"Aku pasti akan merindukan Mommy dan Daddy. Daddy jangan nangis malam-malam ya karena merindukan aku." Refleks Rara langsung mencubit perut putri bungsunya karena gemas.
Hari ini mereka akan berpulang ke Jerman, karena sudah satu minggu berada di sini, dan pekerjaan yang menumpuk sudah menanti. Tentu saja Verena memilih tinggal gadis itu banyak beralasan dan ayahnya mengizinkan waktu satu minggu agar Verena menemani David karena laki-laki itu kesepian dan tak punya keluarga.
Verena punya waktu satu minggu untuk membuat David jatuh cinta padanya. Ia yakin tak butuh waktu lama pada akhirnya laki-laki itu yang akan mengejar dirinya.
"Mommy ... Aku sedih, Mommy pasti kesepian di rumah. Tapi Om David lebih sedih lagi, jadi temanin ya." Verena menangis dengan air mata buaya yang dibuat-buat, dan seolah bersimpati padahal ia ingin modus. Gadis itu memeluk ibunya dan tersenyum.
"Daddy kesayangan aku. Daddy rindu aku, bisa lihat Asher. Ada diri aku di Asher. Daddy boleh kok nelpon setiap jam, doakan anakmu untuk bisa menjadi anak yang berguna dan bisa menghibur orang lain." Verena memeluk ayahnya bergantian dan mencium pipi laki-laki itu. Verena menyeka air mata buaya dan tersenyum ke arah orang tuanya.
Gadis itu berbalik ke belakang David yang hanya berdiri lesu. Verena menyipitkan sebelah matanya ke arah David. Dan memajukan bibirnya ke udara seolah mencium laki-laki itu dan memberi kode. "Sebentar lagi, kita akan berciuman panas."
David hanya mampu mengepalkan tangannya. Sialan! Bencana apa lagi ini, padahal dia sudah senang setan kecil ini akhirnya berhambus dari hadapannya, nyatanya dia malah tinggal. Membuat drama seolah dirinya kena penyakit mematikan yang tak bisa ditinggalkan, dan dirinya hadir sebagai pahlawan.
Saat cetak anak ini, Gerald mabuk boraks hingga hasilnya bisa jadi seperti ini. David benar-benar dendam, ingin mematahkan tulang sahabat lamanya karena punya anak rese seperti ini.
"Mommy boleh telpon aku setiap jam."
Saat orang tuanya check in, Verena langsung meloncat kegirangan dan memeluk David. Dia seperti kelinci binal, begitu aktif meloncat dan sangat binal.
Verena, kelinci binal. Sepertinya cocok disematkan untuk dirinya.
"Sebagai pasangan baru, kita akan memasak hari ini, David?" David langsung melotot memandangi gadis ini. Apa-apaan ini? Bisa-bisanya dia tak sopan begitu?
"Jika hanya berdua, aku hanya ingin memanggil namamu. Nama yang selalu kusebut dalam doaku. Aku bahkan mau jika melepaskan keperawananku hari ini. Kita akan bercinta seharian, sampai panas dan terasa ngilu." Verena terkikik, membayangkan hal-hal panas. David akan mengajari dirinya bagaimana memuaskan pasangannya. Laki-laki itu akan membimbing dirinya bagaiamana membuat pasangan tetap basah dan merasa puas.
"Dan aku bisa memakai bikini milikku saat hanya kita berdua berada dalam ruangan. Bagaimana?"
"Siapa yang menyuruhmu, untuk tinggal?" tanya David dengan nada tak senang sekali. Jika dia adalah seorang perasa, pasti akan merasa tersinggung. Sekali lagi, ini adalah Verena, produk Gerald yang gagal produksi hingga menjadi ajaib seperti ini.
