Share

Part 4

      Seorang laki-laki berseragam SMA dengan mengenakan jaket hitam dan name tagnya bertuliskan Zhong Chenle itu sedang berjalan menyusuri koridor lantai 2 di Asrama Sekolah Bela Diri.

"Hyung!" Tiba-tiba salah satu murid di sekolah itu memanggilnya dan menghampirinya.

"Ji Sung-ah kau dari mana saja? aku mencarimu," ujar Chenle.

"Aku baru saja membantu Guru Gong," jawab Ji Sung.

"Ah…begitu…," gumam Chenle.

      Chenle lalu bersender di tembok balkon. Dia melihat ke bawah dan terlihat seorang gadis berseragam sekolah yang sama dengannya sedang berlari, rambutnya hitam dan terurai saat dia berlari. Chenle melihatnya dengan saksama seperti tidak asing baginya. Gadis itu berhenti saat berpapasan dengan murid perempuan lain yang masih memakai seragam latihan wushu itu. Mereka terlihat membicarakan sesuatu.

"Siapa dia?" tanya Chenle pada Ji Sung kemudian Ji Sung pun langsung melihat ke arah gadis yang dimaksud itu.

"Ah...dia?" tanyanya memastikan dan disusul anggukkan oleh Chenle.

"Dia Choi Cha Soo Nuna, adik dari Jiar Hyung," Jelas Ji Sung sambil memakan permennya.

"Jiar Hyung? Salah satu senior di sini?" tanya Chenle lalu disusul anggukkan oleh Ji Sung.

"Heol, Tidak kusangka," gumam Chenle dan Ji Sung pun langsung menyadari jika seragam Chenle dan Cha Soo sama.

"Heol, Hyung kau satu sekolah dengannya?" tanya Ji Sung terkejut.

"Kami satu kelas," jelas Chenle. Ji Sung menganga mendengarnya.

"Daebak!" kagum Ji Sung dan membuat Chenle tersenyum ke arahnya.

"Aku hebat kan? Awalnya aku mengira tidak akan lolos tapi jiwa petarungku menyelamatkannya. Haha," bangga Chenle.

"Daebak, kau bisa bersekolah di sana. Kau tahu di sana banyak murid-murid kaya bahkan sangat pintar," kagum Ji Sung.

"Tapi Hyung, kenapa kau menanyakan Cha Soo Nuna jika kau sekelas denganya?" lanjutnya penasaran.

"Aku juga bingung tapi kelihatannya dia sangat menyebalkan," ucap Chenle dengan nada sedikit kesal.

"Sungguh? Kau belum mengenalnya secara detail kenapa kau mengatakan seperti itu," ujar Ji Sung terkekeh.

"Memangnya kau sudah mengenalnya sangat jauh?" ucap Chenle meremehkan.

"Ah...kita sangat dekat," ucap Ji Sung dengan bangganya. Chenle menatap aneh temannya itu.

"Cha Soo Nuna adalah gadis yang sangat luar biasa," ucap Ji Sung dengan terkesima. Chenle hanya menggeleng-geleng kepala melihatnya lalu ia beranjak pergi meninggalkan Ji Sung.

"Hyung!!Heii!Tunggu aku!" ujar Ji Sung lalu segera berlari menyusul Chenle.

      Malam hari sudah semakin larut, Chenle masih duduk dimeja kamarnya sambil memainkan ponselnya.

Tok! Tok!

"Hyung!" terdengar sesorang mengetuk pintu kamarnya.

"Masuklah! aku tidak menguncinya," sahut Chenle yang masih terpaku layar ponselnya. Mendengar hal itu Ji Sung pun langsung masuk sambil membawa Pizza dan Cola.

"Kenapa kau memutuskan tinggal di asrama? Bukannya Ayahmu menyuruhmu tinggal di rumah ibumu?" kata Ji Sung sambil menaruh pizzanya di meja Chenle.

"Aku suka di sini, aku merasa berada di tempat yang tenang tanpa terjamah keburukan di luar sana," Chenle menaruh tangannya di belakang kepala sambil berputar dengan kursi putarnya itu.

"Baiklah. Aku turut merasa tenang tanpa gangguan keluhanmu," ujar Ji Sung lalu meneguk minumannya itu. Chenle tertawa mendengarnya.

