"Aku masih ada di sini, kau tak perlu merasa sendiri. Aku adalah belahan jiwamu yang sejati."
Bukannya menenangkan, Verena makin meresahkan. Jika nih anak bukan anak kerabat, David sudah mencampakkan Verena ke dalam kandang buaya biar dia berteman dengan para buaya.
Laki-laki itu hanya terdiam di kuburan istrinya yang masih basah. Kanker pernapasan benar-benar mengakhiri nyawa Auri. Terlalu banyak hal yang telah mereka lewati selama 20 tahun terakhir dan kini istrinya pergi untuk selamanya, David masih terpukul tentu saja. Perpisahan paling menyakitkan adalah kematian. Itu jelas, bagaimana kamu tak tahu bagaimana menyalurkan rasa rindu yang dirasakan, di saat kamu terpisah raga dan berada dalam portal dunia yang berbeda dengan mereka.
Verena melihat Mommy-nya menangis juga, dan Daddy-nya yang mengelus-elus lengan isterinya menenangkan. Terakhir kali mereka melihat Auri, wanita cantik yang memberi warna di hidup mereka dan juga kisah percintaan mereka semasa muda dulu.
Gadis muda itu mendekati laki-laki dewasa yang tengah tertunduk dalam dengan kesedihan yang terpancar jelas di wajahnya. Verena ikut berjongkok di samping David dan membaca nama yang tertera di papan tersebut.
Auristela, 14 Juli.
RIP. 8 Juni.Jika punya anak, David masih bisa melihat sosok Auri dalam diri anak-anaknya, tapi tak ada yang tersisa kecuali cinta David yang masih menggunung untuk mendiang istrinya.
"Ada aku di sini." bisik Verena, sambil melirik ke arah David. Orang tuanya berada di sebrang, para kerabat yang datang untuk memenuhi undangan pemakaman sudah pulang, meninggalkan sang pemilik kesedihannya yang tak ingin beranjak. Cuaca dingin tidak dirasakan oleh David tubuhnya mati rasa.
"Kasian bangat, David. Nanti kalau Daddy pergi dulu, ingat Mommy ya. Mommy pasti sedih bangat kayak gitu." ujar Rara pada suaminya. Takdir kematian tidak ada yang tahu, terkadang rasa parno itu datang dan membuatnya takut untuk meninggalkan orang-orang tercinta, suami, anak-anaknya dan juga para cucu.
"Ssssst!" Gerald menutup mulut istrinya. Tidak baik membicarakan kematian di depan kuburan, dan juga ia tak mau memikirkan perpisahan paling menyakitkan tersebut. Biarkan mereka menikmati masa tua bersama dengan anak-anak mereka, menyaksikan mereka tumbuh dewasa dan punya keluarga masing-masing. Tersisa Verena dan Asher yang belum punya pasangan, Skye dan Kelsea sudah bahagia bersama pasangan masing-masing.
David berdiri dan menatap tamu jauh yang sepertinya sudah lelah menunggu dirinya.
"Miss mau pulang? Saya antarkan?" Rara menggeleng, menyuruh David diam dan biarkan mereka cari jalan sendiri. Verena tidak akan pergi sebelum David pergi, jika David berjongkok maka ia melakukan hal yang sama. Jika David berdiri dia juga. Verena seperti bayangan David walau laki-laki ini mungkin risih pada gadis rese ini.
David masih melihat gundukan tanah yang masih tercium baru tersebut dan memikirkan nasibnya dan juga kisah perjalanan dirinya dan Auri. Mereka memang tak punya anak karena Auri menderita Endometriosis. Endometriosis merupakan kondisi ketika jaringan yang melapisi rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim.
Saat menstruasi, endometriosis dapat menyebabkan kram yang sangat menyakitkan, volume darah yang keluar banyak, durasi menstruasi yang lama, dan mual. Selain itu, endometriosis juga dapat menyebabkan masalah pada usus dan kandung kemih, serta nyeri saat berhubungan seks.
Banyak sekali kendala yang mereka hadapi saat hidup bersama tapi selalu membuktikan kesetiaan untuk istrinya walau Auri memiliki banyak kekurangan. David tahu, setiap malam wanita itu menangis karena hal ini. Tak punya anak yang membuat Auri terus berpikiran dan akhirnya berlanjut ke penyakit serius yang mengantarkan nyawanya.
Tidak ada yang bisa mengelak takdir, nikmatin masa-masa bersama orang tercinta sebelum mereka pergi untuk selamanya.