"Kamu seperti tidak mengerti saja, Pak Tua! Tentu saja untuk memadu kasih. Kau tidak tahu bahwa aku hanya punya waktu satu minggu untuk meyakinkan dirimu, jika aku adalah kandidat pasangan yang pas untuk menggantikan pasanganmu. Kita akan punya 3 anak yang lucu." Verena semakin erat memeluk David dan berjalan keluar menuju parkiran.
"Aku sudah menyiapkan nama anak kita. Sydney, London, dan Paris. Bukankah itu keren? Nama-nama unik yang membuat orang bertanya siapa ayahnya yang perkasa? Dan kaulah orangnya." Verena memukul dada David, seolah meyakinkan betul.
"Aku tak sabar untuk mencium bibirmu yang seksi itu, Pak Tua!"
Verena berjinjit dan mengecup bibir David.๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Verena mengintip dari kamar, melihat David yang sedang duduk di sofa memainkan ponselnya. Gadis itu terkikik, merapikan rambutnya, dan langsung meloncat keluar.
"Bagaimana? Apa kau sudah tertarik untuk bercinta denganku?" tanya Verena dengan percaya diri.
"Oh shit!" umpat David, saat melihat Verena berdiri di hadapannya hanya memakai bikini berwarna merah, dengan motif polkadot.
"Pakai bajumu!" Verena menggeleng, dia sudah sangat pasrah jika diperkosa sekarang. Sinting memang!
"Pakai bajumu, Verena!" Gadis itu menggeleng lagi, dan mendekati David. Ia sengaja memakai bikini untuk menggoda laki-laki itu dan mereka bisa berakhir telanjang bersama. Verena ingin memiliki David seutuhnya, dengan menyerahkan dirinya laki-laki itu pasti akan bertanggung jawab.
"Ayo perkosa aku, Om." Verena menarik-narik pakaian David, bahkan jika ia nekat dia bisa mengoyak baju laki-laki itu. David menggeleng dan mendorong gadis gila ini.
"Jangan gila, Verena! Pakai bajumu sekarang!" Verena menggeleng.
"Pakai bajumu!" Suara David sedikit meninggi. Kesal, laki-laki itu masuk ke kamar dan mengambil pakaian gadis itu dam melemparkan ke arah Verena. Gadis itu hanya bersungut kesal dan memakai kembali terusan berwarna krem, sambil menghentakkan kakinya kesal. Kita lihat saja nanti, laki-laki ini akan bersujud dan memohon padanya, agar ia mau hidup bersamanya, walau sudah berjanji hanya David pasangan hidupnya.
"Aku mengantuk, boleh tidur di dada, Om?" Verena langsung meloncat di pangkuan David yang bokongnya bahkan belum menyentuh sofa. Gadis itu memeluk dengan kuat, dan menelungkupkan kepalanya di dada David. Ini yang biasanya ia lakukan saat masih kecil di dada ayahnya. Tapi saat dewasa, Verena tahu dia tidak bisa lagi seperti itu, karena ada batasan yang membuat dia tak bisa bermanja-manja dengan ayahnya seperti ini. Hingga Verena bertekad mencari laki-laki yang seperti ayahnya agar kebiasaan itu bisa dia teruskan.
Verena menghirup aroma kayu yang menguar dari tubuh David. David menyusupkan tangannya ke dalam kaos David dan menggerayangi dada laki-laki itu.
David menutup matanya sambil mengepalkan tangannya, benar-benar ingin membanting Verena sekarang. Gadis itu mendongak melihat laki-laki dewasa itu menutup matanya, Verena mengira David sudah ikut terbawa suasana, dan sebentar lagi mereka bisa bercinta dengan panas di atas sofa ini.
Dengan nakal, Verena menunduk ingin membuka resleting celana David. Verena tersenyum, penasaran ingin melihat isi dalamnya.
"Perlukah kita melanjutkan ini?" tanya Verena dengan mengelus-elus gundukan keras dari luar celana, dan menggigit cuping telinga David.
