Share

4. Kejutan

Aluna dan Alena akhirnya sampai di rumah Tantenya, yaitu Tante Nita. Benar-benar sebuah kejutan, Pak Suhar yang notabene adalah satpam di rumah tante Nita kaget dengan kemunculan mereka berdua malam itu.

"Loh ... Neng Aluna dan Neng Alena, kenapa tidak memberi kabar dulu?" pak Amir terlihat tercengang kaget.

"Ssssttt! Kita sengaja Pak, mau memberi surprise!" sahut Aluna.

"Apa Tante sudah tidur, Pak?" tanya Alena.

"Sepertinya belum, Neng." 

"Kalau begitu kita-kita masuk ya, Pak!" Alena menarik kopernya, disusul Aluna. Kedua gadis itu berjalan menuju pintu utama. 

Saat keduanya menginjakkan kaki mereka, tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah Mang Dadang. 

Mang Dadang terlihat terkejut. Dia hampir saja berteriak, namun si kembar langsung memberi kode.

"Sssssttt!!!" 

Kedua gadis kembar itu menempelkan jari telunjuknya di bibirnya masing-masing. Mang Dadang pun manggut-manggut.

"Si Eneng, kenapa pulang tidak memberi kabar? Kan bisa Mamang jemput!" 

"Namanya juga mau kasih surprise, Mang!" masih dengan suara pelan dan lirih.

"Tante Nita di mana, Mang?" tanya Alena berbisik pelan.

"Ada di dalam, Neng!" jawab Mang Dadang.

Si kembar masuk, berjalan mengendap-endap melewati ruang tamu menuju ruang tengah. Namun, nampaknya kejutan yang akan diberikan oleh si kembar untuk Tantenya gagal.

"Loh! Non Aluna dan Non Alena kenapa berjalan mengendap-endap!" teriak Bi Inah yang otomatis membuat Tante Nita yang sedang menonton Televisi menoleh.

"Ah, Bi Inah kenapa teriak!" rajuk Alena.

"Gagal deh surprisenya!" kesal Aluna.

Padahal Mang Dadang sudah memberi kode pada Bi Inah, namun Bi Inah memang suka lemot jadi dia tidak paham akan kode-kode seperti itu.

"Ya maaf, Non!" celoteh Bi Inah.

"Kalian kapan sampai? Kenapa tidak memberi kabar pada Tante?" 

"Namanya juga kejutan, Tante!" jawab Alena.

"Bi Inaaaah!" panggil Tante Nita.

"Iya, Nyah!" jawab seorang wanita yang keluar dari dapur dengan berlari-lari. "Ada apa, Nyah."

"Bibi kenapa berlari-lari? Nanti kalau jatuh gimana?" 

Bi Inah hanya nyengir mendengarnya.

"Tolong siapkan kamar untuk si kembar!" pintahnya.

"Siap, Nyah!" ucap Bi Inah sambil mengangkat tangannya seperti orang sedang ikut upacara bendera.

"Ih, apaan sih Bi!" 

Aluna dan Alena tertawa bersamaan, lalu mereka berdua berjalan mengekori Bi Inah masuk ke sebuah kamar.

"Ini kamarnya, Non. Bibi rapiin dulu, ya!"

"Kita bantuin ya, Bi!" 

Kembali dua gadis kembar itu menurut bersamaan. Keduanya menarik koper dan menaruhnya di pojokan dekat lemari kayu, lalu kedua gadis kembar itu menghampiri Bi Inah.

Aluna dan Alena membantu Bi Inah membereskan dan merapikan kamar yang akan mereka tempati untuk sementara waktu.

"Non Aluna dan Non Alena, kenapa tidak tinggal di Belanda saja?" celoteh Bi Inah.

"Maunya Bi, tapi kan rumah kita di Indonesia jadi kita pun harus balik kandang kesini!" sahut Aluna.

"Hmm ... pacar Non berdua ikut pulang tidak?" tanyanya lagi sambil merapikan spray.

"Revan dan Bagas nanti menyusul, Bi!" balas Alena.

Pintu kamar terbuka, membuat seisi kamar langsung menoleh kearah pintu. Aluna, Alena, dan Bi Inah memperhatikan gerakan pintu. Sesaat setelah itu, tante Nita muncul.

"Kalian berdua, apa sudah makan?" tanya tante Nita.

Belum sempat dijawab oleh si kembar, bi Inah sudah menimpali pertanyaan majikannya.

"Belum, Nyah!" serunya.

"Yee, Bi. Yang ditanya siapa, kenapa bi Inah yang jawab," Aluna dan Alena tertawa. 