Today is a history, tomorrow is a mistery.
Kita benar-benar tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Terkadang kita berpikir hal ini mustahil terjadi, tapi takdir malah menertawakan dengan menjadikan semua ini seperti kebetulan yang rasanya mustahil. Verena memegang prinsip ini. Jika bagi orang lain menertawakan dirinya dan mungkin merasa dirinya sudah gila mengejar laki-laki yang seumuran dengan ayahnya, rasanya sangat mustahil. Verena yakin dan percaya, takdir akan memainkan perannya di sini. Dialah adalah pemeran utama di kisah hidupnya, dan biarkan takdir yang memainkan alurnya asal David sebagai lawan utama di kisah hidupnya.
Verena melirik diam-diam orang tuanya yang sibuk berbicara dan sepertinya takkan sadar. Gadis itu langsung mencium pipi David, dan langsung tersenyum ke arah David yang menatapnya malas.
"Jangan bersedih lagi, Om. Setelah ini, jalan untuk kita berdua bersama semakin mudah. Kau tak tergiur dengan aku yang masih muda, segar seperti ini? Aku sangat available dan tentu saja belum expire." Verena berbicara dengan percaya diri membuat David ingin meminjam tongkat sihir milik Harry Potter dan membuang Verena ke laut hitam.
Verena berdiri dan mendekati kedua orang tuanya.
David langsung bernapas lega. Ia benar-benar butuh waktu untuk sendiri merenungi nasibnya walau ia belum bisa menerima semua ini dengan ikhlas.
"Mommy, kata Om itu pulang aja. Dia mau sendiri." Verena hanya mengarang, dan menyuruh orang tuanya untuk pulang. Sebenarnya sudah sejak lama mereka di sini. Tapi keadaan berduka seperti ini, membuat rasa lapar, rasa haus seperti sedang berpuasa.
"Yaudah, kita pulang aja dulu. David memang butuh waktu sendiri, nanti malam kita hubungin dia lagi." putus Rara. Mereka berpamitan pada David dan keluar dari pemakaman, mencari taksi untuk membawa mereka menuju hotel, karena semenjak menginjak kaki di Perth mereka belum beristirahat sama sekali.
Verena mengikuti orang tuanya dari belakang. Mereka menunggu taksi di pinggir jalan karena tak tahu bagaimana transportasi di Perth.
"Mommy, Verena temankan Om aja ya. Kasian dia sendirian, nanti diculik Lord Voldemort." Verena bicara asal membuat Rara memutar bola matanya malas, karena tingkah anak Gerald sebiji yang benar-benar copy semua sifat buruk suaminya. Jika Kelsea adalah perpaduan kurang ajar dirinya dan Gerald, maka Verena mengambil semua sifat buruk ayahnya.
"Mommy sama Daddy jangan meninggal dulu ya, tunggu Verena nikah, punya anak yang lucu-lucu. Verena mau punya anak tiga. Biar nanti Mommy sama Daddy yang kasih nama ya."
Rara langsung mencubit perut Verena karena bicaranya yang ngawur. Gerald hanya memandang putri kecilnya, yang sudah dewasa sekarang, walau sifat manjanya masih melekat di dirinya. Saat Verena menemukan seseorang yang tepat maka ia akan menunjukkan sifat aslinya yang manja.
"Nanti, Verena telpon Mommy, okay. Bye Mommy, bye Daddy." Verena mencium pipi orang tuanya dan kembali ke dalam. Separuh modus, separuh tulus untuk menghibur David.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
"Ini tak mudah bagiku. Perlahan aku bangkit dan belajar jika di dunia ini memang tak ada yang abadi. Ada alam bernama akhirat yang rasa-rasanya sulit dipercayai kecuali orang yang beriman. Di manapun alam akhirat itu, semoga kita masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali.
Aku akan mengenalkan sebagai seorang wanita cantik, yang tidak kekurangan apapun. Kamu selalu bilang jika dirimu adalah wanita cacat. Tidak Auri! Bagiku, kamu adalah kesempurnaan. Aku tidak pernah menyalakan dirimu atas musibah yang menimpah hidup kita. Mungkin itu ada berkah yang Tuhan berikan agar kita terus meningkat waktu berdua, hanya berdua."
