Share

6. Alfano

PoV. Author

Kissela berjalan dengan terburu-buru di lorong rumah sakit, ia merasa sangat bodoh dengan berpura-pura tidak tahu apapun seperti itu. Jelas ia tahu apa yang menjadi kelemahan nya adalah berbohong. Sedikit memukul kepalanya pelan.
"Ahhh bodohnya aku" ujarnya.

"Dokter Kissela, tunggu sebentar" seorang dokter muda memanggil nya.

"Dokter Danu, ada yang bisa saya bantu?" Ujar kissela saat melihat dokter muda itu menghampirinya.

"Aku mencarimu kemana-mana dan ternyata kau di sini, ayo kita makan siang" dengan wajah yang sangat teduh dokter berkebangsaan Indonesia ini mengajak Kissela.

"Maaf, baru saja aku selesai mengurus pasien VVIP itu" balas Kissela sambil memutar matanya jengah.

Dokter Danu tertawa, ia cukup mengenal Kissela yang sangat penyabar dalam menghadapi berbagai macam pasien. Namun dilihat dari raut wajahnya kali ini ia cukup kewalahan.

"Bersabarlah dia kan anak bos kita, jelas kau tidak mau dipecat bukan" ujar Danu dengan sedikit membelai puncak kepala dokter cantik itu.

"Haiss kau membuat rambutku berantakan, sini biar kubalas" seru Kissela.

Dengan gesit dokter Danu mengelak dan mengapit leher Kissela layaknya seorang teman dan membawanya menuju kantin khusu staff rumah sakit.

Dari kejauhan terlihat Ganesa memperhatikan keduanya dengan tatapan tajam penuh dengan selidik.
Sedikit mendengus lalu ia berbalik pergi.

Bruk!!!

"Aihhsss! Siapa yang menaruh air kotor ini di sini!" Serunya mengejutkan beberapa perawat yang berada tidak jauh dari nya.

Lalu datanglah seorang gadis berpakaian ofice girl dengan tergopoh-gopoh membawa kain pel ditangannya.

Mata gadis itu membulat begitu melihat air kotor berceceran di lantai yang sudah ia pel parah nya air itu mengenai seorang pria yang sedang menatapnya tajam.

Dengan cepat ia menarik tempat air itu dan menunduk meminta maaf, berkali-kali ia meminta maaf namun orang di depannya masih belum mengeluarkan suara barang sedikit.
Dengan sedikit keberanian, gadis itu melirik dengan takut kearah Ganesa yang masih menatapnya.

"Aku minta maaf, tuan" gumamnya.

Ganesa terdengar mendengus lalu pergi begitu saja. Gadis itu menghembuskan nafas melihat Ganesa yang pergi begitu saja.

"Cath, kau tidak apa?" Tanya seorang ofice boy yang merupakan kepala bagian kebersihan.

"Iya aku tidak apa-apa, semua baik-baik saja" serunya nyaring. Dia memegang gadis yang periang.

^^^^^

Kissela dengan enggan membawa wadah makanan kedalam kamar vvip yang di tempati oleh Fano. Padahal ia sudah berhasil mencari alasan untuk tidak bertemu lelaki itu sejak tadi, namun mau bagai manapun makan malam pasti akan datang dan ia harus bertemu lagi dengan Fano.

"Selamat malam, tuan. Waktunya makan malam" ujarnya saat membuka pintu.

Seketika ia terdiam saat tidak menemukan siapapun di dalam ruangan itu. Dahinya berkerut matanya menjelajah ruangan ia berjalan kearah meja di ruang tunggu dan menaruh wadah makanan yang ia bawa dia atas nya.

"Kau mencariku?" Sebuah suara mengejutkan nya.

Dengan cepat ia berbalik dan mendapati lelaki itu sedang bersandar di pintu masuk ruangan itu. Dengan gugup Kissela mendekat kearah Fano, ia meraih lengan lelaki tampan itu dengan lembut.
"Kenapa anda melepaskan infus ini" ujarnya selayaknya seorang dokter.

Membuat Fano sedikit terbuai, namun ibergegas kembali kekesadaran nya.
"Disini hanya ada kita berdua, apa kau tidak ingin jujur saja dan membicarakannya pada ku?" Ujar Fano dengan tenang sambil terus memperhatikan saat Kissela memasang kembali selang infus yang sempat di lepasnya.

"Apa yang harus kita bicarakan tuan, saya rasa itu pasti sudah biasa anda lakukan" balas Kissela pada akhirnya.

