Share

Masa Lalu

Langit berada di ruang kerjanya, ia menatap sendu pada layar komputer lipat yang menyala. Langit sedang memperhatikan foto-foto yang pernah ia ambil beberapa tahun ke belakang.

Terdapat banyak foto yang terpajang di sana. Langit mengklik salah satu foto hingga terlihat jelas gambar seorang wanita muda bersama seorang lelaki dan anak perempuan berada di tengah diantara keduanya terlihat sangat bahagia.

Wanita itu terlihat sangat mirip dengan anak perempuan itu. Dia yang tak lain adalah Indah, mama dari Princessa, anak kecil yang dulu berusia lima tahun dan sekarang sudah tumbuh menjadi gadis remaja. Dan lelaki yang berada di samping Indah tak lain ialah Langit.

Foto itu diambil dua belas tahun yang lalu. Saat itu mereka sedang berada di salah satu mall yang ada di Bandung.

"Benar kata pepatah. Cinta sejati akan kembali pada pemiliknya. Seperti kamu yang merupakan cinta sejatiku. Tuhan mengembalikan kamu padaku dari orang jahat seperti Rio," gumam Langit

"Terima kasih sudah memberikan warna-warni dalam hidupku. Dan juga menghadiahkan seorang putri cantik untuk menemaniku setelah kepergianmu. Kamu pasti sudah tahu, Ndah, aku akan merasa sangat kesepian tanpa kehadiranmu di sampingku. Cessa membuatku tersadar akan sebuah kewajiban yang belum aku lakukan untukmu," Langit menjeda perkataannya, menarik napas dalam lalu membuangnya.

"Aku berjanji akan membuat mereka semua merasakan penderitaan yang setimpal dengan yang sudah mereka semua lakukan kepadamu dan putri kita," Rasa sesak menyeruak di dadanya, kedua bola matanya mulai memanas hingga mengeluarkan setetes cairan bening.

Bayangannya berputar pada kejadian kebakaran toko kue milik Indah yang hampir saja merenggut nyawa Indah dan juga Cessa. Beruntung Tuhan masih melindungi Istri dan juga putrinya dari musibah itu.

Kebakaran itu terjadi ketika Cessa berusia empat tahun. Satu tahun sebelum gambar dalam foto itu diambil. Saat itu usaha yang digeluti Indah mulai dari nol, kini berkembang pesat. Toko kuenya selalu ramai pengunjung dan sudah memiliki banyak pelanggan tetap.

Indah tak lagi bekerja sendiri, ia sudah bisa menggaji dua orang karyawan untuk membantunya di toko dari hasil jerih payah menjual kue-kuenya yang lezat.

Pagi itu seperti biasanya, Langit pamit pergi ke kantornya. Sementara Indah akan mengantarkan Cessa ke sekolahnya, setelah itu pergi ke toko kuenya.

"Ayah berangkat kerja dulu ya, Princessa," pamit Langit kepada Cessa yang juga sudah siap hendak berangkat ke sekolahnya. Langit berjongkok mensejajarkan tinggi badannya dengan Cessa lalu mencium kedua pipi gembul milik putrinya itu gemas.

"Belajar yang rajin agar nanti Cessa bisa jadi dokter," gadis kecil itu mengangguk mengiyakan pesan yang disampaikan Langit seraya mengangkat tangannya dan melipat jarinya membentuk huruf "O"

"Okey," ucapnya singkat lalu tersenyum memperlihatkan deretan gigi susunya yang tersusun rapi dan bersih.

"Anak ayah pintar," puji Langit seraya mengusap Lembut puncak kepala Cessa. Langit beranjak lalu menatap wajah cantik Indah yang sedari sedang memperhatikannya dan putrinya.

"Aku ke kantor dulu ya. Kamu hati-hati di jalan saat mengantar Cessa ke sekolah," ucap Langit lalu mengecup singkat dahi Istrinya.

"Kamu juga hati-hati!" Indah berucap seraya memperlihatkan senyum manis di bibirnya.

Langit pun masuk ke dalam mobilnya, lalu mulai menghidupkan mesinnya dan segera melajukan mobilnya. Indah dan Cessa melambaikan tangannya mengiringi kepergian Langit. Setelah mobil yang dibawa suaminya menjauh dan menghilang dari pandangannya. Indah pun berangkat mengantarkan Cessa ke sekolahnya dengan mengendarai mobil miliknya.

