MY REVENGE!
MALAM harinya Eva dan Payton masih sibuk membalas pesan yang masuk ke ponsel mereka dan meminta orang-orang jangan terlalu banyak berasumsi mengenai hubungan Eva dan Bruce. Saat ini, mereka berdua masih tidak tahu apa maksud Bruce mengatakan semua itu kepada media. Karena itulah mereka tidak mau gegabah mengambil keputusan. Eva mengesampingkan egonya untuk tidak menyanggah berita tersebut meski sebenarnya ia ingin sekali melakukannya. Setelah Bruce menyelesaikan wawancaranya dengan media di depan apartement Eva pagi ini, pria itu sama sekali tidak mau menerima panggilannya dan justru memblokir nomornya. Hal itu membuat keduanya frustasi.
“Eva, ayahmu menghubungiku lagi!” seru Payton dari dapur. Malam ini mereka terpaksa memasak sendiri dan menikmati makanan yang tersisa di kulkas Eva. Rasanya 2x24 jam tidak akan cukup untuk membalas semua pesan dan panggilan yang masuk. Payton juga terpaksa menjadwal ulang pemot
DATE!BRUCE tersenyum puas saat menatap ponselnya. Selama ini tidak ada yang pernah membuat dirinya merasa bahagia seperti sekarang. Akhirnya, setelah tiga hari memutus komunikasi dengan Eva, ia kembali membuka blokir nomor wanita itu. Yang terjadi sebenarnya adalah Bruce tidak benar-benar memblokir nomor Eva. Ia selalu bisa menerima panggilan atau pesan apa pun yang Eva kirim kepadanya. Ia meminta Romeo mengakali ponsel dan nomornya. Semua itu mudah dilakukan di tangan yang tepat. Ia hanya ingin memberi pelajaran pada Eva. Ini satu-satunya yang ia punya untuk membawa gadis itu kembali ke kehidupannya.Ia selalu menganggap pesan-pesan yang dikirim Eva adalah sebuah hiburan yang sangat menarik di tengah kesibukannya bekerja. Eva yang merengek dengan cara elegan membuatnya ingin tertawa dan tersanjung di saat yang bersamaan. Meski begitu, masih ada yang mengganjal di benaknya. Bruce masih tidak bisa mengenyahkan bayang-bayang laki-laki yang tempo hari tidu
LIKE IT USED TO BE.BERENDAM adalah salah satu hal kesukaan Eva. Dengan aroma mawar dari buble bath, air hangat yang menyapu seluruh tubuhnya dan segelas wine serta alunan musik dengan ditemani pemandangan langit cerah serta bintang-bintang dan bulan yang seolah tengah bercengkerama melengkapi kebahagiaannya malam ini. Tentunya, setelah kencan pertamanya dengan Alex. Kencan yang datang tanpa sebuah rencana besar. Sekali lagi, senyumnya mengembang membayangkan betapa pria itu… sangat sempurna.Alex. Pria dengan perawakan tinggi, rambut gelap sempurna, hidung layaknya perosotan dan tubuh kekar seperti Dewa Romawi. Eva merasa senang saat berada di dekat pria itu. Apalagi, Alex yang datang dari negeri antah berantah sepertinya belum menyadari siapa dirinya. Itu artinya, mereka memang dipertemukan karena sesuatu. Ia sama sekali tidak mengenal Alex dan begitu juga dengan pria itu. Alex datang bukan karena na
THE PANTIES.EVA membuka matanya perlahan saat merasakan sesuatu yang cukup berat menindih perutnya. Ia menggerakkan tangannya untuk menyentuh benda itu dan saat kedua matanya benar-benar terbuka, betapa terkejutnya ia mendapati laki-laki yang sangat dibencinya tengah memeluknya begitu erat. Tanpa banyak bicara, Eva beringsut menjauh dari Bruce, ia lupa tentang kejadian semalam. Satu hal yang pasti, instingnya selalu mengatakan ia harus menjaga jarak dari pria bernama Bruce Spencer Smith-pria yang selalu membuat harinya buruk.“Hai, ada apa?” Bruce menahan dirinya, berkata dengan nada paling lembut yang pernah ia dengar. Di satu sisi, Eva merasa saat ini ia tengah benar-benar bermimpi. Jarang sekali ia mendengar Bruce berkata selembut itu. Namun, sinar mentari yang menerobos masuk melalui kaca jendela kamarnyaa mengingatkan Eva kalau saat ini ia sedang tidak dalam keadaan tidur. “Aku tahu kau marah padaku. Tapi tolong