Verena hanya berdiri di sana dan mendengarkan curahan hati laki-laki dewasa ini. Dia begitu bijak, dewasa, dan sangat pengertian. Begitu besar dia mencintai istrinya. Verena yakin dia juga akan mendapatkan porsi cinta yang sebesar itu dari David. Semua hanya tentang waktu. Biarkan waktu yang akan menjawab semuanya.
"Aku tahu, setiap malam kamu selalu menangis karena merasa frustasi, merasa gagal karena kita tak kunjung punya anak. Kamu selalu menyalahkan dirimu, andai kamu tahu kamu begitu berharga tak peduli punya anak atau tidak, asal kita tetap bersama.
Waktu-waktu seperti ini, adalah saat-saat kita menikmati teh di samping rumah sambil membicarakan tujuan liburan yang selanjutnya.
Andai kamu tahu, anak bukan faktor utama kebahagiaan. Ada pasangan yang sudah punya banyak anak dan tetap berpisah, ada pasangan yang punya banyak anak, tapi tidak bahagia sama sekali. Jadi, kebahagiaan pernikahan itu tidak bisa diukur dari anak.
Baiklah aku tidak menyalahkan siapa-siapa, mungkin ini garis takdir hidup. Aku butuh waktu Auri, untuk sekarang biarkan aku terpuruk karena belum ikhlas melepaskanmu."
"Dan aku tidak akan membiarkanmu terpuruk." tambah Verena. Gadis itu maju, setelah mendengarkan semua keluh kesah laki-laki ini. Di balik tawa mereka tersimpan banyak luka yang ditutupi.
David berbalik dan menatap anak keras kepala ini.
"Kau tidak pulang?" Verena menggeleng dan sudah berjongkok di samping David, keduanya terdiam. Verena tidak masalah jika David mengeluarkan semua keluh kesahnya karena ia hanya menjadi pendamping di sini. Mungkin bisa mengelus belakang David agar sedihnya berkurang. Jika perpisahan masih terjadi di dunia ini, Verena yakin sedihnya tidak akan sedalam ini tapi perpisahan kalian karena berbeda alam, Verena yakin kepedihan yang ditinggalkan terasa begitu membekas.
"Dalam hidup ini, kita tak bisa mengontrol dengan siapa kita bertemu, dengan siapa kita berpisah. Bahkan, Om takkan percaya kalau jodohnya berakhir sama aku." ujar Verena percaya diri sambil menepuk-nepuk belakang David. Seorang laki-laki matang yang masih begitu menggoda dan Verena akan menghabiskan waktunya untuk menggoda laki-laki ini. Verena yakin, David akan jatuh ke dalam pelukannya.
Selain keras kepala, dia juga seperti tak punya otak dan hati. Berbicara tidak pakai otak dan sampai hati mengatakan seperti itu di saat dirinya masih sangat terpukul. Tidak! David tidak marah atau sampai membenci, hanya sedikit kesal karena sikap anak kecil ini yang semena-mena.
Sepertinya repot mengurus anak seperti ini, mungkin alasan ini juga yang membuat Tuhan tidak menitipkan anak pada mereka. David mendesah lagi dan memandang lagi gundukan tanah, sambil terdiam begitu lama.
"Semua yang ada di dunia ini hanya titipan, kekayaan, anak, kepintaran, pasangan. Walau Tuhan titip, tapi aku minta sama Tuhan biar dikasih Om David yang tampan." Verena memeluk lengan David. Sebenarnya ingin mencium pipi laki-laki itu lagi. Bahkan Verena tak keberatan jika David mencium bibirnya sebagai bentuk pelarian dari istrinya. Sekarang dirinya boleh disebut pelarian tapi Verena tahu akhirnya laki-laki yang menjadi kerabat orang tuanya ini adalah pasangan yang telah ditakdirkan untuknya sejak masih embrio.
"Aku mau peluk, Om." Yang membuat Verena melihat David sebagai seorang pahlawan adalah karena ia sangat dekat ayahnya. Verena menjadikan ayahnya sebagai panutan, sebagai sosok yang sangat ia kagumi dan berharap mendapatkan pasangan hidup seperti ayahnya. Selama 20 tahun hidupnya, Verena tak pernah melihat kedua orang tuanya bertengkar di hadapan anak-anaknya, ayahnya tak pernah berbuat kekerasan kepada ibunya dan juga anak-anaknya. Mommy-nya selalu berpesan, jangan cari laki-laki yang berbuat kekerasan, laki-laki yang kasar. Karena kamu akan merasakan hidupmu dalam neraka. Hal itu yang selalu Verena tanamkan dan ingin mendapatkan sosok seperti ayahnya, melihat David kerabat orang tuanya, Verena yakin laki-laki ini seperti ayahnya dan bisa menjaga dirinya. Verena tak perlu berpikir dua kali untuk melabuhkan pada laki-laki yang usianya terpaut sangat jauh.