***

Setelah mengantarkan Cessa ke sekolah dan menitipkan kepada gurunya. Indah langsung pergi untuk membuka toko kuenya. Hari ini tokonya mendapat banyak pesanan, Indah bersama dua karyawannya sedikit keteteran membuat kue-kue pesanan pelanggan.

"Rika, kue pesanan Bu Laksmi sudah ada semua? Coba tolong kamu cek lagi! Setelah itu segera antar kuenya," Indah berucap sambil mengocok adonan.

Rika memeriksa ulang kue pesanan Bu Laksmi dan menghitungnya. Setelah dirasa semua sudah siap, Rika pun pamit kepada Indah untuk mengantarkan kue tersebut kepada pemiliknya. Namun sebelum ke luar dari toko, Rika melihat dua orang lelaki mengenakan jaket hitam berdiri tidak jauh dari toko tempatnya bekerja.

Kedua lelaki itu sedang mengobrol sambil sesekali tangannya menunjuk ke arah toko kue Indah. Mereka seperti sedang merencanakan sesuatu, terlihat sangat mencurigakan. Namun Rika menghalau jauh-jauh perasaan buruk terhadap orang yang tak dikenalnya itu.

Rika pergi untuk mengantarkan kue pesanan Bu Laksmi. Indah masih bergelut di dapur sedang menghias kue-kuenya yang sudah matang. Sementara Desi, karyawan Indah yang lainnya sedang berjaga di depan untuk melayani pengunjung yang mampir ke toko.

Tak terasa kini waktunya Indah untuk menjemput Cessa dari sekolahnya. Indah yang saat itu masih disibukkan dengan aktivitasnya, membuat ia terpaksa meminta Desi untuk menjemput Cessa dari sekolahnya. Wanita yang diperkirakan lebih tua dua atau tiga tahun dari Indah itu tak menolak karena putrinya pun bersekolah di sekolah yang sama dengan Cessa.

"Mbak Des, ini sudah waktunya Cessa pulang. Tapi pekerjaanku belum selesai," ucap Indah masih fokus menghias kue-kuenya.

"Mbak Des tolong jemput Cessa ya!" seru indah, Desi mengangguk mengiyakan permintaan Indah.

"Kalau gitu aku sekalian jemput Alya juga deh, gak apa-apa kan kalau Alya aku ajak ke sini?" Desi meminta izin untuk membawa putrinya ke toko.

"Ajak saja, Mbak. Biar Cessa ada temannya di sini," ucap Indah seraya memberikan kunci mobilnya kepada Desi.

Desi pun bergegas meninggalkan toko untuk menjemput Cessa di sekolahnya. Sementara Indah menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi.

Tiga puluh menit kemudian, pekerjaan Indah sudah ia selesaikan semuanya. Ia memindahkan kue-kuenya ke bagian depan untuk di simpan sebagian di etalase penyimpanan kue dan sebagiannya lagi akan ia kemas untuk diantar kepada pemiliknya. Tak lama kemudian, Desi kembali bersama Cessa dan juga Alya.

"Mama...," Cessa berlari kecil menghampiri Indah. Dengan senyum mengembang di bibirnya Indah menyambut kedatangan putri kecilnya, memberikannya pelukan dan ciuman dikedua pipi gembulnya.

Tanpa mereka sadari seseorang masuk ke dalam dapur toko lewat pintu belakang. Mereka masuk dengan cara membobol pintu itu. Satu orang berjaga di luar, dan satunya lagi menyelinap masuk ke dalam. Lelaki itu mencoba merusak selang yang terpasang pada tabung gas.

Setelah berhasil merusak benda tersebut, ia membuka botol berisi minyak tanah yang sudah ia siapkan sebelumnya. Lelaki itu menyiramkan cairan tersebut pada setiap sudut dapur.

Sebelum lelaki misterius itu ke luar dari sana. Ia memercikan korek api, dan melemparnya ke lantai yang sudah disiram minyak tanah. Kedua sudut bibirnya mengembang, puas.

Ia segera ke luar dari sana setelah melihat api mulai membesar. Mengirimi pesan kepada seseorang, memberitahukan bahwa ia sudah selesai mengerjakan tugasnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status