"Aku sangat horny sekarang. Masuki aku, penuhi diriku dengan senjatamu yang perkasa itu." goda Verena dengan sensual. Gadis itu mulai bangun dan menanggalkan dressnya. Ia tersenyum nakal ke arah David yang menghela napas berat. Yes! Laki-laki ini masuk dalam perangkapnya.
"Telanjangi aku!" Verena menutup matanya, dan menunggu David datang. Gadis itu mengintip sedikit, dan ya David berdiri dan menuju ke arahnya. Verena langsung meloncat walau dengan mata tertutup. Pertama-tama, laki-laki itu pasti mengelus-elus wajahnya, ke arah leher, naik ke atas bibirnya. Dia memainkan bibirnya, dan tangan itu digantikan dengan sesuatu yang hangat. David menciumnya dan lidah keduanya saling bergantian, menghisap dan saling menyesap.
Dia akan meneruskan permainan tadi, dengan memasukan tangannya ke milik David yang besar dan panjang pastinya berurat dengan ujung merah. Dia membelainya, mengocoknya, setelah itu celana laki-laki itu langsung dilepaskan dan Verena bisa melihat kepala jamur yang begitu besar dan langsung ia masukan dalam mulutnya. Dia akan menghisap seperti mengemut permen, sampai keluar cairan putih. Verena akan menggosokkan cairan itu ke seluruh tubuhnya dan ia tergolek tak berdaya saat David membelai bibir bawah miliknya, laki-laki itu menjilat, membelai, keluar masuk dalam intinya menggunakan lidah yang membuat dirinya keluar dan merasa pusing karena terasa begitu nikmat.
Dia akan melebarkan kakinya saat milik keduanya akan bertemu untuk pertama kalinya, keduanya bersalaman, berciuman, dan akhirnya saling memberi rasa nikmat.
"Aanghhhh David, ini nikmat sekali. Lakukan lagi, lebih keras lagi. Masuki aku hingga dalam, aku ingin terbang bersamamu ke angkasa."
"Ouhhhhhh David, aku sudah mau sampai.... Enggghhh..."
"Aduh sakit!" Verena mengandu kesakitan saat membuka matanya karena wajahnya dipukul. Gadis itu langsung manyun.
"Baru membayangkan saja aku bisa merasakan rahimku terasa hangat karena spermamu, Pak Tua! Ayolah kita bercinta." Verena memeluk lengan David. Ini adalah salah satu stimulasi cepat mati, karena gadis ini begitu liar.
David langsung mendorong Verena. Gadis tetap bersikeras untuk menggoda laki-laki itu.
"Sebelum aku mengusirmu, lebih baik kamu diam!" Verena mengerucutkan bibirnya, David benar-benar marah.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
"Makan!" Verena merajuk, dia benar-benar ingin bercinta, tapi David tak mau. Padahal menurut Verena seks adalah salah satu hal yang membuat laki-laki itu melupakan masalah berat yang sedang menimpanya. Dia dapat enak, David dapat enak. Mereka sama-sama pengertian. Huh, dasar laki-laki tua tidak pengertian!
"Jangan-jangan kau sudah impoten!" tuduh Verena, sambil menyomot makanannya asal. David memasak ayam makanan khas Australia. Chicken parmigiana. Chicken parmigiana adalah hidangan klasik berupa daging ayam dibuat schnitzel, lalu disiram saus tomat dan lelehan keju. Biasanya disajikan dengan kentang dan salad.
Hidangan begitu lezat, tapi selera makan Verena hilang. Dia bersungut-sungut sedari tadi.
"Kau tidak pengertian!" tuduh Verena sambil makan salad dan menatap ke arah David yang makan seperti biasa. Laki-laki itu menganggap dirinya anak kecil yang tak bisa diajak bercinta. Padahal Verena bisa memuaskan laki-laki ini, hingga sampai 4 ronde. Dia sanggup melakukan hal itu.
