ponsel dari saku jaket saat merasakan ponselnya berdering. 

"Halo. Iya. Wait! Kami segera kesana." 

"Kita ke rumah sakit sekarang. Onty sepertinya membutuhkan kita." 

Verena langsung berdiri separuh bersimpati sisanya berharap agar cepat mati karena ia mengharapkan laki-laki ini menjadi suaminya walau Verena harus menentang takdir. Verena bahkan rela menentang orang tuanya karena ia akan terus mengejar David. 

"Sementara lagi kita akan jadi suami istri, Om." Verena langsung memeluk lengan David, walau David rasanya ingin menampar mulut jahanam ini. 

Dan pada hari itu, jam itu, tempat itu. Auri meninggalkan David untuk selamanya. Laki-laki itu langsung menyandang status duda.    

๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ๐Ÿ’ธ

Sorry part-part akhir agak aneh karena udah ngantuk. Muhehehe. 

Aku lagi suka dengan pasangan ini jadi kita naikan dulu. Aku nulis sesuai mood cerita mana yang lagi mood akan naikan. 

Kalian udah tahu cerita saudara Verena yg lain? Boleh dicek dong. 

Cek nama pena Rose Marberry dan temukan puluhan cerita menarik yang tak bisa ditebak. 

See you ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ๐Ÿคฉ. 

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Robiatul
semangat rena
goodnovel comment avatar
Sri Ningsih
bener2 cewek ajaib .....
goodnovel comment avatar
Bunga Lily
perjuangan Verena dimulai๐Ÿ˜
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status