"Umur, Om berapa? Daddy 45 tahun. Pasti sama ya? 45 tahun, masih sangat perkasa. Sekali tanam bibit, aku bisa langsung hamil berarti."
David diam, otaknya sudah penuh dengan penyesalan dan juga kesedihan yang mendalam karena mendiang istrinya dan sekarang harus mendengarkan ocehan jelek seperti ini membuat dirinya harus mengepalkan tangannya. Andai mereka masih remaja, David tak segan untuk memukul wajah Gerald kenapa punya anak begitu rese seperti ini.
"Jika Om merasa sendiri, jangan khawatir aku akan di sini. Jika Om merindukan Onty, tatap muka aku, anggap aku seperti Onty. Jika Om mau peluk orang, aku bisa Om peluk sepuas hati. Tidak terbatas, dan bisa kapan saja." Verena tersenyum, dan memeluk leher laki-laki itu.
Gadis itu berdiri karena merasa kesemutan dan memandang keadaan sekitar yang begitu tenang. Tempat peristirahatan terakhir. Sungguh, semua yang kita punya di dunia ini hanya tinggal nama. Kita benar-benar akan sendiri, meninggalkan orang-orang tercinta.
"Onty pasti bersedih dalam perjalanan melihat Om seperti ini. Jangan bersedih lagi, Om juga pasti akan menyusul, semua hanya masalah waktu. Dan menunggu waktu juga buat Om mengejar aku."
David berdiri dan melihat keadaan sekeliling. Malam ini akan terasa sangat berbeda sekali dan kesepian yang mencekik dirinya. Ia akan tidur malam tanpa Auri, setiap bangun tidur tak ada lagi senyuman tulus yang diberikan untuknya, tak ada lagi minuman panas, tak ada lagi suara panci beradu dengan kompor, tak ada suara mesin penyedot debu. Tak ada bunyi air keran karena mandi. Semuanya hanya tersisa kenangan. Laki-laki itu tak sanggup untuk melakukan semua ini sendirian, ia belum siap untuk melepaskan istri tercinta.
David berjongkok lagi dan menangis, seperti sejatinya laki-laki menangis karena tak ingin kehilangan orang tercinta.
Verena ikut berjongkok dan mengelus-elus belakang laki-laki itu dan mendengarkan suara laki-laki yang benar-benar merasa kehilangan.
"Boleh aku peluk, Om? Bukan modus, biar Om bisa merasakan Om tidak sendiri di sini." Tak perlu berpikir dua kali untuk melakukan hal itu, karena David membawa anak kecil cerewet ini dalam dekapannya dan menumpahkan semua kegundahan yang ia rasakan.
Hanya gadis kecil rese ini yang bisa melihat dirinya berada dalam titik terendah di hidupnya. Verena menutup matanya, dan terus merapalkan doa, agar pelukan ini beralih padanya sebagai bentuk kepemilikan. Pelukan yang David tujukan untuk dirinya sebagai orang yang laki-laki ini cintai.
"Semua hanya tentang waktu, Om. Karena tidak lama lagi Om juga akan tergila-gila padaku." bisik Verena penuh tekad.
David yang tadinya bersedih luar biasa, rasanya ingin melemparkan gadis ini ke galaksi Andromeda.
David akan menyalahkan Gerald, kenapa bisa cetak anak ajaib seperti ini.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Ehem, Verena lewat lagi๐ฅณ๐ฅณ๐ฅณ๐ฅณ๐ฅณ.
Suka bangat pasangan ini ๐คฉ๐คฉ๐คฉ๐คฉ. Pasangan favorit setelah Mak bapak dia๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ.
Aku suka bangat karakter Verena. Kalau ada orang kayak Verena di dunia nyata nggak tahu lagi mau bilang apa ๐คฃ๐คฃ.
Enjoy the story.
See you๐คฉ๐คฉ๐คฉ๐คฉ.