"Aku telpon ayahmu, suruh pulang sekarang!" ancam David. Verena langsung membanting sendoknya kesal. Dia merajuk padahal dia adalah orang yang anti merajuk. Baginya merajuk itu hanya buang-buang energi, tapi demi pertahanan diri dia harus merajuk di hadapan laki-laki ini agar mau membujuk dirinya.
"Bagaimana aku mau suka, kalau kamu suka merajuk seperti anak kecil. Laki-laki suka wanita yang dewasa, bukan anak kecil." Verena langsung memperbaiki cara duduknya. Ia yang biasanya makan dengan cara yang tidak anggun sama sekali, langsung makan seperti para model hanya sedikit dan mengunyah pelan dan menghitung selama 33 kali, agar struktur kulitnya tidak cepat keriput.
"Berarti ini ada indikasi, jika kau akan menyukaiku?"
"Tidak!" tandas David cepat. Laki-laki itu menuangkan anggur sebagai pelengkap dan penghangat di penghujung siang hari ini. David masih diberi cuti karena masih kehilangan. Ngomong-ngomong, kehadiran anak kecil rese ini bisa mengalihkan dirinya dari rasa sedih yang berlebihan karena kehilangan orang tercinta. Kepala otak David pusing, memikirkan anak ajaib Gerald.
Mungkin diam-diam David akan menelepon Gerald menanyakan pada sahabat lamanya, jika Verena adalah hasil kondom bocor?
Laki-laki itu melihat gadis itu yang awalnya berusaha makan dengan anggun, tapi lihatlah kini cara makannya sudah seperti orang kesurupan. Verena bahkan tak segan untuk menaikkan kakinya ke atas kursi, tak ada table manner sama sekali. Wajahnya masih anak-anak sekali, tapi kenapa otaknya konslet seperti itu?
"Biasanya kalau sudah kenyang, penyakitnya adalah mengantuk. Sebelum tidur, mungkin kita bisa main satu ronde." David menggeleng, lebih capek menghadapi anak binal ini daripada pertanyaan di alam kubur nanti.
"Setelah kita bercinta, ajak aku jalan-jalan, Om. Oh iya, satu rahasia yang harus Om tahu, aku bersedia untuk tidak pulang. Aku akan menetap di sini, bersama Om. Kita akan menikah dan punya tiga anak yang lucu." David hanya menggeleng. Verena mengangkat gelasnya dan meminum anggur untuk menghangatkan tubuhnya, gadis itu merasa kenyang sekali, dan dia memang butuh tidur, walau ingin dihangatkan oleh David terlebih dahulu.
"Setelah ini aku akan bekerja, dan kau akan merasa kesepian."
"Tidak masalah! Aku akan seperti Mommy yang menyiapkan segala kebutuhan rumah saat Daddy kerja dan anak-anaknya pergi sekolah, saat pulang seluruh rumah sudah beres dan banyak makanan tersaji. Kau tidak akan pernah merasa kelaparan karena aku akan memasak banyak makanan untukmu. Aku akan belajar memasak mulai sekarang, atau kita bisa memasak bersama agar kedengarannya romantis."
"Cepat habiskan makananmu." perintah David, walau makanan Verena sudah habis, tapi sebenarnya laki-laki itu menyuruh agar gadis kecil ini jangan sampai rese.
David membawa makanan mereka ke sink dan mencucinya. Verena langsung memeluk punggung tegap laki-laki itu. Melihat David seperti bisa melihat masa depannya.
"Kamu adalah masa depanku, kenapa kau harus menyangkal, Pak Tua?"
"Verena, minggir aku mau mencuci piring." Verena menggelengkan kepalanya walau David tak bisa melihatnya. Andai ada vacum cleaner yang besar bisa menyedot orang, David akan melakukan hal itu dan membuang gadis ini jauh-jauh. David sudah bertekad untuk menelpon Gerald agar meminta putri mereka pulang, karena kepalanya mau meledak menghadapi tingkah anak kecil ini.