Fano mengangguk ringan,
"Kau benar ini memang biasa untukku, tapi apa untukmu ini juga biasa? Jelas tidak bukan" Fano menatap Kissela dengan intens, "kau baru sekali melakukan nya dan ini baru yang kedua bersama ku, itu yang kau katakan padaku malam itu" lanjut Fano mengingatkan.

"Sebelum itu semua kita lakukan anda sempat bertanya takut bahwa aku menyesal, dan aku tidak menyesal karena semua sudah selesai" balas Kissela yang mulai menyuapi Fano seperti yang diminta laki-laki itu pada gadis itu selama ia menjadi pasien di rumah sakit itu.

Fano menghembuskan napasnya mulai merasa frustasi, merasa gadis di hadapannya ini sangat sulit untuk dia taklukan tapi Fano harus bisa mengontrol dirinya agar semua tetap dalam kendalinya.

"Bagaimana jika kita lupakan semua yang pernah terjadi, aku rasa itu hanya hal biasa untuk orang dewasa seperti kita, bukan begitu?" Ujarnya bertanya pada Fano yang mengalihkan tatapannya.

Fano berjalan menuju sebuah sofa di ruang itu.
"Tentu. aku hanya takut kau merasa tertekan, itu saja" balas Fano.

Mendengar itu Kissela merasakan sebagian dari hatinya berdenyut nyeri.

"Baiklah, sekarang sudah masuk jam minum obat, setelah itu anda bisa istirahat" ujar Kissela memberikan wadah obat kepada Fano.

"Kau bisa pergi" ujar Fano singkat.

Kissela mengangguk lalu pergi meninggalkan Fino diruangan nya.

Kissela berjalan dengan tangan yang mengelus dadanya yang terus berdebar. Entah kenapa tiba-tiba dia sangat emosional dalam menghadapi perkataan pasien nya satu ini. Ia terus berjalan cepat kearah taman rumah sakit.

"Hei, Kissela" ujar seseorang yang menahan lengannya.

Kissela menoleh ia menatap orang yang memanggilnya, senyum terukir di wajahnya saat melihat Danu yang baru saja selesai memeriksa pasiennya.

"Kau sudah selesai?" Tanya Kissela yang di jawab anggukan oleh Danu.

"Ya baru saja, bagai mana dengan pasien sepesial mu itu?" Tanya Danu meledek.

Mendengar itu Kissela hanya bisa memutar matanya menandakan ia sangat lelah.
"Aku rasa dia sudah sehat dan boleh meninggalkan rumah sakit ini besok" ujar Kissela dengan lemas.

"Baguslah kalau begitu, sedikit canggung saat melihat para perawat berpakaian aneh seperti sekarang" keluh Danu yang membuat Kissela tersenyum geli.

"Jangan berbohong, kau pasti sangat senang kan mendapatkan pemandangan seperti  itu setiap harinya" seru Kissela yang membuat wajah Danu bersemu.

"Lihat wajahmu memerah, wahh aku tidak menyangka kau ternyata seperti ini" lanjut Kissela membuat Danu menutup mata Kissela dengan tangannya karena malu.

"Jangan melihatku sepeti itu, Kissela" balasnya yang membuat Kissela tertawa.

Keduanya tidak menyadari jika dari jendela ruangan rumah sakit yang mengarah kearah taman terlihat seorang pria menatap kearah keduanya. Tangannya mengepal kuat, ia merasakan rasa tidak rela jika dokter cantik itu disentuh oleh lelaki selain dirinya.

"Kau melihat apa?" Tanya Al yang baru saja tiba.

Tak mendapatkan jawaban, Al ikut melihat kearah pandang Fano.
"Wahh lihat itu, romansa para dokter muda" seru Al dengan nyaring.

"Sangat menggelikan," seru Fano, " ada apa kau kesini!?" tanyanya pada Al.

"Tidak ada, aku hanya bosan di rumah" ujarnya seraya merebahkan diri di atas tempat tidur pasien.

Fano mendengus, "bosan? atau hanya kabur dari perjodohan orang tua mu?" tuturnya dengan nada mengejek.

Al tertawa dengan nada sarkas, menatap tv yang menayangkan nilai saham.

"Setidaknya aku tidak sepertimu yang merana menahan gairah seorang dokter cantik."

"Brengsek kau!" Serunya menyerang Al dengan melempar bantal sofa.

Mereka bertingkah seperti anak kecil pada malam itu dan berakhir dengan tertidur dengan Fano di sofa panjang dan Al di atas tempat tidur pasien milik Fano.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
🌹isqia🌹
kok terbalik yha ceritanya seru tapi kok ngga ada yha peminat comennya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status