Hening.
Keadaan menjadi hening.
Tidak ada seorang pun dari mereka yang bergerak sedikitpun.
Jasad Roni masih terbaring disana.
Kiki pun teringat kembali kenangan saat mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya.
Mereka berdua bertemu saat mereka berada di bangku SD. Saat itu Kiki merupakan anak yang sangat pemalu dan korban bully juga. Suatu hari, Kiki sedang duduk di bangkunya menghindari kontak mata dengan siapapun karena takut dibully, seorang anak laki-laki menghampirinya.
Situ Buleud kini sudah berubah menjadi danau yang sangat luas. Alfi dan kawan-kawan sedang berdiri di atas gordeng ajaibnya yang telah berubah menjadi papan selancar.“Kartika! Herman!”Seru Alfi memeluk pinggang Herman dan Kartika dengan erat.”Ayo lompat!”Lanjutnya melompat bersama mereka berdua.Alfi menarik kembali gordeng ajaibnya dan melemparkannya kembali, gordeng itu melesat masuk dan keluar danau secara terus menerus membentuk pulau-pulau kecil di sekeliling Kiki. Gordeng itu terus seperti itu membentuk pulau-pulau kecil agar Alfi dan kawan-kawan bisa leluasa bergerak untuk mengalahkan Kiki.Alfi dan kawan-kawan pun mendarat di saah satu pulau kecil itu. Kartika pun langsung mencekik Alfi dengan kuat.
Gelap...Hening..6 sosok misterius itu tengah duduk di meja segi enam yang besar itu.“Sudah 3 orang telah dikalahkan.”Kata si jubah biru.“Kita harus melakukan sesuatu! Mereka sudah menghina kita!”Tambah si jubah merah emosi.“Dan ditambah lagi anggota baru mereka, Herman telah berhasil mendapatkan Ribonya. Dan kini dia sudah menjadi lebih kuat sampai dia dapat menembus kulit tebal Kiki.”
Langit malam tak berbintang bagaikan kehidupan yang hampa. Alfi tengah berdiri di puncak Pinto karena hari ini adalah gilirannya jaga malam. Suasana begitu hening.“Hei Pinto.”Kata Alfi mencoba mencairkan suasana.“Iya?”Balas Pinto.“Apa kau tidak lelah terbang terus?”Tanya Alfi.“Tentu saja tidak. Aku adalah mangkuk terbang yang diciptakan oleh Iru para leluhur yang sangat murni dan kuat, jadi aku tidak akan pernah kelelahan.”Jelas Pinto ramah.“Lalu, apa yang kau makan?&
“Apa maksudmu?”Tanya Alfi keheranan.“Kau pasti sudah tahu kan? Waku-waku berencana untuk menyerang Bali kali ini dan aku yakin musuh yang menunggu kalian disana pastinya lebih kuat dari yang pernah kalian hadapi sebelumnya. Kami kemari untuk membantumu menghadapi mereka.”Jelas Koji mendekati Alfi.”Dan juga, aku mendapat kabar bahwa Rian ada disana.”Lanjut Koji.“Aku mengerti.”Kata Alfi singkat.Kartika, Herman dan anak buah Koji pun menghampiri mereka.“Apa semuanya baik-baik saja?”Tanya Koji.“Iya, kecuali Indra.”Kata si rancung membopong si kumis tipis kampr
Matahari yang terik sekali menyengat mereka berdua.Panas matahari seolah-olah membakar mereka berdua hingga keringat mereka terasa hangat.Tertutama Alfi yang keringatnya bercucuran sampai seluruh wajahnya basah.“Apa kau tidak kepanasan?”Tanya Wira.“Tidak.”Jawab Alfi singkat.“Apa kau tahu barang apa yang penting dibawa saat kau pergi ke pantai?”Tanya Wira.“Baju renang dan bikini?”Balas Alfi singkat.“Apa isi kepalamu itu cuma hal-hal seperti itu saja kah?”Tanya Wira kesal.
Pemuda itu masih memasang tatapan dinginnya pada Alfi. Alfi merasa ada sesuatu yang aneh pada orang ini. Tatapannya benar-benar dingin seolah-olah ia adalah gambaran nyata dari apa yang kita kenal dengan kematian. Alfi merasa dirinya terintimidasi oleh tatapan dingin itu. Ia tidak dapat mengucapkan sepatah kata apapun, padahal dia memiliki mulut yang bawelnya minta ampun. Aku merasa puas aku dapat menutup mulut sialannya itu. Baiklah, kita kembali lagi, Alfi juga merasa benar-benar tertekan oleh kehadiran pemuda itu. Apakah ini yang disebut cinta?"Woi!"Seru Alfi padaku."Ada apa?" Tanyaku. "Apa kau tidak bisa lihat aku sedang sibuk menulis narasi setelah sekian lama hiatus?" Lanjutku."Kau b
Kartika terlihat sangat bersungguh-sungguh kali ini. Alfi tidak dapat nelakukan apapun karena dia sudah kehabisan tenaga untuk bertarung, jangankan bertarung, berdiri saja tidak bisa. Kartika pun memanggil Cakra.“Ribo tipe B kah?”Ucap pemuda itu.“Kartika, kau harus berhati-hati. Satu kesalahan saja, kau pasti tahu akibatnya kan?”Jelas Cakra.Kartika hanya menganggukan kepalanya.“Cakra, kumohon, bujuklah Kartika untuk melarikan diri dengan yang lain. Kau pasti sudah tahu betapa berbahayanya orang ini kan?”Pinta Alfi.“Maaf Alfi, aku juga sepemikiran dengan Kartika. Aku ada untuk melindungi sang Alfa dan tuanku, aku ti
“Tunggu...”Kata Alfi berdiri dengan susah payah.”Apa maksudmu dengan membantu kami?”Tanyanya.“Tepat seperti yang kukatakan, aku disini untuk membantu kalian. Dan kalian juga pasti tahu bahwa Waku-waku akan menyerang Bali, oleh karena itu, saya disini untuk membantu kalian.”Jelas Made.“Tunggu, jika anda tahu Waku-waku... Itu berarti....”Kata Kartika.“Benar, saya juga seorang pengguna Doki-doki atau lebih tepatnya, saya adalah salah satu tetua yang menjaga pulau Bali.”Jelas Made.“Tetua...”Ucap Kartika.Pemuda itu pun berdiri. Alfi dan Kartika pun langsung waspada.