Sebenarnya David ingin beristirahat karena tubuhnya benar-benar remuk, semua tulangnya terasa seperti patah. David butuh istirahat, setelah itu ia bisa jalan-jalan untuk menghibur dirinya dan menerima kenyataan jika ia akan menyendiri setelah ini. David akan kesepian di sini, tanpa istri, tanpa anak, tanpa keluarga.
"Kau tahu, aku sudah membayangkan anak-anak kita berlarian ke sini. Sydney yang manja, London yang cuek dan Paris yang hobi dandan. Kau akan pusing jadi ayah, tapi kau menyanyangi semua anak-anakmu. And I'll become a proud mommy. Aku bangga, kamu bangga, kita bangga walau anak-anak kita tingkahnya aneh-aneh."
"Dan sekarang aku pusing, karena tingkahmu yang aneh."
"Jangan dulu, Pak Tua!" Verena menggeram saat David mendorongnya dan berhasil lepas dari cengkraman si kelinci binal kecil ini. Benar-benar butuh tenaga ekstra untuk menyadarkan dirinya, jika ia terganggu dengan kehadiran anak kecil ini.
"Ayolah, David! Buahi aku. Aku ingin hamil bulan depan, aku ingin kau memanjakan aku. Kita bisa punya piyama seragam seperti Mommy dan Daddy. Saat mau bangun tidur, kita bisa bercinta sebentar sebelum mengurusi rumah untuk menambah energi. Aku sering memergoki orang tuaku bercinta, ayolah buahi aku!"
"Ayo, tidur." ajak David menarik tangan Verena. Gadis itu langsung meloncat senang, wah kesempatan besar.
"Mommy, anakmu sedang proses buat cucu untuk Mommy. Nama anaknya Sydney." Verena sudah meloncat dan berteriak seperti orang sakit ayan.
David dan Verena masuk ke kamar. Laki-laki itu menutup pintu.
"Gaya apa ya? Untuk awal mungkin kita masih mencoba gaya misionaris, setelah itu bisa gaya doggy atau 69."
David hanya menggeleng dan menarik Verena menuju menuju tempat tidur.
"Ayo tidur anak kecil! Suaramu seperti radio rusak, kepalaku makin sakit." Verena langsung merentangkan tangannya pasrah, siap dibelai sekarang.
Alih-alih dibelai, David menarik selimut dan menutup tubuh Verena. Laki-laki itu malah keluar kamar.
"Pak Tua sialan! Kupastikan aku akan memperkosamu!" teriak Verena tak terima.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Verena kambek. Aku nulis ini ketawa terus masa๐คฃ๐คฃ๐คฃ๐คฃ. Benar-benar ajaib si Verena nih.
Semoga tingkah Verena bisa menghibur kalian yg penat di dunia nyata๐๐๐.
Komen ya, biar Verena naik terus๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ.
See you๐๐๐.
"Kau tidak melihat cuaca di luar sangat mendukung untuk kita berbagi keringat?"Diam-diam Verena menyusup dalam kamar David. Laki-laki itu baru bisa menutup matanya karena begitu lelah dan merasa begitu capek mengahadapi kenyataan sial yang menimpa hidupnya, tapi si kelinci binal itu tidak mau berhenti. Dia hanya ingin beristirahat dan berpikir atau berlapang dada menerima jika istrinya telah pergi untuk selamanya, mereka berpisah alam."David." Verena menguncang tubuh David dan mencium pipi laki-laki itu. Dia naik ke atas tubuh David dan mencium aroma tubuh laki-laki itu, wangi tubuh yang enak, walau wangi tubuh ayahnya lebih Verena suka.Verena akhirnya memeluk David dan masuk dalam selimut. Karena tak bisa tidur, gadis itu mulai menganggu laki-laki itu. Pertama, Verena membuka selimut putih tebal itu, gadis itu naik lagi ke tubuh laki-laki itu dan bermain-main dengan rambut David. "Ingatkan aku jika kau sudah tua! Tapi kenapa kau terlalu tam