Bi Inah memang sosok yang sangat lucu, namun kadang baik si kembar atau mang Dadang suka mengerjai bi Inah, karena bi Inah memang doyan latah. Nah, dari kelatahannya wanita itulah yang membuat mang Dadang kadang suka mengagetinya.

"Kenapa Enon ketawa?" ujar bi Inah yang merasa bingung.

"Ha ha ha, tidak ada kok Bi!" sahut Alena.

"Kalau kalian ingin makan, nanti bisa minta bi Inah untuk menghangatkan ayam goreng," tante Nita pun kembali menutup pintu.

Alena menyenggol lengan Aluna, gadis itu memberi kode pada kembarannya tersebut.

"Kenapa? Kau lapar?" tanya Aluna memperhatikan tangan kembarannya itu yang memegang perutnya.

"Mubazir kalau ayamnya tidak dimakan!" cicit Alena.

"Ya sudah, kita makan lagi!

"Kenapa, Bi?" tanya Aluna.

Bi Inah nyengir kuda, "tidak apa-apa Non, Bibi hanya kangen." 

"Yee ... si Bibi ada-ada saja!" tukas Alena.

"Oiya, Non Aluna dan Non Alena tidak kembali lagi ke Belanda, kan?" tanya Bi Inah.

"Tidak, Bi. Kita berdua akan stay disini kok!" balas Aluna.

"Oohh ...." Bi Inah mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa, Bi? Takut ditinggal lagi, ya?" goda Alena pada bi Inah.

"Ah, Non Alena tahu saja. Rumah sepi Non, yang ada mang Dadang selalu ngerjain bibi, karna tahu kalau bibi suka latah," kata bi Inah panjang lebar.

"Bi Inah curhat nih ceritanya?" timpal Aluna tertawa.

"Nah, jarang-jarang loh Bibi curhat," ujar bi Inah.

"Selesai sudah!"

"Kelar deh!" 

Si kembar kompak berseruan membuat bi Inah sontak kaget.

"Eh, copot ... copot!" bi Inah memegangi dadanya.

Aluna dan Alena saling pandang, kemudian mereka tertawa bersamaan.

"Sudah ah ketawanya, aku lapar nih!" sahut Alena memegangi perutnya yang terasa keroncongan.

"Non berdua mau makan?" tanya bi Inah.

"Mau Bi, lapar nih!" jawab Alena.

"Ah, dasar perut gentong!" ledek Aluna.

"Biar saja!" sahut Alena.

"Bibi hangatkan ayamnya dulu ya, Non." Bi Inah berlalu dari hadapan si kembar. 

"Aku mau ganti baju dulu," kata Alena. Gadis itu lalu berjalan melangkah mendekati kopernya, lalu membuka koper dan mencari piyama tidurnya. Setelah mendapatkan piyama tidurnya, Alena langsung melangkah masuk ke kamar mandi. Begitupun sebaliknya, Aluna nampak mengeluarkan piyama tidur yang sama dengan milik Alena hanya berbeda warna saja dengan Alena, kembarannya.

Setelah selesai berganti baju dengan piyama tidurnya, si kembar lalu keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

Mereka berdua berjalan melewati ruang tengah yang sudah sepi dengan penyalaan lampu yang remang-remang.

"Apa tante Nita sudah tidur?" tanya Aluna pada Alena.

"Mungkin saja. Coba tanya pada bi Inah nanti," balas Alena.

Keduanya menghentikan langkahnya ketika melihat bi Inah yang sedang berdiri di depan pemanas nasi dengan menggerak-gerakan pantatnya, terdengar sedikit irama suara dari mulut bi Inah. Aluna menyenggol tangan Alena dan sepertinya keduanya punya pemikiran yang sama. Lantas keduanya melangkah kaki mereka pelan-pelan mendekati bi Inah, namun acara merek berdua yang ingin mengerjai bi Inah gagal karna mang Dadang.

"Non Aluna dan Non Alena sedang apa?" mang Dadang yang tiba-tiba masuk ke dapur membuat Alena kaget dan menyenggol sebuah gelas plastik.

"Ah, mang Dadang mengagetkan saja!" protes Alena.

Aluna hanya tertawa dengan menutup mulutnya.

"Hayooo ... Non berdua mau mengageti Bibi, ya?" 

"Tidak Biii ... tidaaak!" seru si kembar bersamaan sambil mengibas-ngibaskan tangan mereka.

"Aah, ketahuaaan ...." 

"Sudah belum, Bi. Aku lapar nih!" Alena mengalihkan pembicaraan.

"Sudah, Non!" ucap bi Inah.

"Mang Dadang, ayo makan bersama!" ajak Aluna.

"Bi Inah juga, yuk!" Alena menarik tangan bi Inah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status