A DEAL.“KITA HARUS BICARA”. Tiga kata itulah yang Eva ingat sejak pertama kali Bruce mengacaukan hidupnya. Bruce masih berdiri di belakangnya, memandangi dirinya yang tengah memilih baju mana yang akan ia pakai siang ini. “Bruce, tolong beri aku waktu lima menit untuk memakai baju. Setelah itu kita bisa bicara.” Pintanya pada pria paling mneyebalkan yang pernah Eva temui.Bruce mengedikkan bahu. Eva sempat berpikir kalau Bruce akan menolak mentah-mentah permintaan itu. Sampai pria itu berbalik sambil berkata, “Baiklah. Aku akan mandi dulu kalau begitu. Aku tunggu di kamarmu untuk sarapan bersama.”Sepeninggal Bruce, Eva segera mengambil sepasang Victoria Secreet yang tergantung rapi di rak-rak khusus pakaian dalam. Hari ini ia memilih warna hitam. Kebanyakan laki-laki menyukai warna itu. Dan meskipun Bruce tidak melihat pakaian dalamya, Eva merasa Bruc
SECRET RELATIONSHIP.ALEX. Ulang Bruce di benaknya. Ternyata, itulah nama pria itu. Alex. Bruce kembali mengucapkan satu kata itu, kali ini sambil memejamkan mata dan mengambil napas dalam-dalam. Tenang, Bruce. Tenang. Hanya pria biasa yang sedang mencoba menarik perhatian Eva. Seperti pria-pria sebelumnya. Pria-pria pada umumnya yang memuji gadismu. Ini bukan apa-apa, jangan terlalu dipikirkan.“Bruce, apa kau baik-baik saja?” tanya Eva dengan suara rendah.Jawaban yang sebenarnya adalah, Bruce sedang tidak baik-baik saja. Setelah mendengar nama itu, rasanya Bruce ingin sekali meledakkan sesuatu. Atau mengirim seekor gajah ke antariksa lalu meluncurkan gajah itu tepat di atas kepala pria bernama Alex yang dengan lancang mengencani gadisnya. Namun, demi mendapatkan simpati dari Eva, ia pura-pura bersikap bijak. Ah, sungguh usahanya kali ini tidak boleh berakhir sia-sia. Bruce berdeham, “Ya, aku baik-baik saja.&
SHORT MESSAGE.PAYTON melipat kedua tangan di depan dada sembari meamndangi Eva dengan rambut kusutnya. Ini seperti introgasi yang biasa dilakukan oleh seorang polisi kepada salah satu tersangka kasus… pembunuhan. Lebih tepatnya, pembunuhan yang melibatkan harga diri Payton. Saat ini, ia sedang berperan menjadi polisi baik. Tidak ada siksaan untuk Eva dan itu bagus untuk mereka berdua. “Jadi…”“Payton,” Eva memutar bola matanya untuk kedua kalinya. “Ini sama sekali tidak seperti yang kaubayangkan.”“Seseorang menginap di sini dan kau masih bisa bilang ini semua tidak seperti yang kubayangkan? Coba jelaskan.”Eva menghela napas. Di antara dirinya dan Payton, memang nyaris tidak ada batasan. Ia menganggap Payton sebagai teman baik, Payton juga mengetahui tentang rahasia-rahasianya. Mereka mempercayai satu sama lain, wajar jika saat ini Payton ingin tahu apa yang
TWINS.ALEX membaca pesan yang dikirim oleh Eva. Ujung bibirnya terangkat sedemikian rupa hingga membentuk sebuah senyum simpul. Di sisinya, Volta menepuk bahunya dengan cukup keras dan nyaris membuat ponselnya terjatuh. Malam ini, hanya ada dirinya dan Volta yang pergi ke club untuk menghibur diri. Delta sudah mendapatkan apa yang dia mau. Kemungkinan besar kebersamaan mereka akan berkurang drastis. Alex memahami semua itu, pun dengan Volta.“Katakan padaku siapa yang bisa menciptakan senyum sebodoh itu di wajahmu.” Ujar Volta lengkap dengan nada penuh ejekan di dalamnya. “Apa gadis itu cantik? Kau tentu mau berbagi denganku, kan?”Alex menyingkirkan lengan Volta yang bertengger di bahunya. “Sangat cantik. Kau tentu tidak akan mempercayainya. Dia seperti… Dewi.”“Astaga! Volta menutup mulut dengan kedua tangan. “Alex, apa kau sedang mabuk?”Alex menggele
A PROMISE.BRUCE masih duduk manis di kantornya saat ia kembali teringat dengan ciuman panas bersama Eva pagi tadi. Sampai kapan pun, rasanya mustahil ia bisa melupakan semua itu. Hari ini semua kejadian yang melibatkan Eva terus berputar di kepalanya. Sejak meninggalkan gedung apartement wanita itu, Bruce tidak hentinya memikirkan Eva. Senyum simpul yang menawan, bibir semanis madu, kulit sehalus sutra dan rambut bak helaian bulu yang sengaja di terbangkan dari syurga. Perbaduan sempurna itu dibungkus menjadi satu dalam bentuk gadis yang telah mengutuknya. Kutukan yang nyatanya bertahan hingga sekarang.Tiba-tiba, Bruce seolah dilempar kembali ke masa lalu. Kala itu di musim dingin, ia kembali mengunjungi Eva dan keluarganya. Kunjungan seperti hari-hari sebelumnya. Usianya dua belas tahun dan Eva sebelas tahun. Di tengah hujan salju yang tak begitu lebat dan tidak berbahaya, Bruce membawa Eva untuk berjalan-jalan di luar. Mereka menge