Andai dia berjenis kelamin perempuan, dan anak muda, pasti dia bisa merajuk dan guling-guling di lantai.Sayangnya, dia hanya laki-laki matang yang tengah berduka, karena kehilangan istri tercinta. David ingin menghibur dirinya, dan mengenang tempat-tempat yang ia habiskan bersama Auri dulu. Laki-laki itu hanya memandang ke luar jendela pesawat, dengan perasaan tak lega sama sekali, dengan perasaan gondok luar biasa.Anak ulat bulu di sampingnya, terus memeluk lengannya, dan dia yakin tidak akan dilepaskan."Terima kasih, Pak Tua! Kau sangat pengertian." ucap Verena percaya diri, menyandarkan kepalanya di bahu David. Mereka sedang dalam perjalanan menuju Indonesia. Verena tentu aja akan terus menganggu laki-laki itu, Verena akan ikut ke manapun David.Gadis itu terus tersenyum, di saat David hanya diam, dan tak ikhlas berada di dekatnya."Pak Tua, peluk aku. Kau tahu, aku sebenarnya takut dengan ketinggian." ucap Veren
"Pak Tua, betapa aku merindukan kau." Verena langsung berlari norak, memeluk David. Laki-laki itu hanya berdiri kaku, tak menyangka kembali dibuat pusing gadis kecil ini."Aku tahu, kau sudah menganggapku gila, tapi aku mencintaimu, Pak Tua. Okay, baiklah terlalu cepat membicarakan cinta, tapi kau harus jadi pasanganku. Aku akan memaksa Tuhan." David hanya menoleh pada gadis berisik ini, masih bertanya-tanya bagaimana Gerald membuat anak ini? Selain diberi makan ubi jalar liar di hutan, mungkin dia juga senang diberi belut, hingga jadi seperti ini."Ayo, masuk, Pak Tua!" David kembali terdiam, di saat Verena yang menyeret dirinya ke dalam rumah laki-laki itu. Rumah besar, yang terlihat menyeramkan jika tidak ada yang menempatinya."Pak Tua, kau harus memasak yang enak untukku. Kita bisa Netflix and chill, setelah itu kita bisa berjalan-jalan, sebelum Mommy kembali mengamuk dan aku kembali sibuk dengan kuliah. Kau tahu, Pak Tua, aku sangat sedih
"Pokoknya kau harus menjadi jodohku! Persetan dengan Daddy, dengan Mommy, bahkan dengan Tuhan. Kalau pun tak berjodoh, izinkan aku untuk menjambak jalang yang berani mengusik kebahagiaanku. Siapa pun yang menjadi jodohmu, izinkan aku untuk menjambaknya terlebih dahulu."Verena berkata pada dirinya sendiri, dia bertekad agar laki-laki dewasa itu menjadi miliknya. Verena tak pernah serius seperti ini demi mengejar laki-laki, dengan wajah khas blasteran, mata coklat terang, rambut keriting berwarna brunette, membuat dia sangat cantik, tapi tak pernah dianggap serius oleh Verena, dia hanya ingin menikah dengan ayahnya.Saat bertemu David, dia bisa merasakan sosok ayah itu dalam diri David, ditambah fakta David yang single sekarang, dan laki-laki matang itu begitu tampan."Ouh, Pak Tua! Bahkan aku sudah orgasme sekarang." Verena bangkit dari tempat tidurnya, dia sedang berada di rumah Kelsea sekarang. Kelsea menikah dengan Fynn sekarang, mereka seda