"Aku pasti akan merindukan Mommy dan Daddy. Daddy jangan nangis malam-malam ya karena merindukan aku." Refleks Rara langsung mencubit perut putri bungsunya karena gemas.Hari ini mereka akan berpulang ke Jerman, karena sudah satu minggu berada di sini, dan pekerjaan yang menumpuk sudah menanti. Tentu saja Verena memilih tinggal gadis itu banyak beralasan dan ayahnya mengizinkan waktu satu minggu agar Verena menemani David karena laki-laki itu kesepian dan tak punya keluarga.Verena punya waktu satu minggu untuk membuat David jatuh cinta padanya. Ia yakin tak butuh waktu lama pada akhirnya laki-laki itu yang akan mengejar dirinya."Mommy ... Aku sedih, Mommy pasti kesepian di rumah. Tapi Om David lebih sedih lagi, jadi temanin ya." Verena menangis dengan air mata buaya yang dibuat-buat, dan seolah bersimpati padahal ia ingin modus. Gadis itu memeluk ibunya dan tersenyum."Daddy kesayangan aku. Daddy rindu aku, bisa lihat Asher. Ada
"Kau tidak melihat cuaca di luar sangat mendukung untuk kita berbagi keringat?"Diam-diam Verena menyusup dalam kamar David. Laki-laki itu baru bisa menutup matanya karena begitu lelah dan merasa begitu capek mengahadapi kenyataan sial yang menimpa hidupnya, tapi si kelinci binal itu tidak mau berhenti. Dia hanya ingin beristirahat dan berpikir atau berlapang dada menerima jika istrinya telah pergi untuk selamanya, mereka berpisah alam."David." Verena menguncang tubuh David dan mencium pipi laki-laki itu. Dia naik ke atas tubuh David dan mencium aroma tubuh laki-laki itu, wangi tubuh yang enak, walau wangi tubuh ayahnya lebih Verena suka.Verena akhirnya memeluk David dan masuk dalam selimut. Karena tak bisa tidur, gadis itu mulai menganggu laki-laki itu. Pertama, Verena membuka selimut putih tebal itu, gadis itu naik lagi ke tubuh laki-laki itu dan bermain-main dengan rambut David. "Ingatkan aku jika kau sudah tua! Tapi kenapa kau terlalu tam
Andai dia berjenis kelamin perempuan, dan anak muda, pasti dia bisa merajuk dan guling-guling di lantai.Sayangnya, dia hanya laki-laki matang yang tengah berduka, karena kehilangan istri tercinta. David ingin menghibur dirinya, dan mengenang tempat-tempat yang ia habiskan bersama Auri dulu. Laki-laki itu hanya memandang ke luar jendela pesawat, dengan perasaan tak lega sama sekali, dengan perasaan gondok luar biasa.Anak ulat bulu di sampingnya, terus memeluk lengannya, dan dia yakin tidak akan dilepaskan."Terima kasih, Pak Tua! Kau sangat pengertian." ucap Verena percaya diri, menyandarkan kepalanya di bahu David. Mereka sedang dalam perjalanan menuju Indonesia. Verena tentu aja akan terus menganggu laki-laki itu, Verena akan ikut ke manapun David.Gadis itu terus tersenyum, di saat David hanya diam, dan tak ikhlas berada di dekatnya."Pak Tua, peluk aku. Kau tahu, aku sebenarnya takut dengan ketinggian." ucap Veren
"Pak Tua, betapa aku merindukan kau." Verena langsung berlari norak, memeluk David. Laki-laki itu hanya berdiri kaku, tak menyangka kembali dibuat pusing gadis kecil ini."Aku tahu, kau sudah menganggapku gila, tapi aku mencintaimu, Pak Tua. Okay, baiklah terlalu cepat membicarakan cinta, tapi kau harus jadi pasanganku. Aku akan memaksa Tuhan." David hanya menoleh pada gadis berisik ini, masih bertanya-tanya bagaimana Gerald membuat anak ini? Selain diberi makan ubi jalar liar di hutan, mungkin dia juga senang diberi belut, hingga jadi seperti ini."Ayo, masuk, Pak Tua!" David kembali terdiam, di saat Verena yang menyeret dirinya ke dalam rumah laki-laki itu. Rumah besar, yang terlihat menyeramkan jika tidak ada yang menempatinya."Pak Tua, kau harus memasak yang enak untukku. Kita bisa Netflix and chill, setelah itu kita bisa berjalan-jalan, sebelum Mommy kembali mengamuk dan aku kembali sibuk dengan kuliah. Kau tahu, Pak Tua, aku sangat sedih
