Awalnya Aaron ingin mencapai perdamaian dengan sedikit bernegosiasi pada Herold. Seingatnya pria itu bukanlah orang yang haus darah ataupun kekuasaan. Jelas sekali pria yang membawa pasukan Kaum Gouwok dan Abandonis ini sangat berbeda dengan pria yang dikenalnya lima tahun yang lalu.
Pasti sesuatu sedang terjadi.
Batin Aaron masih dengan pandangan berkabut marah. Katalput dalam peti yang Kaum Gouwok bawa sudah mereka keluarkan dari peti, begitu pula meriam kecil dan sebuah senjata yang terbuat dari besi sepanjang satu meter berdiameter dua puluh centi tampak berdiri kokoh di barisan belakang Kaum Gouwok. Ketiga senjata itu diarahkan tepat ke barisan Moon Kingdom.
“Untuk apa kau mengeluarkan senjata itu? kita akan bertarung dengan jarak dekat, jadi simpan mereka karena kau tidak akan memerlukannya,” kata Aaron dengan nada mengejek.
Herold tertawa mendengar perkataan Aaron. “tidak, aku tidak menggunakan benda-benda itu dalam perte
Satu kisah yang harus kau tahu sebelum malam menjemput dan terbuai mimpi indah nan semu. Sebuah kisah pengantar tidur yang takkan pernah menjadi nyata, takkan pernah bertahan lama ketika kau menginjak usia dewasa, tapi tetap akan bisa membawa kenangan kembali pada masa kecilmu.
Suara jeritan terdengar di seluruh Kerajaan Starais. Semua prajurit terbaik turun bertempur bersama sang raja, Zaen Yang Agung. Mereka diserang oleh kaum terbengis yang menjadi momok bagi setiap kerajaan di seluruh penjuru dunia yaitu Kaum Gouwok. Misi mereka hanya satu, menciptakan satu dunia dengan satu penguasa. Selama ini mereka selalu berhasil, tapi usaha mereka seolah sia-sia karena Kaum Terkutuk selalu menjadi penghalang. Cara terakhir yang belum pernah dicoba adalah memusnahkan seluruh keturunan Kaum Terkutuk. Kaum yang dikenal sebagai penjaga kedamaian dunia. Dan inilah yang sedang mereka lakukan. Menghancurkan keturunan kerajaan Starais yang merupakan kerajaan dari Kaum Terkutuk untuk dimusnahkan."Yang M
Mendung menutupi permukaan bumi, seolah menggambarkan kekacauan saat itu. Pemukiman penduduk yang tadinya tenang kini berubah menjadi arena perang. Tampak sekelompok manusia bertubuh besar dengan baju kumuh menerjang setiap yang menghalangi langkah mereka. Penduduk di desa kecil itu berlari ketakutan. Jeritan wanita dan anak-anak menggema di setiap rumah. Seorang gadis berusia tujuh belas tahun berlari bersama wanita usia empat puluhan menghindari penyerbuan tiba-tiba tersebut. Mereka tidak sendiri, ada seorang pria yang membantu pelarian mereka."Doroti cepat!" kata pria itu."Aku tidak kuat Jemy. Bawa saja Vivian bersamamu," katanya dengan napas ters
Jemy menggenggam tangan Vivian dengan erat. Saat ini mereka orang asing di tempat yang asing. Dirinya sadar bahwa dulunya, Kaum Terkutuk selalu dihormati orang-orang dari kerajaan tetangga, karena keperkasaan mereka, juga terkenal akan kekuatan yang selalu menjaga dunia. Tapi itu adalah dulu. Kini, Kaum Terkutuk tinggal sejarah. Jemy tahu diri untuk tidak mencari masalah dalam kota yang baru saja ia masuki, terlebih ia tak sendiri. Vivian dengan setia mengekorinya, meski lelah tergurat dari wajah tuan puteri itu."Apa kau lelah?" tanya Jemy yang menghentikan langkahnya dan menuntun Vivian ke bawah sebuah pohon
Kesibukan terlihat di sekitar istana. Semua orang mempersiapkan kedatangan Sang Raja yang baru saja pulang berperang melawan pengikut Kaum Gouwok yang sebagian di antara mereka adalah rakyat Moon Kingdom. Dunia semakin mencemaskan, perang saudara kerap terjadi. Semua ksatria mau tak mau bersatu mengumpulkan kekuatan."Yang Mulia." Semua yang hadir dalam ruangan itu berdiri menyambut Sang Raja dengan postur tinggi dan badan tegap serta memakai baju kerajaan memasuki ruangan. Para menteri dan abdi setia juga utusan dari empat kerajaan lainnya telah hadir di sana.
Jemy mendengar suara gagak di sekitarnya. Ia tersadar berada di suatu tempat. Ingatannya kembali pada kejadian tadi malam."Vivian?!" Ia berteriak histeris. Menyadari gadis itu telah diculik oleh para pembunuh bayaran."Oh tidak! Apa yang harus aku lakukan?"
Jemy menghirup udara, mencium jejak puterinya. Mereka sudah lama meninggalkan Moon Kingdom. Ada enam puluh ksatria dalam pencarian ini."Apakah kau yakin ini jalan yang benar?" Teo menatap ragu kepada Jemy yang kini memimpin pasukan khusus itu."Pergilah jika kau tidak yakin pada pemimpinmu."
Suara derap sepatu kuda dan dentingan pedang yang beradu memecah udara. Teriakan kematian dan nada pembawa semangat menjadi satu dalam arena peperangan itu. Beberapa Kaum Gouwok berjatuhan dari kudanya dan mati terinjak rekannya yang terlalu semangat mengayunkan pedang mereka tanpa peduli nasib temannya yang lain. Para ksatria tampak begitu terlatih, berbeda dengan Kaum Gouwok yang terlihat menyerang tanpa peduli teknik bertarung. Mereka menebaskan pedangnya ke segala arah, terlihat seperti orang mabuk dan berpura-pura berani menyerang."Jemy, cepat bawa Vivian pergi!" Aaron