"Verena, liburan sudah selesai! Pulang!"Verena hanya menelungkupkan kepalanya ke atas bantal, setelah ini dia akan berpisah dengan David, dan Verena merasa dia tak sanggup melakukan ini.Gadis itu mengangkat wajahnya, kembali menatap ke layar ponsel di depan, ibunya yang sedang sibuk. Ada saja memang dilakukan wanita pendek itu."Verena! Dengar Mommy ngomong?""Yes." Verena menjawab lesu, Rara sedang memegang pisau, sibuk di dapur."Mommy masak apa?""Mallorcan Tumbet, ini resep baru. Mommy baru belajar resep, dari teman Mommy, Aunty Catalina, teman Mommy kursus bahasa." Verena hanya terdiam, membayangkan banyak makanan enak yang akan disajikan ibunya. Selain mengurus tanaman yang banyak, ibunya juga kursus bahasa sekarang, sekarang ibunya sedang bersemangat kursus bahasa Perancis."Okay."Verena terdiam, membayangkan hari-hari monoton yang akan dia jalani, membayangkan berpisah
Mata Verena menjelajah ke seluruh ruangan kamar David, walau laki-laki itu menguncinya dari dalam dia tidak akan kehabisan akal. Pandangan gadis itu menyapu seluruh ruangan, jika bisa memanjat tembok akan dia lakukan, dan akhirnya hanya bisa mendesah lelah.Gadis itu duduk di atas kasur, sambil memainkan ponselnya. Berpikir bagaimana untuk memperkosa David, atau bagaimana laki-laki itu tergoda padanya, dengan begitu dia akan mengikat laki-laki tua itu menjadi miliknya selamanya."Huh, Pak Tua menyusahkan!" gerutu Verena, masih terduduk diam.Diam-diam, Verena sudah berpikir untuk membuat kunci duplikat agar dia bebas masuk dalam kamar laki-laki ini, dan bisa memperkosa David."Aku tak sabar, Pak Tua itu mau bercinta denganku." Saat Verena mendesah kasar, pintu dibuka. Wajah gadis itu mendadak cerah, tidak dengan David yang memasang tampang ingin memakan orang lain."Aku sudah beli makanan." Verena langsung meloncat dar
"Mommy aku sangat merindukanmu." Verena memeluk ibunya saat dirinya dijemput di bandara, Verena juga meminta Gerald untuk ikut menjemput, tapi Gerald harus kerja, akhirnya Rara dan Asher yang menjemputnya."Kau benar-benar tak merindukan aku? Aku bahkan pulang demi kau!" Verena bersungut-sungut pada Asher yang memasang tampang malas melihatnya. Sifat Asher sama-sama seperti ayahnya, walau Verena lebih mendominasi."Mommy, Asher jahat! Lebih baik aku pulang saja, dia tidak meyambutku." Verena memasang tampang cemberut, mencari-cari alasan dan kesalahan, dia ingin pulang ke Indonesia, atau terbang ke Perth demi bertemu David kembali, dia benar-benar jatuh cinta pada laki-laki tua itu. Verena merasa begitu iri, pada orang-orang yang tumbuh bersama David.Saat masih cemberut, Verena merasakan Asher menarik rambutnya."Asher sialan!" Rara hanya bisa menggeleng melihat tingkah dua anaknya ini. Mereka seperti kucing dan anjing, walau sang
Berpisah dari David ribuan mil membuat Verena uring-uringan, rasanya ingin menendang kepala orang atau ingin makan orang.Ditambah Mark yang terus saja menganggu dirinya, sebagai pelajar Jerman yang rajin belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ujian jauh-jauh hari, Verena bukan orang yang tekun, dia hanya mahasiswa standar, walau pertanyaan apa pun, bisa lolos dari kepalanya.Gadis berambut keriting itu meniup-niup poninya, memeriksa ponsel satu menit ribuan kali, berharap David membalasnya, atau laki-laki itu menyemangati dirinya, dan menunggu Verena, mereka akan segera menikah punya tiga anak lucu.Bosan memeriksa ponsel, Verena mengambil pena dan mencoret-coret kertas.Dear, Pak Tua!Aku, Verena Rachel Willson, telah berjanji akan menjadikan engkau sebagai suamiku, akan selalu menemani dalam suka dan duka, walau kau sudah tua, tapi aku cinta mati padamu.Pak Tua, aku dari dulu selalu suka dengan bayi