"Apa itu?" tanya Chenle pada kertas yang ada di atas kardus pizza itu.

"Ah...aku lupa. Jiar Hyung memintaku untuk memberikan ini padanya," Ji Sung menepuk jidatnya. Chenle langsung mengambil kertas itu dan membaca isinya. Kertasnya ditulis menggunakan bahasa inggris dan tertulis banyak nama warga dari berbagai negara di luar korea. Dominan Eropa dan Amerika sampai dia terpaku dengan nama 'Lee  Seung Won' dan tertulis Warga Negara Korea Selatan dan hanya dia saja yang berasal dari korea Selatan.

"Lee Seung Won?" gumam Chenle.

"Apa?" sahut Ji Sung lalu segera melihat kertas itu.

"Ini bahasa Inggris, aku tidak mengerti," lanjutnya lalu kembali duduk di sofa.

"Lee Seung Won? siapa dia? Hanya dia satu-satunya warga Korea Selatan di sini," tanya Chenle penasaran.

"Tidak tahu. Itu pekerjaan Jiar Hyung," Balas Ji Sung sembari memakan pizzanya.

"Aku akan memberikannya setelah ini ke kamarnya," ucap Ji Sung sambil mengunyah.

"Kau memberikannya ke kamarnya?" tanya Chenle dan disusul anggukkan oleh Ji Sung. Chenle terlihat berpikir.

"Kau di sini saja. Aku akan memberikannya," ucap Chenle lalu segera berdiri dari tempat duduknya.

"Kau? Baiklah," balas Ji Sung dengan senang lalu ia bergegas ke depan Komputer Chenle yang sedang tidak dipakai itu.

Chenle mengetuk pintu Wang Jiar, seniornya. Dia juga melihat kamar Cha Soo yang berada di sebelah kamar seniornya itu. Tidak menunggu lama Jiar pun membukakan pintu.

"Oh Chenle, ada apa?" tanyanya ramah.

"Ji Sung mengatakan padaku untuk memberikanmu ini," Chenle menyodorkan kertasnya tadi dan langsung diterima oleh Jiar.

"Oh ternyata ini rupanya. Baiklah, terima kasih," ucapnya sambil tersenyum.

"Kau masuk dulu?" tawar Jiar sambil membuka pintu kamarnya dengan lebar. Chenle terlihat ragu-ragu.

"Masuklah dulu, di luar dingin," ajak Jiar lalu Chenle pun mengiyakannya walaupun sedikit ragu-ragu. Kamar Jiar sangat artistik dan rapi. Terlihat dari penampilannya saja Wang Jiar memang laki-laki yang sempurna, badannya tinggi dan atletis wajahnya juga terbilang cukup tampan, dia juga pribadi yang humoris. Chenle melihat sekeliling ruangan kamar Jiar itu.

"Beginilah kamarku. Terlihat rapi karena akhir-akhir ini jarang kutempati," celetuk Jiar sambil mencari minuman di kulkas kamarnya itu.

"Oh iya, kau seusia adik sepupuku pasti tidak akan minum soju. Aku akan meberimu air lemon saja," ucapnya lalu mengambil gelas.

"Duduklah," ujar Jiar sambil menuangkan air lemonnya itu.

"Kenapa wajahmu seperti ini? Kau tidak suka lemon?" tanyanya setelah melihat Chenle yang sedari tadi memasang wajah canggung itu. Chenle pun menggeleng sambil tersenyum.

"Tidak, aku menyukainya kok," balasnya. Jiar terkekeh mendengarnya.

"Sungguh? Aku akan mengambilkan susu coklat milik Cha soo jika kau tidak suka," tawar Jiar.

"Tidak apa-apa ini saja,” Jiar pun mengangguk setelah mendengarnya dan menyodorkan segelas lemonya itu pada Chenle. Selanjutnya Jiar mengambil kertas yang diberikan Chenle tadi dan membacanya sambil menyeruput kaleng sojunya. Chenle terus melihat kertas yang dipegang Jiar itu dan segera disadari olehnya.

"Ini adalah daftar penumpang pesawat pribadi yang pergi ke California untuk liburan. Aku harus mencari seseorang di sini," jelas Jiar, Chenle pun terkejut mendengar Jiar menjelaskannya seolah-olah ia dapat membaca rasa penasarannya.