"Pokoknya kau harus menjadi jodohku! Persetan dengan Daddy, dengan Mommy, bahkan dengan Tuhan. Kalau pun tak berjodoh, izinkan aku untuk menjambak jalang yang berani mengusik kebahagiaanku. Siapa pun yang menjadi jodohmu, izinkan aku untuk menjambaknya terlebih dahulu."Verena berkata pada dirinya sendiri, dia bertekad agar laki-laki dewasa itu menjadi miliknya. Verena tak pernah serius seperti ini demi mengejar laki-laki, dengan wajah khas blasteran, mata coklat terang, rambut keriting berwarna brunette, membuat dia sangat cantik, tapi tak pernah dianggap serius oleh Verena, dia hanya ingin menikah dengan ayahnya.Saat bertemu David, dia bisa merasakan sosok ayah itu dalam diri David, ditambah fakta David yang single sekarang, dan laki-laki matang itu begitu tampan."Ouh, Pak Tua! Bahkan aku sudah orgasme sekarang." Verena bangkit dari tempat tidurnya, dia sedang berada di rumah Kelsea sekarang. Kelsea menikah dengan Fynn sekarang, mereka seda
"Verena, liburan sudah selesai! Pulang!"Verena hanya menelungkupkan kepalanya ke atas bantal, setelah ini dia akan berpisah dengan David, dan Verena merasa dia tak sanggup melakukan ini.Gadis itu mengangkat wajahnya, kembali menatap ke layar ponsel di depan, ibunya yang sedang sibuk. Ada saja memang dilakukan wanita pendek itu."Verena! Dengar Mommy ngomong?""Yes." Verena menjawab lesu, Rara sedang memegang pisau, sibuk di dapur."Mommy masak apa?""Mallorcan Tumbet, ini resep baru. Mommy baru belajar resep, dari teman Mommy, Aunty Catalina, teman Mommy kursus bahasa." Verena hanya terdiam, membayangkan banyak makanan enak yang akan disajikan ibunya. Selain mengurus tanaman yang banyak, ibunya juga kursus bahasa sekarang, sekarang ibunya sedang bersemangat kursus bahasa Perancis."Okay."Verena terdiam, membayangkan hari-hari monoton yang akan dia jalani, membayangkan berpisah
Mata Verena menjelajah ke seluruh ruangan kamar David, walau laki-laki itu menguncinya dari dalam dia tidak akan kehabisan akal. Pandangan gadis itu menyapu seluruh ruangan, jika bisa memanjat tembok akan dia lakukan, dan akhirnya hanya bisa mendesah lelah.Gadis itu duduk di atas kasur, sambil memainkan ponselnya. Berpikir bagaimana untuk memperkosa David, atau bagaimana laki-laki itu tergoda padanya, dengan begitu dia akan mengikat laki-laki tua itu menjadi miliknya selamanya."Huh, Pak Tua menyusahkan!" gerutu Verena, masih terduduk diam.Diam-diam, Verena sudah berpikir untuk membuat kunci duplikat agar dia bebas masuk dalam kamar laki-laki ini, dan bisa memperkosa David."Aku tak sabar, Pak Tua itu mau bercinta denganku." Saat Verena mendesah kasar, pintu dibuka. Wajah gadis itu mendadak cerah, tidak dengan David yang memasang tampang ingin memakan orang lain."Aku sudah beli makanan." Verena langsung meloncat dar
"Mommy aku sangat merindukanmu." Verena memeluk ibunya saat dirinya dijemput di bandara, Verena juga meminta Gerald untuk ikut menjemput, tapi Gerald harus kerja, akhirnya Rara dan Asher yang menjemputnya."Kau benar-benar tak merindukan aku? Aku bahkan pulang demi kau!" Verena bersungut-sungut pada Asher yang memasang tampang malas melihatnya. Sifat Asher sama-sama seperti ayahnya, walau Verena lebih mendominasi."Mommy, Asher jahat! Lebih baik aku pulang saja, dia tidak meyambutku." Verena memasang tampang cemberut, mencari-cari alasan dan kesalahan, dia ingin pulang ke Indonesia, atau terbang ke Perth demi bertemu David kembali, dia benar-benar jatuh cinta pada laki-laki tua itu. Verena merasa begitu iri, pada orang-orang yang tumbuh bersama David.Saat masih cemberut, Verena merasakan Asher menarik rambutnya."Asher sialan!" Rara hanya bisa menggeleng melihat tingkah dua anaknya ini. Mereka seperti kucing dan anjing, walau sang