"Apa kau sudah membacanya?" tanya Jiar.

"Tidak, aku baru membaca sedikit," jawab Chenle.

"Kau kelihatanya juga mahir mengenai bidang ini, aku melihat banyak prestasimu ketika membantu banyak polisi di Cina," Chenle tersenyum mendengarnya.

"Kau sekelas dengan Cha Soo kan?" tanya Jiar.

"Ne," jawab Chenle singkat.

"Kurasa kalian akan dekat nantinya, kau akan sering melatihnya. Dia sangat pintar hanya saja dia tidak suka mendengarkanku atau intruksi pelatih. Kuharap kau harus bersabar mengenai hal ini," Chenle tersenyum ragu mendengarnya.

"Apa dia ada di sini sekarang?" tanya Chenle.

"Dia ada di rumah, dia menginap di sini saat latihan saja. Aku juga hanya menginap di sini sangat ingin saja," jawabnya sambil tersenyum. Kau bisa sering-sering main ke kamarku, kelihatannya kau akan sering membantuku lagipula kamarku sangat nyaman bukan?" bangga Jiar sambil memutar kursinya itu

      Cha Soo mengikat tali sepatunya yang lepas setelah turun dari bis yang menuju ke sekolahnya itu. Banyak siswa berlalu lalang turun dari bis, mereka berjalan menuju sekolah bergerbang hitam dan dijaga oleh penjaga sekolah. Cha Soo berjalan menuju sekolahnya yang jaraknya tidak jauh dari halte bis tepat ia turun tadi. Ia segera melambaikan tangan kepada Heejung yang baru saja turun dari mobilnya.

"Soo-ah!" balas Heejung lalu segera berlari menuju Cha Soo. Saat Heejung dan Cha soo bergandengan tangan, tiba-tiba Jeno berlari menabrak mereka.

"Heii! Jeno-ah!!" bentak Cha Soo namun tidak dihiraukan oleh Jeno yang berlari itu.

Seorang siswa laki-laki dengan earplug di telinga kanannya sedang berjalan sambil memainkan ponselnya. Lalu tiba-tiba dia tersentak mendengar teriakan dan suara rem sepeda dari belakang.

"HEI!" kesal Doyoung pada Chenle yang berjalan itu. Doyoung hampir menabrakan sepedanya ke arah Chenle.

"Hati-hati saat berjalan," kata Doyoung dengan nada sedikit tinggi. Chenle menatap Doyoung dengan tatapan kesal.

"Kenapa kau yang emosi? Lihatlah, aku sudah berjalan di area pejalan kaki," balas Chenle.

"Apa? Lalu kau mengira aku yang salah?" ujar Doyoung sambil menaikkan alisnya.

"Tentu saja. Kau sendiri yang tidak bisa mengendarai sepedamu."

Doyoung terkekeh mendengar jawaban Chenle itu.

"Kau berada di persimpangan menuju parkiran sepeda. Setidaknya lihat kiri kanan sebelum berjalan," kata Doyoung.

"Ah...sialan. Kenapa pagi-pagi seperti ini," gumam Chenle kesal lalu bergegas pergi meninggalkan Doyoung namun Doyoung menarik lengannya.

"Hei. Setidaknya minta maaflah," pinta Doyoung dengan tatapan tajam.

"Kenapa aku harus melakukanya," Chenle menghempas tangan Doyoung yang memegang lenganya itu. Doyoung terlihat kesal melihatnya.

"Siapa kau? anak baru?" tanya Doyoung. Chenle menatapnya dengan sinis.

"Oh, kenapa? Kelihatannya kau terkenal di sini," bisik Chenle.

"Kim Doyoung. Nama yang bagus," kata Chenle sambil menepuk pundak Doyoung setelah melihat nametag di seragam Doyung lalu bergegas pergi. Doyoung menghela napas kesal melihatnya lalu ia bergegas pergi ke parkiran sepeda.

**************************************************************************

Soju : Minuman ber-alkohol

Hyung : Panggilan laki-laki pada laki-laki yang lebih tua

Nuna : Panggilan laki-laki pada perempuan yang lebih tua

Daebak : Hebat/Luar biasa

Ne : Iya/Benar

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status